Total Tayangan Halaman

Jumat, 07 Maret 2025

Inspirasi Menggugah Hati Belajar Dari Sekolah Inklusi PAUD Hasya Ceria: Analisis Hasil Observasi Kuliah Bersama Prof. Eka Srimulyani dan Dr. Nashriyah Bertepatan Hari Perempuan Sedunia di Tengah Teladan Inklusi Istimewa

Banda Aceh, Aceh –  Di tengah hiruk pikuk peringatan Hari Perempuan Sedunia, sebuah kisah inspiratif bergema dari PAUD Hasya Ceria, sebuah sekolah inklusi di Jilingke Banda Aceh. Bukan hanya sekadar merayakan prestasi perempuan,  PAUD Hasya Ceria  mengajak kita untuk merenungkan peran perempuan dalam membangun pendidikan yang inklusif dan setara, sebuah teladan yang terungkap melalui kuliah lapangan mahasiswa S3 PAI UIN Ar-Raniry.  Kuliah lapangan yang dipimpin oleh Prof. Dr. Eka Srimulyani dan Dr. Nashriyah ini  menjadi refleksi mendalam tentang bagaimana perempuan berkontribusi melampaui batasan-batasan dan membangun masa depan yang lebih baik bagi anak-anak, khususnya anak berkebutuhan khusus (ABK). 

Hari Perempuan Sedunia, yang diperingati setiap tanggal 8 Maret, selalu menjadi momentum untuk merayakan pencapaian perempuan dan memperjuangkan kesetaraan gender.  Namun, peringatan tahun ini terasa lebih bermakna berkat  observasi mendalam yang dilakukan para mahasiswa S3 PAI UIN Ar-Raniry di PAUD Hasya Ceria. Mereka tidak hanya mengamati, tetapi juga turut merasakan semangat inklusi yang digerakkan oleh para guru, sebagian besarnya perempuan, yang dengan penuh dedikasi dan kasih sayang mendampingi anak-anak dengan berbagai jenis disabilitas. 

Prof. Dr. Eka Srimulyani,  pakar pendidikan inklusi yang turut mendampingi kuliah lapangan ini,  mengatakan, "PAUD Hasya Ceria merupakan contoh nyata bagaimana perempuan dapat menjadi agen perubahan dalam dunia pendidikan.  Mereka  tidak hanya mendidik, tetapi juga menginspirasi dan memperjuangkan hak-hak anak, khususnya anak-anak yang selama ini sering terpinggirkan." 

Kuliah lapangan ini bukan sekedar kunjungan.  Para mahasiswa telah melakukan observasi intensif selama beberapa minggu, mencatat detail proses pembelajaran, interaksi guru-siswa, dan metode pengajaran yang digunakan di PAUD Hasya Ceria.  Mereka menyaksikan langsung bagaimana para guru perempuan  dengan penuh kesabaran dan kreativitas  menyesuaikan metode pembelajaran  sesuai dengan kebutuhan individu setiap anak, baik yang memiliki disabilitas maupun tidak. 

"Di sini, kami melihat bagaimana guru-guru, terutama para perempuan,  melakukan pendekatan personalisasi pembelajaran. Mereka memahami bahwa setiap anak unik, dan  membangun metode pengajaran yang  mengakomodasi perbedaan kemampuan belajar," ungkap Ridwan, S. Pd. I., MA., M. Pd, salah satu mahasiswa S3 PAI yang berpartisipasi.  Ia terkesan  dengan bagaimana  guru-guru  mampu  menciptakan  suasana  belajar  yang  aman,  menyenangkan,  dan  menghargai  perbedaan.  "Ini bukan hanya tentang mengajar, tetapi juga tentang membangun rasa percaya diri dan keberanian anak-anak untuk mengeksplorasi potensi mereka," tambahnya. 

Lebih dari itu, kuliah lapangan ini juga  mengungkapkan bagaimana nilai-nilai agama Islam diintegrasikan  dengan  prinsip-prinsip  inklusi  di  PAUD Hasya Ceria.  Dr. Nashriyah,  ahli pendidikan yang ikut terlibat,  menjelaskan bagaimana  ajaran Islam tentang  kasih sayang,  toleransi,  dan  kesetaraan  menjadi dasar  dalam  membangun  lingkungan  belajar  yang  inklusif. 

"Pendidikan agama  Islam  tidak  hanya  mengajarkan  doktrin,  tetapi  juga  menanamkan  nilai-nilai  kemanusiaan  yang  universal,"  kata Dr. Nashriyah.  "Di  PAUD Hasya Ceria,  kami  melihat  bagaimana  para  guru  perempuan  mampu  mengintegrasikan  nilai-nilai  tersebut  dalam  proses  pembelajaran  sehari-hari,  membangun  karakter  anak  yang  berakhlak  mulia  dan  berempati  terhadap  sesama." 

Kuliah lapangan ini menghasilkan analisis mendalam  yang akan  dijadikan  bahan  referensi  para  mahasiswa  dalam  penelitian  dan  tulisan  akademik  mereka.  Lebih  penting  lagi,  pengalaman  ini  mengugah  rasa  empati  dan  semangat  untuk  berkontribusi  dalam  memajukan  pendidikan  inklusif  di  Indonesia.  Para  mahasiswa  terinspirasi  untuk  memperjuangkan  kesetaraan  dan  keadilan  bagi  semua  anak,  termasuk  ABK. 

Di Hari Perempuan Sedunia ini, PAUD Hasya Ceria bukan hanya menjadi  lambang  kesuksesan  perempuan  dalam  pendidikan,  tetapi  juga  menjadi  representasi  dari  semangat  inklusi  dan  persamaan  hak.  Kisah  guru-guru  perempuan  di  PAUD Hasya Ceria  mengajarkan  kita  bahwa  perempuan  mampu  berperan  sepenuhnya  dalam  membangun  masa  depan  yang  lebih  baik  bagi  semua  anak,  tanpa  membedakan  kemampuan  dan  latar  belakang  mereka.  Mereka adalah bukti nyata bahwa  perjuangan kesetaraan gender  harus  terus  diperjuangkan  hingga  semua  anak  memiliki  kesempatan  yang  sama  untuk  berkembang  dan  berprestasi.  Selamat Hari Perempuan Sedunia,  dan mari kita terus  belajar  dari  kegigihan  dan  dedikasi  para  pejuang  kesetaraan  gender  di  Indonesia. 

1 komentar: