Makna khusus melibatkan interpretasi spesifik terhadap masing-masing bahan digunakan dalam ritual Peusijuek, seperti sirih, nasi ketan, dan manisan kelapa. Meskipun interpretasi dasar mungkin serupa di beberapa daerah, detailnya bisa berbeda. Sebagai contoh, penelitian menemukan bahwa di Teunom, seikat dedaunan melambangkan pentingnya kerukunan dan persatuan. Di daerah lain, simbol digunakan bisa berbeda, menunjukkan penekanan pada nilai-nilai lain seperti keberanian, kekuatan, atau kehormatan. Penelitian ini juga mengkaji peran tokoh adat dan agama dalam ritual Peusijuek. Di Teunom, keduanya memiliki peran setara dan saling melengkapi, sedangkan di daerah lain, perannya bisa berbeda tergantung pada struktur sosial dan kepercayaan lokal.
Lebih jauh lagi, penelitian ini menunjukkan perbedaan dalam jenis acara diiringi Peusijuek. Di Teunom, hampir semua kegiatan adat diiringi ritual ini, sedangkan di daerah lain, Peusijuek lebih dikaitkan dengan momen-momen khusus. Hal ini menunjukkan tingkat integrasi Peusijuek dalam kehidupan masyarakat. Terakhir, penelitian ini menemukan perbedaan dalam penggunaan bahasa dan doa diucapkan selama ritual. Meskipun inti doa mungkin sama, nuansa dan ungkapannya bisa berbeda, menunjukkan kekayaan bahasa dan adaptasi lokal.
Pencapaian Ridwan merupakan bukti nyata bahwa penelitian mendalam tentang budaya lokal dapat mendapatkan pengakuan internasional. Penelitian ini bukan hanya memberikan kontribusi bagi dunia akademik, tetapi juga memberikan inspirasi bagi peneliti lain untuk terus mengeksplorasi kekayaan budaya Indonesia. Semoga keberhasilan ini mendorong generasi muda Aceh untuk terus menjaga dan melestarikan budaya leluhur. Penelitian ini telah menempatkan Aceh di peta dunia sebagai daerah kaya akan budaya dan tradisi berharga.
Meskipun
inti ritual peusijuek relatif sama di seluruh Aceh, pelaksanaannya di Teunom
menunjukkan variasi signifikan dalam konteks, simbolisme, dan peran tokoh-tokoh
adat dan agama. Penelitian ini menyoroti pentingnya pemahaman konteks lokal
dalam menganalisis makna dan fungsi ritual peusijuek. Perbandingan lebih luas
dengan praktik peusijuek di daerah lain di Aceh akan memberikan wawasan lebih
kaya tentang kekayaan dan dinamika budaya Aceh. Penelitian lebih lanjut komprehensif
dan membandingkan berbagai daerah di Aceh sangat diperlukan untuk mengungkap
kekayaan dan keragaman praktik peusijuek ini secara lebih menyeluruh.
Ritual Peusijuek di daerah lain dalam berbagai studi tentang ritual peusijuek telah menarik perhatian banyak peneliti mengkaji dari berbagai aspek, antara lain: Tradisi Peusijuek Sebagai Sarana Mediasi Ditengah Syariat Islam Di Aceh (Prayetno, 2021), Makna Tradisi Peusijeuk dan Peranannya dalam Pola Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat di Kota Langsa (Hariadi et al., 2020), Indigenous Ritual as Adhesive Social Harmonization: The Meaning of ‘Peusijuek’ for Young People of Aceh, Indonesia (Suprijono et al., 2018), Kontruksi Makna Tradisi Peusijuek dalam Budaya Aceh (Riezal et al., 2019), The Ritual of Marriage (An Ethnographic Study in West Labuhan Haji-South Aceh) (Abdul Manan, 2014), Tradisi Peusijuek dalam Masyarakat Aceh Integritas Nilai-Nilai Agama dan Budaya (Asiva Noor Rachmayani, 2015), Psikosufistik Tradisi Peusijuek: Harmoni Syukur, Zikir, dan Akulturasi Diri Masyarakat Aceh (Comission, 2016), dan Integritas Kearifan Lokal Budaya Tradisi Peusijuk (Noviana, 2018).
Reference
Abdul Manan. (2014). THE RITUAL OF MARRIAGE (An
Ethnographic Study in West Labuhan Haji-South Aceh). Ilmiah Peuradeun, II,
no. 02, 27.
Asiva Noor Rachmayani. (2015). TRADISI PEUSIJUEK
DALAM MASYARAKAT ACEH: Integritas Nilai-Nilai Agama dan Budaya. 3,
6.
Comission, E. (2016). Psikosufistik Tradisi
Peusijuek: Harmoni Syukur, Zikir, dan Akulturasi Diri Masyarakat Aceh. 4(1),
1–23.
Hariadi, J., Fadhillah, M. A., & Rizki, A. (2020).
Makna Tradisi Peusijeuk dan Peranannya dalam Pola Komunikasi Lintas Budaya
Masyarakat di Kota Langsa. JURNAL SIMBOLIKA: Research and Learning in
Communication Study, 6(2), 121–133.
https://doi.org/10.31289/simbollika.v6i2.3993
Noviana, N. (2018). Integritas Kearifan Lokal Budaya
Tradisi Peusijuk. DESKOVI : Art and Design Journal, 1(1), 29–34.
https://e-journal.umaha.ac.id/index.php/deskovi/article/view/283/190
Prayetno, N. S. (2021). Tradisi Peusijuek Sebagai
Sarana Mediasi Ditengah Syariat Islam Di Aceh. Abrahamic Religions: Jurnal
Studi Agama-Agama, 1(2), 172.
https://doi.org/10.22373/arj.v1i2.10727
Riezal, C., Joebagio, H., & Susanto, S. (2019).
Kontruksi Makna Tradisi Peusijuek Dalam Budaya Aceh. Jurnal Antropologi:
Isu-Isu Sosial Budaya, 20(2), 145.
https://doi.org/10.25077/jantro.v20.n2.p145-155.2018
Suprijono, A., Sarmini, & Ridwan. (2018). Indigenous Ritual as Adhesive Social Harmonization : 108(SoSHEC 2017), 146–150.
lanjutkan
BalasHapus