Prof. Dr. Eka Srimulyani, pakar pendidikan inklusi yang turut mendampingi kuliah lapangan ini, mengatakan, "PAUD Hasya Ceria merupakan contoh nyata bagaimana perempuan dapat menjadi agen perubahan dalam dunia pendidikan. Mereka tidak hanya mendidik, tetapi juga menginspirasi dan memperjuangkan hak-hak anak, khususnya anak-anak yang selama ini sering terpinggirkan."
Kuliah lapangan ini bukan sekedar kunjungan. Para mahasiswa telah melakukan observasi intensif selama beberapa minggu, mencatat detail proses pembelajaran, interaksi guru-siswa, dan metode pengajaran yang digunakan di PAUD Hasya Ceria. Mereka menyaksikan langsung bagaimana para guru perempuan dengan penuh kesabaran dan kreativitas menyesuaikan metode pembelajaran sesuai dengan kebutuhan individu setiap anak, baik yang memiliki disabilitas maupun tidak.
"Di sini, kami melihat bagaimana guru-guru, terutama para perempuan, melakukan pendekatan personalisasi pembelajaran. Mereka memahami bahwa setiap anak unik, dan membangun metode pengajaran yang mengakomodasi perbedaan kemampuan belajar," ungkap Ridwan, S. Pd. I., MA., M. Pd, salah satu mahasiswa S3 PAI yang berpartisipasi. Ia terkesan dengan bagaimana guru-guru mampu menciptakan suasana belajar yang aman, menyenangkan, dan menghargai perbedaan. "Ini bukan hanya tentang mengajar, tetapi juga tentang membangun rasa percaya diri dan keberanian anak-anak untuk mengeksplorasi potensi mereka," tambahnya.
Lebih dari itu, kuliah lapangan ini juga mengungkapkan bagaimana nilai-nilai agama Islam diintegrasikan dengan prinsip-prinsip inklusi di PAUD Hasya Ceria. Dr. Nashriyah, ahli pendidikan yang ikut terlibat, menjelaskan bagaimana ajaran Islam tentang kasih sayang, toleransi, dan kesetaraan menjadi dasar dalam membangun lingkungan belajar yang inklusif."Pendidikan agama Islam tidak hanya mengajarkan doktrin, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal," kata Dr. Nashriyah. "Di PAUD Hasya Ceria, kami melihat bagaimana para guru perempuan mampu mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam proses pembelajaran sehari-hari, membangun karakter anak yang berakhlak mulia dan berempati terhadap sesama."
Kuliah lapangan ini menghasilkan analisis mendalam yang akan dijadikan bahan referensi para mahasiswa dalam penelitian dan tulisan akademik mereka. Lebih penting lagi, pengalaman ini mengugah rasa empati dan semangat untuk berkontribusi dalam memajukan pendidikan inklusif di Indonesia. Para mahasiswa terinspirasi untuk memperjuangkan kesetaraan dan keadilan bagi semua anak, termasuk ABK.
Di Hari Perempuan Sedunia ini, PAUD Hasya Ceria bukan hanya menjadi lambang kesuksesan perempuan dalam pendidikan, tetapi juga menjadi representasi dari semangat inklusi dan persamaan hak. Kisah guru-guru perempuan di PAUD Hasya Ceria mengajarkan kita bahwa perempuan mampu berperan sepenuhnya dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi semua anak, tanpa membedakan kemampuan dan latar belakang mereka. Mereka adalah bukti nyata bahwa perjuangan kesetaraan gender harus terus diperjuangkan hingga semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berprestasi. Selamat Hari Perempuan Sedunia, dan mari kita terus belajar dari kegigihan dan dedikasi para pejuang kesetaraan gender di Indonesia.
Semangat 👍
BalasHapus