Prof. Warul Walidin. AK menjelaskan bahwa Al-Hajis merupakan semangat awal yang mendorong seseorang untuk memulai suatu aktivitas. Semangat ini kemudian diperkuat oleh Al-Khathir, yakni keinginan yang kuat dan tak kenal lelah untuk mencapai tujuan. Namun, semangat dan keinginan tersebut perlu diimbangi oleh Al-Hazmu (ketegasan) dan Al-'Azmu (keputusan teguh) agar tidak mudah goyah di tengah tantangan. Ketegasan dalam mengambil keputusan dan keteguhan hati akan membantu seseorang untuk mengatasi rintangan dan terus berjuang menuju tujuan.
Ridwan, S. Pd. I., MA., M. Pd salah seorang mahasiswa S3 Pascasarjan UIN Ar-Raniry Banda Aceh mengaku terinspirasi "Penerapan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari Dengan memahami dan mengamalkan konsep motivasi ala Islam ini, kita dapat memanfaatkan potensi diri secara optimal dan mencapai kesuksesan yang bermakna, baik di dunia maupun di akhirat".
Ridwan menambahkan "Di era modern yang serba cepat dan kompetitif, kunci keberhasilan tak hanya terletak pada kecerdasan intelektual semata. Lebih dari itu, dibutuhkan kekuatan pendorong internal yang mampu menggerakkan individu untuk mencapai potensi maksimalnya. Konsep motivasi dalam Islam, khususnya integrasi antara niat ikhlas dan empat pilar motivasi – al-Hajis, al-Khathir, al-Hazmu, dan al-‘Azmu – menawarkan kerangka kerja yang komprehensif untuk memahami dan memaksimalkan energi perilaku manusia".
Ridwan menambahkan "Konsep ini bukan sekadar teori abstrak, melainkan panduan praktis yang telah diuji selama berabad-abad. Empat pilar motivasi tersebut saling berkaitan dan berjenjang, layaknya fondasi bangunan yang kokoh. Al-Hajis, sebagai semangat awal, merupakan percikan api yang membangkitkan keinginan untuk bertindak. Ini adalah dorongan pertama yang muncul dari dalam diri, sebuah hasrat untuk memulai suatu perjalanan menuju tujuan. Bisa jadi, al-Hajis ini dipicu oleh mimpi, ambisi, atau bahkan panggilan hati. Namun, al-Hajis semata tidak cukup".
Di sinilah peran al-Khathir menjadi krusial. Al-Khathir adalah keinginan yang kuat dan gigih, tekad yang membara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jika al-Hajis adalah percikan api, maka al-Khathir adalah bara yang menyala terus menerus, bahkan di tengah badai kesulitan. Keinginan ini bukan sekadar keinginan sesaat, melainkan komitmen jangka panjang yang terus menyulut semangat dan menepis rasa ragu. Ia merupakan energi yang berkelanjutan yang mendorong individu untuk tetap fokus dan pantang menyerah.
Namun, semangat dan keinginan kuat saja masih belum cukup. Al-Hazmu, atau ketegasan, bertindak sebagai penentu arah. Ketegasan diperlukan dalam pengambilan keputusan, penetapan strategi, dan implementasi rencana. Tanpa ketegasan, semangat dan keinginan yang kuat dapat terhambat oleh keraguan dan penundaan. Al-Hazmu membantu individu untuk mengambil langkah berani, menentukan prioritas, dan mengatasi hambatan yang mungkin muncul di sepanjang perjalanan.
Puncak dari rangkaian motivasi ini adalah al-‘Azmu, atau tekad yang bulat. Tekad ini merupakan hasil integrasi dari semangat, keinginan kuat, dan ketegasan. Ia adalah keputusan yang teguh untuk mencapai tujuan, terlepas dari rintangan dan tantangan yang ada. Al-‘Azmu menunjukkan kekuatan mental dan ketahanan diri yang luar biasa, kemampuan untuk terus maju meskipun dihadapi dengan kesulitan dan kegagalan.
Namun, keempat pilar motivasi ini hanya akan efektif jika diiringi oleh niyyah ikhlas, atau niat yang tulus. Niat ikhlas merupakan energi penggerak utama yang memberikan makna dan tujuan sejati pada setiap tindakan. Niat yang tulus untuk mencari ridho Allah SWT akan memberikan kekuatan batin yang tak terhingga, menjadikan setiap kesulitan sebagai ujian yang menguji keimanan dan kesabaran. Motivasi yang berlandaskan niat ikhlas akan lebih berkelanjutan dan berdampak positif, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
Dengan demikian, integrasi al-Hajis, al-Khathir, al-Hazmu, al-‘Azmu, dan niyyah ikhlas membentuk sebuah sistem motivasi yang kuat dan berkesinambungan. Kelima elemen ini saling mendukung dan memperkuat satu sama lain, membentuk energi perilaku yang dahsyat untuk mencapai kesuksesan di berbagai bidang kehidupan. Bukan sekadar sukses materi, tetapi juga sukses dalam meraih kebahagiaan dan keberkahan hidup di dunia dan akhirat. Kelima elemen tersebut menjadi pondasi yang kokoh untuk mencapai potensi terbaik diri dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Lanjutkan
BalasHapusLanjutkan 👍
BalasHapus