Rahasianya? Suasana santai dan pendekatan inovatif yang diterapkan kedua dosen tersebut. Dengan wajah tersenyum dan penuh kesabaran, mereka membimbing mahasiswa dalam mengolah data menggunakan SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 26 hingga 30. Bukan hanya teori yang disampaikan, namun praktik langsung dan bimbingan personal membuat kuliah ini terasa lebih hidup dan mudah dipahami.
Salah satu topik yang dibahas adalah “Asesmen Kurikulum Merdeka dan AKM (Asesmen Kompetensi Minimum)” yang dipresentasikan oleh Bahrullah, S.Pd.I., M.A., seorang mahasiswa yang juga kepala Sekolah SMA di Aceh Besar. Presentasinya tak hanya sekadar memaparkan teori, tetapi juga menunjukkan bagaimana kisi-kisi asesmen menjadi kunci dalam evaluasi pendidikan dan bagaimana SPSS berperan penting dalam mengolah data numerik yang dihasilkan dari asesmen tersebut.
Bahrullah dengan cermat menjelaskan kompleksitas asesmen dalam Kurikulum Merdeka, yang menuntut pemahaman menyeluruh terhadap aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ia menunjukkan bagaimana data-data yang diperoleh dari berbagai metode asesmen, mulai dari tes tertulis hingga portofolio, dapat diolah dan dianalisis untuk menghasilkan informasi yang bermakna tentang perkembangan belajar siswa. Ia juga membandingkan Asesmen Kurikulum Merdeka dengan AKM, menyoroti perbedaan fokus, cakupan, dan tujuan dari kedua jenis asesmen tersebut.
Penjelasan Bahrullah diikuti dengan sesi tanya jawab yang dinamis. Para mahasiswa, yang sebagian besar berlatar belakang pendidikan, aktif berpartisipasi dan mengajukan pertanyaan terkait implementasi asesmen di sekolah masing-masing. Dr. Duskri dan Prof. Jamaluddin Idris dengan sabar menjawab setiap pertanyaan, memberikan contoh-contoh kasus nyata, dan memberikan solusi praktis yang dapat diterapkan di lapangan. Mereka tak segan untuk turun langsung membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam mengoperasikan SPSS.
"Biasanya, kuliah statistik itu terasa membosankan dan penuh rumus yang membingungkan," ungkap Ridwan, S.Pd.I., M.A., M.Pd., salah seorang mahasiswa yang juga menjabat sebagai Kepala SMP Swasta Darun Nizham. Sekolahnya dikenal sebagai sekolah inovatif yang selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. "Tapi, kuliah ini berbeda. Suasananya santai, dosennya ramah, dan penjelasannya mudah dipahami. Saya bahkan jadi termotivasi untuk lebih sering menggunakan SPSS dalam menganalisis data pembelajaran di sekolah saya," tambahnya.
Lebih lanjut Ridwan menyatakan, "Kuliah ini bukan hanya sekadar kuliah statistik, tapi juga ajang sharing pengalaman dan inspirasi. Saya melihat bagaimana dosen dan teman-teman mahasiswa lain mampu berpikir kreatif dan inovatif dalam mengolah data pendidikan. Ini memberikan saya semangat baru untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan di sekolah saya, untuk generasi bangsa kita ke depan."
Senada dengan Ridwan, dua belas mahasiswa lain juga mengaku terinspirasi untuk lebih gigih, kreatif, dan inovatif dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah masing-masing. Mereka merasakan manfaat besar dari kuliah ini, bukan hanya dalam hal penguasaan SPSS, tetapi juga dalam pengembangan kompetensi pedagogis dan manajerial mereka.
Kuliah yang berlangsung di ruang sidang yang nyaman dan santai tersebut, justru menciptakan suasana yang kondusif untuk diskusi yang fokus dan mendalam. Kehadiran SPSS sebagai alat bantu, dipadukan dengan bimbingan dosen yang penuh senyum dan kesabaran, berhasil mentransformasikan kuliah statistik yang biasanya dianggap menakutkan menjadi pengalaman belajar yang menyenangkan dan inspiratif. Kuliah ini membuktikan bahwa pendidikan yang berkualitas dapat dicapai dengan pendekatan yang inovatif dan humanis, bahkan dalam mata kuliah yang terkesan kaku seperti statistik. Para mahasiswa pun pulang bukan hanya dengan ilmu statistik yang mumpuni, tetapi juga dengan semangat baru untuk terus berinovasi dalam memajukan dunia pendidikan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar