Dalam kuliah yang membahas kitab Ta'alim al-Muta'allim karya Az-Zarnuji, Ahlul Fikri mengajak para mahasiswa doktoral untuk merenungkan makna sejati pendidikan Islam. "Jangan sampai dahaga akan gelar menutupi dahaga akan ilmu," tegasnya di hadapan para mahasiswa yang serius menyimak.
Kajian ini menambah suasana kampus UIN Ar-Raniry Banda Aceh semarak dengan nuansa intelektual yang kental. Bukan sekadar hiruk pikuk perkuliahan biasa, namun sebuah pengingat mendalam tentang esensi menuntut ilmu. Ahlul Fikri, dengan bimbingan Prof. Dr. Warul Walidin AK., menghadirkan kajian filsafat pendidikan Islam yang unik dan inspiratif, berangkat dari kitab klasik Ta'alim Al-Muta'alim karya Imam Az-Zarnuji. Lebih dari sekadar pemaparan teks, presentasi ini mengajak para mahasiswa untuk merenungkan kembali niat dan tujuan mereka dalam mengejar pendidikan tinggi.
Ahlul Fikri dalam presentasinya yang memikat perhatian para hadirin. Ia menekankan pesan inti dari Ta'alim Al-Muta'alim yang sering terlupakan di tengah derasnya arus pengejaran status sosial. Kitab karangan Imam Az-Zarnuji yang ditulis abad ke-15 ini, menurut Ahlul Fikri, merupakan pedoman komprehensif bagi para penuntut ilmu, bukan hanya sekadar panduan praktis, tetapi juga refleksi spiritual yang mendalam.
Az-Zarnuji, melalui karyanya, tidak hanya memberikan instruksi teknis tentang bagaimana cara belajar yang efektif – mulai dari memilih guru yang tepat hingga tata cara menghafal – namun juga menekankan pentingnya niat yang ikhlas dan tulus. Mencari ilmu semata-mata demi memperoleh gelar atau status sosial, menurut pandangan Az-Zarnuji, merupakan tindakan yang sia-sia dan bahkan berbahaya.
"Bayangkan, kita mengejar gelar doktor hanya untuk dipamerkan, untuk meningkatkan gengsi, atau mendapatkan posisi yang lebih tinggi. Apakah itu benar-benar mencerminkan semangat menuntut ilmu yang sejati?" tanya Ahlul Fikri retoris, mengundang renungan dari para mahasiswa. Ia melanjutkan, "Az-Zarnuji mengingatkan kita bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diiringi niat yang tulus untuk mengabdi kepada Allah SWT dan memberikan manfaat bagi sesama."
Presentasi Ahlul Fikri tidak sekadar membacakan terjemahan Ta'alim Al-Muta'alim. Ia dengan mahir mengabungkan pemahaman teks klasik dengan konteks kekinian. Ia mengungkapkan bagaimana nilai-nilai yang diajarkan Az-Zarnuji, seperti kesabaran, ketekunan, dan kejujuran, masih sangat relevan dalam menghadapi tantangan pendidikan di era modern. Bahkan, di tengah kemajuan teknologi informasi yang luar biasa, pesan-pesan Az-Zarnuji tentang pentingnya memilih guru yang berkualitas dan mencari ilmu dari sumber yang terpercaya, tetap sangat relevan.
Prof. Dr. Warul Walidin AK., sebagai pembimbing Ahlul Fikri, menambahkan perspektifnya dengan menekankan pentingnya mengembangkan intelektualitas yang berbasis nilai-nilai agama. Menurutnya, pengejaran ilmu pengetahuan tidak boleh dipisahkan dari pengamalan nilai-nilai keislaman. "Kita harus menjaga integritas dan akhlak dalam mengejar ilmu," ujarnya. Ia menganggap presentasi Ahlul Fikri sebagai suatu upaya yang sangat berharga untuk mengingatkan para mahasiswa tentang esensi pendidikan yang sesungguhnya.
Ridwan, S. Pd. I., MA., M. Pd salah seorang mahasiswa kuliah S3 mengaku haru, "ini tidak hanya bermanfaat bagi para mahasiswa S3, tetapi juga menjadi inspirasi bagi seluruh civitas akademika UIN Ar-Raniry, bahkan masyarakat luas. Presentasi ini menjadi suatu peristiwa unik, di mana kajian filsafat pendidikan Islam disampaikan dengan cara yang menarik dan menginspirasi, jauh dari kesan kaku dan formal. Para mahasiswa diajak untuk tidak hanya mencari gelar akademik, tetapi juga mencari kebaikan dan hikmah dari proses menuntut ilmu" pungksnya.
Ridwan menambahkan "Di penghujung presentasi, suasana menjadi lebih hangat dan interaktif. Para mahasiswa aktif bertanya dan berdiskusi dengan Ahlul Fikri dan Prof. Warul Walidin. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan menunjukkan betapa presentasi tersebut telah mendorong mereka untuk merenungkan kembali tujuan dan niat mereka dalam mengejar pendidikan tinggi".
Keberhasilan kuliah S3 ini bukan hanya terletak pada ketajaman analisis dan pemahaman kitab Ta'alim Al-Muta'alim, tetapi juga pada kemampuan Ahlul Fikri untuk menghubungkan teks klasik dengan realita kehidupan sekarang. Ia telah berhasil mengingatkan kita semua bahwa pendidikan yang sesungguhnya bukan hanya tentang gelar, tetapi tentang transformasi diri dan pengabdian kepada Allah SWT dan umat. Kuliah ini menjadi suatu peristiwa yang berharga, mengingatkan kita pada esensi pengejaran ilmu yang benar-benar bermakna. Semoga inspirasi ini terbawa oleh para mahasiswa dan menjadi motivasi dalam menjalani perjalanan akademik mereka.
Lanjutkan sukses buat semuanya
BalasHapusLanjutkan
BalasHapus