Total Tayangan Halaman

Senin, 31 Maret 2025

Momen Idul Fitri Silaturahmi Menuju Keajaiban: Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd., Terkesima di Rumah Ruqyah Ustaz Aan Cot Pluh, Keajaiban dari Jawa Timur, Bukannya Bangunan Sederhana Terbayangkan, Tetapi Sebuah Oasis Peradaban yang Menawan

Aceh Barat, Aceh – Senin, 31 Maret 2025, Sebuah silaturahmi yang berawal dari niat suci berbuah kisah inspiratif yang mencengangkan. Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd., Kepala SMP Swasta Darun Nizham dan  mahasiswa S3 Pascasarjana UIN Ar-Raniry, baru-baru ini melakukan perjalanan yang tak terduga ke sebuah lokasi yang bagai surga tersembunyi di Aceh Barat.  Rumah Ruqyah Ustaz Aan Cot Pluh, sebuah tempat yang  jauh melebihi ekspektasinya,  lebih mirip sebuah taman wisata alam yang indah dan ranum. Bukannya bangunan sederhana yang tergambarkan, justru bagai sebuah oasis peradaban yang menawan yang mengobati bukan hanya raga, tetapi juga jiwa.

Kesan pertama Ridwan begitu mendalam.  Ia menggambarkan Rumah Ruqyah Ustaz Aan Cot Pluh bukan sebagai bangunan megah, melainkan sebuah tempat yang nyaman dan asri,  dikelilingi oleh hamparan hijau yang menentramkan.  Suasana tenang dan damai langsung terasa begitu melangkahkan kaki ke area tersebut.  Keindahan alam sekitar seolah menjadi terapi tambahan bagi pasien yang datang untuk menjalani ruqyah.  Ridwan mendeskripsikan  keindahannya yang tak terduga,  seperti sebuah oase di tengah hiruk pikuk kehidupan modern. 


Yang lebih mencengangkan lagi adalah pendekatan holistik yang diterapkan oleh Ustaz Aan dan timnya.  Mereka tidak hanya fokus pada pengobatan ruqyah semata, tetapi juga memperhatikan aspek psikologis dan sosial pasien.  Ridwan menyaksikan bagaimana Ustaz Aan dan Nyai Mak Yeuk dengan sabar dan penuh empati mendengarkan keluhan pasien,  memberikan nasehat, dan bahkan menyediakan tempat tinggal sementara bagi mereka yang membutuhkan.  Suasana kekeluargaan begitu terasa,  menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien untuk bercerita dan menjalani proses penyembuhan. 
Metode ruqyah yang digunakan pun patut diapresiasi.  Ridwan mengamati secara langsung bagaimana Ustaz Aan dan timnya menjalankan ruqyah dengan metode syar’i yang benar,  menjauhi praktik-praktik yang menyimpang dan bertentangan dengan ajaran Islam.  Mereka menggunakan Al-Quran dan As-Sunnah sebagai panduan utama,  sehingga proses ruqyah yang dijalankan terbebas dari unsur-unsur sihir atau khurafat. 
Keahlian Ustaz Aan dan timnya dalam menangani berbagai kasus ruqyah sungguh luar biasa.  Ridwan menyaksikan bagaimana mereka berhasil mengatasi berbagai gangguan ruhani,  mulai dari pengaruh jimat dan sihir,  hingga dampak dari paket kiriman yang mengandung energi negatif.  Bahkan, kasus-kasus stres dan gangguan psikologis yang berkaitan dengan masalah ruhani pun berhasil ditangani dengan baik melalui pendekatan ruqyah yang terintegrasi dengan terapi psikologis. 

Rumah ruqyah Ustaz Aan Cot Pluh bukanlah sekadar tempat praktik pengobatan ruqyah, melainkan sebuah komunitas yang solid,  dibangun di atas fondasi keimanan,  kepedulian, dan keahlian yang luar biasa.  Kolaborasi harmonis antara Ustaz Aan, sang pemimpin yang bijaksana,  Nyai Mak Yeuk,  sang istri yang penyayang,  dan murid-murid mereka,  menciptakan atmosfer yang begitu menenangkan dan inspiratif. 
Kesan pertama Ridwan begitu mendalam.  Bukannya bangunan megah yang terbayang,  ia mendapati tempat yang nyaman dan asri,  dikelilingi hamparan hijau yang menentramkan.  Udara segar dan pemandangan alam yang indah seolah menjadi terapi tambahan bagi para pasien yang datang untuk menjalani ruqyah.  Ridwan menggambarkan suasana tersebut sebagai “oase di tengah hiruk pikuk kehidupan modern,”  tempat di mana jiwa dapat menemukan kedamaian dan ketenangan.  Keindahan alam sekitar seakan-akan menjadi bagian integral dari proses penyembuhan,  menciptakan aura positif yang mendukung keberhasilan terapi ruqyah. 
Namun,  keajaiban Rumah Ruqyah Ustaz Aan Cot Pluh bukan hanya terletak pada keindahan fisiknya.

Mereka menyediakan layanan kunjungan rumah hadir langsung ke tempat pasien sesuai kebutuhan.  Sikap ramah dan familier yang mereka tunjukkan menghilangkan rasa canggung dan ketakutan yang seringkali dialami pasien.  Sejak tahun 2002,  mereka telah membantu ribuan pasien dari berbagai daerah,  meliputi Aceh Barat, Aceh Jaya, Nagan Raya,  hingga Sumatera Utara.  Jangkauan pelayanan yang luas ini mencerminkan komitmen mereka dalam menyebarkan kebaikan dan membantu orang-orang yang membutuhkan. 
Rumah Ruqyah Ustaz Aan Cot Pluh tak hanya menjadi tempat pengobatan,  tetapi juga media dakwah untuk pemurnian aqidah dan penyelamatan syariat.  Ustaz Aan dan timnya dengan sabar membimbing pasien yang terpengaruh keyakinan pada kekuatan jimat atau hal-hal sejenisnya yang mengarah pada kesyirikan.  Mereka mengembalikan keyakinan pasien kepada Allah SWT semata Maha Berkuasa,  sekaligus menanamkan pemahaman yang benar tentang ajaran Islam.  Metode ruqyah yang mereka gunakan dijamin aman,  tanpa efek samping,  dan dijalankan dengan penuh keikhlasan. 
Pengalaman Ridwan di Rumah Ruqyah Ustaz Aan Cot Pluh lebih dari sekadar perjalanan silaturahmi.  Ia adalah sebuah pembelajaran berharga tentang keikhlasan,  kepedulian, dan keahlian dalam menjalankan praktik ruqyah yang benar sesuai syariat Islam.  Ia pulang dengan hati penuh kekaguman dan inspirasi,  bertekad untuk menyebarkan kisah inspiratif ini dan  mendalami lebih lanjut metode ruqyah syar’i yang efektif dan holistik seperti yang diterapkan di tempat tersebut.  Rumah Ruqyah Ustaz Aan Cot Pluh menjadi bukti nyata bagaimana keahlian dan keikhlasan dapat bersinergi untuk menciptakan keajaiban dan memberikan harapan bagi mereka yang membutuhkan pertolongan.  Semoga kisah ini menginspirasi banyak orang untuk berbuat kebaikan dan membantu sesama. 
Berikut Lokasi akurat Rumah Rukyah Cot Pluh
https://maps.app.goo.gl/h13oxxpUUC2NzbLR8

Minggu, 30 Maret 2025

Santri Cilik Sampaikan Pidato Inspiratif Menggetarkan Hati Cerita Nabi Menahan Lapar yang Dahsyad Juri Menangis di Festival Anak Shaleh


Teunom, Aceh –  Festival Anak Shaleh TPA Darul Istiqamah Desa Gampong Baroe, Kecamatan Teunom, dihebohkan oleh sebuah pidato inspiratif yang disampaikan oleh Nasyifa Radhida, seorang santri cilik berusia sembilan tahun.  Pidato yang memukau tersebut,  buah karya sang ayah, Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd., Kepala SMP Swasta Darun Nizham dan sekaligus mahasiswa S3 Pascasarjana UIN Ar-Raniry,  bukan hanya mencuri perhatian para juri, tetapi juga menggetarkan hati seluruh hadirin yang hadir. 

Mukaddimah pidato Nasyifa begitu sederhana namun penuh makna. Dengan suara lantang dan penuh percaya diri, ia mengawali penampilannya dengan ucapan syukur kepada Allah SWT dan salam takzim kepada Nabi Muhammad SAW. Namun, yang mencengangkan adalah isi pidato yang ia sampaikan.  Nasyifa tidak sekadar bercerita tentang kegembiraan mengikuti lomba, tetapi ia membawakan sebuah kisah haru biru yang penuh makna tentang pengorbanan dan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. 


Dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, Nasyifa mengisahkan tentang  kehidupan Rasulullah SAW yang  tidak selalu dipenuhi dengan kemewahan.  Ia menceritakan bagaimana Nabi Muhammad SAW,  seorang pemimpin yang  sempurna dalam mengurus keluarga,  pernah mengalami kelaparan yang sangat hebat.  Kisah tersebut bukan hanya sekedar narasi sejarah,  melainkan sebuah gambaran nyata tentang  kepemimpinan yang didasarkan pada pengorbanan dan keikhlasan yang luar biasa. 

Nasyifa menceritakan bagaimana Rasulullah SAW,  dalam keadaan serba lapar,  bahkan sampai mengikat batu di perutnya untuk mengurangi rasa lapar yang menyiksa.  Bayangkanlah, Nabi Muhammad SAW,  teladan bagi seluruh umat manusia,  menahan lapar yang hebat bukan karena ketidakmampuan mencari nafkah, tetapi karena beliau ingin meringankan beban umatnya.  Beliau sangat khawatir akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak,  "Mengapa engkau, wahai Nabi, membiarkan umatmu kelaparan sementara engkau memiliki kekayaan?" 

Puncak pidato Nasyifa yang sungguh mencengangkan terungkap ketika ia menggambarkan  suasana saat shalat Ashar.  Nasyifa dengan sangat detail menggambarkan bagaimana suara perut Rasulullah SAW yang berkeroncongan terdengar jelas di telinga para sahabatnya.  Suara itu menggema, menjadi saksi bisu atas penderitaan yang ditanggung oleh pemimpin umat yang begitu dicintainya.  Bayangan Rasulullah SAW yang menahan lapar, sambil memimpin shalat, tergambar begitu hidup dalam setiap kata yang diungkapkan Nasyifa. 


Reaksi para sahabat Rasulullah SAW pun dikisahkan Nasyifa dengan begitu emosional.  Ia menggambarkan bagaimana para sahabat menangis tersedu-sedan.  Tangisan mereka bukanlah sekadar tangisan belas kasih, tetapi juga rasa bersalah dan ketidakmampuan mereka untuk sepenuhnya meringankan beban junjungan mereka.   "Bagaimana kami bisa menjawab pertanyaan Allah SWT kelak, jika Nabi-Nya, di tengah-tengah kami, mengalami kelaparan? Bukankah kami, para sahabat, telah bersumpah untuk mengorbankan harta benda bahkan nyawa untuk Nabi?"  demikian pertanyaan yang tersirat dalam  kisah pilu yang disampaikan Nasyifa. 

Pidato Nasyifa tidak hanya mengisahkan penderitaan Rasulullah SAW, tetapi juga menggarisbawahi  keikhlasan dan kepedulian para sahabat.  Mereka rela berkorban harta, waktu, bahkan nyawa, demi tegaknya agama Allah SWT dan kesejahteraan umat.  Nasyifa berhasil menghubungkan kisah masa lalu dengan realita kehidupan masa kini,  mengajak seluruh hadirin untuk meneladani keikhlasan dan pengorbanan Rasulullah SAW serta para sahabatnya. 

Usai pidato, suasana haru dan kagum menyelimuti seluruh hadirin.  Banyak yang meneteskan air mata, terharu oleh keindahan dan kedalaman pesan yang disampaikan Nasyifa.  Pidato tersebut tidak hanya inspiratif, tetapi juga menjadi pengingat akan pentingnya kepedulian dan pengorbanan dalam kehidupan.   Nasyifa, si santri kecil,  telah berhasil menyampaikan pesan moral yang begitu dalam dan menggugah nurani.  Keberhasilan ini tentu juga menjadi kebanggaan bagi sang ayah, Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd., yang telah membimbing dan menyiapkan putri kecilnya dengan begitu luar biasa.  Pidato Nasyifa menjadi bukti nyata bahwa pendidikan agama yang baik dapat melahirkan generasi muda yang cerdas, beriman, dan penuh dengan nilai-nilai luhur. 

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, ...

    الْحَمْد لِلَّه إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا، وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ , وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ

Buat langkah pertama dan yang paling utama kita penjatkan puja dan puji kehadirat sang Rabbi. Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah, yang kita memuja dan memuji-Nya sebagai hamba Allah, memohon pertolongan kepada-Nya sebagai hamba yang lemah, memohon ampun kepada-Nya sebagai hamba berlumur dosa berharap ridha Allah, dan kita berlindung kepada Allah dari kelemahan diri kita dan dari keburukan yang tersembunyi atau yang nyata.

مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ  Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tak seorangpun dapat menyesatkannya, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ dan barangsiapa yang Allah sesatkan maka tak seorangpun mampu memberinya petunjuk.

Allah penggenggam langit dan bumi, penggenggam jiwa raga seluruh isi langit dan bumi, geu hias langet geutabu bintang geu hias insan Muhammad suri tauladan. geu hias laot dengan gelombang, geu hias alam penuh isinya, geu peu jeut lat batat kayei batei, rimueng cagai, cangguek purai asei meurua, trok bak lubeng, si seuk bak batei, ulat lam kayei, bermacam jenis ungkot mulai dari ungkot yai trok bak jenis udeng sabei na Allah peujeut bandum ji meu silaweut ke junjungnan Nabi Muhammad saw.    

Shalawat dan salam sajan-sajan urau ngon malam kita hidangkan kepangkuan Nabi besar Muhammad Saw. إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّوْنَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ Sesungguhnya Allah dan para Malaikat bershalawat kepada Nabi. Berikutnya Allah menyeru orang beriman

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا Wahai Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya (Qur’an Surat: Alahzab ayat 65) beliau pemuda padang pasir gigih berjuang bersama ahli dan sahabatnya siring bahu seayun langkah, kejurang sama menurun ke gunung sama mendaki demi tegaknya kalimah suci

لَا إِلٰهَ إِلَّا الله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi Nabi Muhammad utusan Allah. Tidak ada waktu terbuang percuma, tidak ada kata yang sia-sia gapah lubeng gadeng cangguek, asap bu sijuek dan gup u muda. Dalam hadist maja yang laen umpung kumoto bek tajak lhue, bek tayue drop cangguek bak ureng buta, bak leuk dua guk bak boh keu peu gantoe, kubeu pok talau bek ta peulara.

Do’a restu kepada para alim ulama, yang mutaqaddimin dan yang mutaakhirin yang muktabar keduanya. Peran ulama nyoe keuh ibarat lampu dikala malam gelap, jeut keu tungkat di tanah yang licin, oh watei ujeun jeut keu payong, jeut keu pelampong oh wate banjir raja, yang peseulamat syari’at, peutupat hukom, yang peuturi soe droe, toh Allah, soe Nabi? Sehingga sape uroe nyoe geu tanyoe ka ta turi poma dengon ayah kelhe dengon gure ureng nyan ban lhe meu bek ta dhot-dhot, menyoe na salah meah ta lakei peu meyup ulei semah bak teot…

Kata-kata takzim ulon tuan, Yang mulia Tgk Dewan Juri yang cukop cermat dan bijak bak polpen geu peu nari keu bandum peserta FASI Fertival Anak Shaleh tahun ini,

Yang terhormat dan yang mulai pimpinan TPA Darul Istiqamah beserta Tgk Ustaz pengasuh yang cukop hek bak geu peutimang kamoe tiep-tiep malam hana pre-pre kecuali hujan,

Yang kami hormati hadirin hadirat yang dirahmati Allah SWT,

Yang kami banggakan para orang tua wali santri TPA Darul Istiqamah Desa Gampong Baroe

Yang teristimewa kepada seluruh peserta Festival Anak Shaleh TPA Darul Istiqamah Desa Gampong Baroe, Kecamatan Teunom.

Hadirin dan dewan juri yang saya hormati,

Izinkan sejenak Saya, Nasyifa, salah satu santri TPA Darul Istiqamah, menyampaikan pidato berjudul “Kisah Haru Teladan Rasul” saya merasa sangat bersyukur dalam kesempatan yang berbahagia ini.  Keikutsertaan saya dalam Festival Anak Shaleh ini merupakan sebuah kesempatan belajar, jika ada kekurangan atau kesilapan saya, mohon diperbanyak maaf.

Mari kita merenung sejenak kisah pilu dan pahitnya perjuangan baginda Nabi Muhammad saw. Saya ingin mengajak merenung kisah sedih dengan mata hati kita semua, diantara sekian banyaknya saya ingin fokus perenungan pada sebuah kisah yang begitu menyentuh, sebuah kisah yang mungkin akan membuat hati kita bergetar dan meneteskan air mata.  Kisah ini bukan sekadar cerita masa lalu, tetapi sebuah pelajaran berharga tentang pengorbanan, keikhlasan, dan kepemimpinan sejati yang diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang mulia.

Hadirin sekalian, kita buka mata hati kita, melakukan perjalanan batin menuju sang Nabi. Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai teladan terbaik bagi seluruh umat manusia. Beliau adalah pribadi yang paling sempurna akhlaknya,  paling bijaksana dalam mengambil keputusan, dan paling penyayang kepada keluarga dan umatnya. Sampai penghujung hayat sekalipun Nabi Muhammad memanggil kita... “ummati... ummati... ummati...” umatku... umatku... umatku... Lalu bagaimana dengan kita? Shalawat saja bisa terburu-buru!... bahkan keti mendengar Nama Nabi Muhammad sekalipun kita enggan bershalawat... Nabi bersabda “umatku yang paling pelit suatu masa nanti, dia enggan menjawab saw”. Dalam Al-Qur’an Surat Alahzab ayat 65 jelas dikatakan “Allah dan para malaikatnya bershalawat kepada Nabi..”

Hadirin yang saya hormati, kesempatan ini renungan mendalam kita pada kisah yang  mencengangkan, kisah yang penuh dengan pengorbanan dan perjuangan yang luar biasa. Kisah yang paling menyentuh hati adalah kisah tentang kelaparan yang pernah dialami oleh Nabi Muhammad SAW.  Kita sering mendengar betapa beliau adalah pemimpin yang adil dan bijaksana, yang selalu mengutamakan kepentingan umatnya.  Namun, tahukah kita bahwa di tengah perjuangan menegakkan agama Islam, beliau juga pernah mengalami lapar yang sangat berat?  

Bayangkanlah,  Rasulullah SAW,  pemimpin umat, Sayyidah Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah sering membantu istrinya dalam beberapa pekerjaan rumah tangga, seperti menjahit baju yang sobek, menyapu lantai, memerah susu kambing, belanja ke pasar, membetulkan sepatu dan kantung air yang rusak, atau memberi makan hewannya.

عَنِ الأَسْوَدِ، قَالَ: سَأَلْتُ عَائِشَةَ: مَا كَانَ يَصْنَعُ النَّبِـيُّ فِي أَهْلِهِ؟ فَقَالَتْ: كَانَ يَكُوْنُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ، فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلَاةُ خَرَجَ.

“Diriwayatkan oleh Aswad, dia mengatakan aku bertanya kepada Aisyah: Apa yang dikerjakan Nabi pada keluarganya? Aisyah pun menjawab: Beliau membantu pekerjaan keluarganya, kemudian apabila waktu shalat tiba, beliau keluar.” (H.R. Bukhari)

Hadirin yang saya muliakan, lebih dalam kita merenung kisah pilu Nabi, pernah di suatu hari waktu dhuha Nabi dalam keadaan lapar kembali dari berdakwah pulang ke rumah Sayyidah Aisyah. Sesampai di rumah ternyata tidak ada lagi perbekalan yang dapat dimakan, Sayyidah Aisyah hendak berbelanja… Rasullullah dengan senyuman berkata “Ya Khumaira (sebutan wahai yang kemerah-merahan kepada Sayyidah Aisyah) hari ini saya berpuasa saja” Sayyidah Aisyah dengan rasa bersalah menjadi salah tingkah. Teladan Rasulullah sebagai seorang suami menampilkan sikap tawadhu di hadapan keluarganya dengan cara tidak membebankan isterinya sendiri. Beliau membantu pekerjaan rumah yang menjadi tanggung jawab bersama. Apapun akan beliau lakukan, tanpa membebankan segala pekerjaan domestik kepada istri semata.

Sayyidah Aisyah menceritakan bahwa Rasulullah selalu berdoa dan memohon kepada Allah untuk dirinya dan keluarganya agar terhindar dari mara bahaya. Rasulullah juga sosok yang pengasih dan dekat dengan anak cucunya, ia tidak segan untuk menggendong, mengusap, dan mencium dengan penuh kasih sayang. Kendati anak-anak biasa merengek dan mengeluh serta banyak tingkah, tetapi beliau tidaklah marah, membentak, ataupun menghardik. Rasulullah selalu berlaku lemah lembut dan bersikap tenang dalam menghadapi anak-anak. Dalam riwayat, beliau tidak segan untuk bermain kuda-kudaan dengan kedua cucunya, Hasan dan Husain. Ketika shalat jamaah bersama para sahabat Rasulullah juga sering datang membawa cucu perempuannya, Umamah.

Rasulullah memberikan nasihat kepada para sahabat dan umumnya beliau mewasiatkan bahwa sebagai seorang suami semestinya bersikap lemah lembut terhadap istri dan anak-anaknya.

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي

“Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik terhadap keluarga. Dan aku adalah yang terbaik kepada keluarga.” (H.R. at-Tirmidzi)

Suatu hari Rasul meimami shalat ashar di mesjid Madinah, beliau sedang mengalami kelaparan yang sangat hebat, bahkan sampai mengikat batu di perutnya untuk mengurangi rasa lapar yang sangat menyiksa.  Betapa pedihnya rasa lapar itu!  Apalagi bagi beliau, yang senantiasa beribadah dan berdakwah,  menjalankan amanah sebagai Rasul Allah SWT. Dalam keadaan lapar yang demikian hebat,  Rasulullah SAW tetap menjalankan kewajibannya sebagai pemimpin.  Seketika saat memimpin shalat Ashar,  terdengar suara menggerutup di setiap gerak rasul dalam shalat perut yang berkeroncongan.  Suara itu menggema di telinga para sahabat yang menyaksikan langsung.  Mereka mendengar dengan jelas setiap gerak Rasulullah SAW,  suara seperti otot sendi yang terpisah yang tak mampu disembunyikan itu menjadi saksi bisu atas penderitaan kelaparan yang beliau alami.

Hadirin yang saya hormati,

Bayangkanlah betapa pedihnya peristiwa itu!  Nabi Muhammad SAW,  teladan bagi seluruh umat,  menahan lapar, bukan karena ketidakmampuan mencari nafkah,  tetapi karena beliau tidak ingin membebankan orang lain dan umatnya.  Beliau sangat khawatir dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.  "Mengapa engkau, wahai Nabi, membebankan uatmu yang kamu pimpin?",  jika beliau tidak berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi ujiannya terlebih dahulu.

Rasulullah SAW menunjukkan keteladanannya untuk tidak membebani umatnya meskipun harus menahan lapar yang berat. Kondisi ini diketahui Umar bin Khattab RA, menurut Umar, setiap gerakan Rasulullah SAW terkesan berat dan sukar. Ada bunyi cukup keras seperti persendian yang saling gesek. Sholat saat itu, terasa lebih lama dibanding biasanya.

Usai sholat, Umar mendatangi Nabi Muhammad SAW untuk menanyakan kondisinya. Umar duduk di sebelah Rasulullah SAW dan tetap hati-hati. "Ya Rasulullah, kami melihat seolah engkau menanggung penderitaan yang amat berat. Sakitkah engkau ya Rasul?" kata Umar. Saat itu, Rasulullah SAW menyambut Umar dengan senyum. Nabi kemudian menjawab pertanyaan umar sambil menggeleng. "Tidak, wahai Umar. Alhamdulillah, aku sehat," kata Nabi Muhammad SAW.

Umar sedih berat kemudian menahan air matanya dan berkata pelan-pelan meskipun ekspresi Umar terlihat sangat prihatin dan khawatir dengan kondisi Nabi Muhammad SAW. "Mengapa tiap kali engkau menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah sendi di tubuhmu bergesekan? Kami yakin engkau sedang sakit," kata Umar.

Nabi Muhammad SAW kembali tersenyum menanggapi Umar. Namun Nabi menjawab tidak, aku baik-baik saja. Rasulullah mengangkat jubahnya di depan para sahabat, hingga bagian perutnya terlihat. Para sahabat sangat kaget, terkejut dan bahkan sahabat sekuat Umar pun tak sanggup membendung air mata, menangis sedih, tersedu-sedu melihat perut Rasulullah SAW terlihat sangat kempis. Nabi kemudian melilit perutnya dengan kain yang membuntal. Kain tersebut ternyata berisi kerikil untuk mengganjal rasa lapar yang berat. Dalam suasana yang hening para sahabat tidak satupun yang tidak menangis, Rasul menjelaskan kerikil inilah yang menimbulkan suara berisik saat sholat tadi.

Saat itu juga, para sahabat Nabi SAW menangis tersedu-sedan. Tangisan mereka bukan hanya karena melihat Nabi SAW kelaparan, tetapi juga karena rasa bersalah dan ketidakmampuan mereka untuk sepenuhnya meringankan beban junjungan Nabi.  Mereka bertanya dalam hati, "Bagaimana kami bisa menjawab pertanyaan Allah SWT kelak, jika Nabi-Nya, di tengah-tengah kami, mengalami kelaparan? Bukankah kami, para sahabat, telah bersumpah untuk mengorbankan harta benda, bahkan nyawa kami demi beliau?"

Umar sambil mengusap air mata yang merasa sangat kasihan, kembali bertanya pada Nabi Muhammad SAW "Ya Rasul, apakah jika engkau mengatakan sedang lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan menyediakannya untuk engkau?" kata Umar. Rasulullah menutup perutnya dengan jubah. Saat itu, Rasul menatap Umar dan sahabat Nabi lainnya sambil memberikan jawaban.

"Tidak Umar. Aku tahu, apa pun akan kalian korbankan demi aku. Tetapi, apa yang harus aku katakan di hadapan Allah SWT nanti jika sebagai pemimpin aku harus menjadi beban bagi umatku? Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah dari Allah SWT untukku agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia, terlebih di akhirat," ujar Nabi Muhammad SAW.

Jawaban Rasulullah SAW menambah tumpah air mata Abubakar, Usman dan Ali menimbulkan rasa haru pada sahabat Nabi yang menyaksikan. Umar pun tidak memaksa Nabi mengikuti kemauannya. Umar memilih diam dan terus menangis mengusap airmatanya karena kelalaian, ketidak mampuannya memberikan makan Rasul dan membiarkan waktu berlalu sambil menagis pilu, Umar merasa malu dihadapan Allah nantinya bagaimana menjawab ini semua, seorang rasul junjungan kami bisa kelaparan di tengah-tengah kami.

Betapa besarnya pengorbanan dan keikhlasan yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW!  Beliau rela menahan lapar dan dahaga yang sangat hebat,  hanya demi umatnya yang tercinta.  Beliau mengutamakan kepentingan umatnya daripada kepentingan pribadi.  Kepemimpinan beliau bukanlah kepemimpinan yang didasarkan pada kekuasaan dan kemewahan, tetapi kepemimpinan yang lahir dari keikhlasan,  pengorbanan,  dan rasa tanggung jawab yang sangat besar.

Para sahabat Nabi SAW, yang menyaksikan sendiri penderitaan yang dialami oleh Nabi mereka,  juga menunjukkan keikhlasan dan kepedulian yang luar biasa.  Mereka rela berkorban harta benda,  waktu,  bahkan nyawa demi tegaknya agama Allah SWT dan kesejahteraan umat. Mereka saling membantu,  saling menguatkan,  dan saling berbagi dalam suka dan duka.  Mereka menyadari bahwa perjuangan menegakkan agama Islam bukanlah perjuangan yang mudah,  tetapi mereka tetap teguh pendirian dan tak kenal menyerah.

Hadirin yang dimuliakan Allah SWT,

Kisah haru biru ini, kisah yang mencengangkan dan meneteskan air mata,  bukan hanya sekadar cerita masa lalu.  Kisah ini merupakan pelajaran berharga bagi kita semua,  khususnya bagi generasi muda seperti kami,  para santri TPA Darul Istiqamah.  Kita harus belajar dari keteladanan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.  Kita harus meneladani keikhlasan,  pengorbanan,  dan kepedulian mereka terhadap sesama.

Dalam kehidupan kita sehari-hari,  kita mungkin sering kali dihadapkan pada berbagai macam cobaan dan tantangan.  Kita mungkin merasa kesulitan,  kecewa,  atau bahkan putus asa.  Namun,  kita harus selalu ingat akan kisah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.  Kita harus belajar untuk tetap teguh pendirian,  sabar dalam menghadapi cobaan,  dan ikhlas dalam berbuat baik.

Meski lapar hingga harus mengganjal perutnya dengan batu, Nabi Muhammad SAW masih melanjutkan aktivitasnya. Usai sholat, Rasulullah SAW menerima tamu seorang pria yang membawa berita dari Abbas. Abbas adalah paman Nabi yang tinggal di Makkah. Tamu yang memacu kudanya siang dan malam tersebut memberi kabar pergerakan Abu Sufyan yang berencana menyerang Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya. Setelah menerima kabar tersebut, Nabi tidak menunjukkan ekspresi yang mencolok. Nabi tak terlihat emosi atau marah hingga bisa terbaca para sahabatnya. Informasi serangan dan rasa lapar tidak mempengaruhi Nabi Muhammad SAW tetap menjadi pemimpin yang tidak ingin memberatkan dan selalu mementingkan umatnya. Sehingga membuahkan hasil Fathun Mekkah Penaklukan Kota Mekah yang Abu Sufyan sendiri menjadi takluk mengikuti Nabi.

Teman-teman seperjuangan yang saya hormati,

Prestasi yang kita raih,  gelar juara yang kita sandang jika menjadi juara,  semuanya hanyalah sebagian kecil dari ujian hidup.  Yang jauh lebih penting adalah keikhlasan kita dalam beribadah,  kepedulian kita terhadap sesama,  dan kesungguhan kita dalam meneladani akhlak Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Semoga kisah haru ini menjadi cambuk bagi kita semua untuk senantiasa berbuat baik, menolong yang membutuhkan, dan selalu mengutamakan kepentingan orang lain. Semoga kita semua dapat meneladani keteladanan Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin.

Sekian pidato dari saya, mohon maaf apabila ada kesalahan. 

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Kamis, 20 Maret 2025

Inspirasi! Prof. Eka Srimulyani Guncang Pascasarjana UIN Ar-Raniry: Kuliah Pendidikan Inklusi, Air Mata Mengalir, Hati Tergetar!

Banda Aceh, 21 Maret 2025 – Suasana kampus Pascasarjana UIN Ar-Raniry pagi ini dipenuhi aura haru biru. Bukan sekadar kuliah biasa, perkuliahan Pendidikan Inklusi bersama Prof. Dr. Eka Srimulyani,  menciptakan gelombang emosional yang luar biasa bagi para mahasiswa S3.  Diskusi yang mengaduk-aduk hati ini berpusat pada analisis data lapangan hasil observasi mahasiswa di PAUD Harsya Ceria Jilingke Banda Aceh,  mengarungi  kedalaman kisah Abdullah Ibnu Maktum,  refleksi mendalam Surat Abasa,  hikmah persatuan dalam Surat Al-Hujurat, serta hadits-hadits tentang penyandang disabilitas.   

Para mahasiswa,  termasuk Ridwan, S. Pd. I., MA., M. Pd.; Ahlul Fikri; Nazaruddin; Bahrullah; Fetti Eliayani; Syarifah Musanna; Maqfirah; Siti Haliman; dan Diana,  tak hanya serius menyimak paparan Prof. Eka, namun juga larut dalam perenungan mendalam.  Banyak di antara mereka yang tak kuasa menahan air mata,  tergetar oleh kisah nyata dan renungan inspiratif yang membuka mata akan arti sejati pendidikan inklusi. 

“Ini bukan sekadar kuliah buasa dengan Ibu Bu Prof. Eka,” ungkap Ridwan, terbata-bata, matanya berkaca-kaca. “Ini panggilan hati.  Perkuliahan hari ini benar-benar menggugah semangat dan panggilan saya untuk belajar dan mengajar dengan hati, bukan sekadar mengejar gelar.”  Kisah Ridwan hanyalah satu dari sekian banyak kesaksian yang menggetarkan hati dalam perkuliahan tersebut. 

Prof. Eka, dengan caranya yang khas, memulai perkuliahan dengan sebuah kisah inspiratif:  Abdullah Ibnu Maktum, sahabat Nabi Muhammad SAW yang buta namun memiliki keimanan dan kecerdasan luar biasa.  Kisah ini menjadi jembatan untuk membahas bagaimana Islam sejak awal sudah  menghargai dan memuliakan setiap individu,  tanpa membedakan latar belakang, kemampuan, dan kondisi fisik. 


“Bayangkan,  Abdullah Ibnu Maktum, seorang penyandang disabilitas,  bukan hanya dihargai, namun juga diperlakukan setara oleh Rasulullah SAW,”  ujar Prof. Eka, suaranya bergetar penuh emosional.  “Hal ini membuktikan bahwa inklusi bukanlah hal baru, melainkan ajaran yang sudah tertanam dalam ajaran Islam sejak 14 abad yang lalu.” 

Selanjutnya, Prof. Eka mengajak mahasiswa untuk merenungkan Surat Abasa, yang mengisahkan tentang Nabi Muhammad SAW yang mengabaikan seorang tunanetra.  Ayat-ayat tersebut,  bukan sebagai celaan,  melainkan sebagai pengingat pentingnya  memberikan perhatian kepada semua orang,  terutama yang lemah dan membutuhkan.  Dari sini, diskusi terarah pada pentingnya kesabaran dan empati dalam mendidik anak berkebutuhan khusus. 


Sebagai penyeimbang,  Prof. Eka juga  mengaitkan materi dengan Surat Al-Hujurat ayat 13 yang menekankan persatuan dan persaudaraan dalam keberagaman suku dan bangsa.  Konsep ini,  ujarnya,  harus diimplementasikan dalam pendidikan inklusif,  dimana anak-anak dari berbagai latar belakang, kemampuan, dan budaya,  diperlakukan setara dan dihargai perbedaannya. 


“Bayangkan PAUD Harsya Ceria Jilingke yang di observasi,”  kata Prof. Eka,  mengarahkan diskusi ke hasil observasi mahasiswa.  “Teman-teman menemukan  praktik inklusi yang nyata di sana!  Bagaimana cara mereka mengakomodasi  kebutuhan belajar anak-anak dengan berbagai kemampuan?” 

Diskusi yang menegangkan dan penuh haru pun berlanjut. Mahasiswa satu per satu bercerita tentang pengalaman observasi mereka,  mengungkapkan  tantangan dan keindahan  mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus.  Berbagai referensi yang menekankan pentingnya memperlakukan penyandang disabilitas dengan baik,  juga dibahas  untuk memperkuat landasan teologis pendidikan inklusi. 

Maqfirah,  salah seorang mahasiswa,  menceritakan bagaimana ia  menangis haru menyaksikan seorang anak berkebutuhan khusus  akhirnya mampu mencapai kemajuan belajar yang signifikan berkat  bimbingan guru yang penuh kesabaran dan kasih sayang. 


“Air mata saya tumpah bukan karena sedih,  tapi karena terharu melihat kegigihan anak itu dan dedikasi gurunya,”  kata Maqfirah, suaranya terisak.  “Saya baru menyadari betapa besar  pengaruh guru dalam membentuk  kehidupan anak-anak,  terutama anak berkebutuhan khusus.” 

Perkuliahan diakhiri dengan  kesimpulan bahwa pendidikan inklusi bukan hanya sekadar metode pembelajaran, tetapi  juga manifestasi dari nilai-nilai kemanusiaan yang universal dan tertanam kuat dalam ajaran Islam.  Para mahasiswa,  dengan mata berkaca-kaca dan hati yang penuh semangat,  berjanji untuk  terus belajar dan mengabdikan diri untuk  mewujudkan pendidikan inklusi yang lebih baik di Indonesia.  Perkuliahan ini,  bukan sekadar transfer pengetahuan,  tetapi  transformasi jiwa yang  akan terus menginspirasi mereka  dalam  perjalanan panjang  menjadi pendidik yang  berdedikasi dan penuh kasih sayang. 


Senin, 17 Maret 2025

Heboh! Rekor Inspirasi! Aceh Ciptakan Sejarah Baru: 1.215 Guru PAI Tulis Mushaf Al-Qur'an 30 Juz Serentak di Momen Nuzulul Qur'an!

Calang, Aceh Jaya, 17 Maret 2024 – Suasana haru bercampur syukur membahana di sejumlah kabupaten/kota Provinsi Aceh, hari ini. Ribuan guru PAI menoreh momen bersejarah yang mengguncang dunia pendidikan Islam Indonesia: Gerakan Menulis Mushaf Al-Qur’an (GEMMA) secara serentak 30 juz, melibatkan 1.215 guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dari seluruh Aceh, berhasil memecahkan rekor dan menyentuh hati jutaan orang. Peristiwa spektakuler ini bertepatan dengan momen Nuzulul Qur'an, menambah keagungan dan keistimewaan momen tersebut.  GEMMA bukan hanya sekadar aksi menulis, melainkan sebuah deklarasi cinta dan komitmen mendalam para guru PAI Aceh terhadap Al-Qur’an, sekaligus bukti nyata visi Aceh sebagai Provinsi Syariat Islam. 

GEMMA, gagasan inovatif Kementerian Agama Provinsi Aceh, bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan Al-Qur'an dan memperkuat pemahaman guru PAI terhadap kitab suci.  Bayangkan, 1.215 guru PAI dari berbagai kabupaten/kota, berkumpul di aula masing-masing kabupaten/kota, duduk berdampingan, dan bersama-sama menulis ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan tangan mereka sendiri.  Suasana khidmat dan sakral membalut seluruh area, diiringi lantunan ayat-ayat suci yang mengalun merdu, menciptakan harmoni spiritual yang memukau. 

Kontingen Aceh Jaya, terdiri dari 60 guru PAI, menjadi salah satu yang paling menonjol.  Kehadiran mereka semakin menambah semarak acara.  Lebih membanggakan lagi,  kehadiran  Bapak Kepala Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kabupaten Aceh Jaya, Ibu Kasi PAI, Staf Pengembangan Kelembagaan, beserta Ketua MGMP PAI, Ketua KKG PAI, dan Ketua AGPAI Aceh Jaya,  menunjukkan dukungan penuh pemerintah daerah terhadap GEMMA.  Mereka pun ikut serta menulis mushaf Al-Qur'an,  menjadi contoh dan inspirasi bagi guru-guru lainnya. 

Namun, yang membuat GEMMA benar-benar spektakuler dan menghebohkan adalah partisipasi Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd., seorang mahasiswa program Doktor S3 Pascasarjana UIN Ar-Raniry yang juga Kepala Sekolah SMP Swasta Darun Nizham, Aceh Jaya.  Ridwan bukan hanya sekedar peserta, tetapi juga membawa terobosan teknologi yang memukau. Ia memperkenalkan sistem penilaian dan penskoran berbasis kecerdasan buatan (AI) “Saya haru dan bangga bisa terlibat dalam GEMMA,” ungkap Ridwan, suaranya bergetar menahan emosi. “Ini bukan hanya menulis Al-Qur’an, tetapi manifestasi pengabdian dan cinta kami pada kitab suci.  Sistem AI yang kami kembangkan diharapkan memberikan evaluasi objektif dan akurat, membantu guru PAI meningkatkan kualitas pengajaran.” 

Sistem AI Ridwan merupakan terobosan monumental.  Ia tak hanya memberikan skor otomatis, tetapi juga memberikan feedback langsung kepada guru PAI tentang aspek yang perlu diperbaiki. Data dari sistem ini selanjutnya akan dianalisa untuk mengukur efektivitas metode pembelajaran Al-Qur'an di Aceh dan dapat direplikasi di daerah lain. 

Momen Nuzulul Qur'an menjadi latar sempurna GEMMA.  Ribuan guru PAI terlibat langsung dalam proses penulisan Al-Qur’an secara serentak.  Suasana khidmat bercampur haru dan kebanggaan menyelimuti seluruh hadirin.  Para guru PAI menulis dengan tekun dan khusyuk, menciptakan pemandangan yang luar biasa indah dan mengharukan. 

GEMMA bukan sekadar pemecah rekor, tetapi juga pencipta momen bersejarah bagi pendidikan agama Islam di Aceh.  Kegiatan ini menyatukan para guru PAI, mempererat tali silaturahmi, dan membangkitkan semangat dalam mendidik generasi muda.  GEMMA juga membuktikan bahwa teknologi dapat diintegrasikan dengan kegiatan keagamaan untuk mencapai tujuan yang lebih mulia.  Inovasi Ridwan dan keberhasilan GEMMA  menjadi bukti nyata bahwa Aceh, sebagai provinsi yang menerapkan syariat Islam,  terus berinovasi dan berkontribusi bagi kemajuan pendidikan agama di Indonesia. 

Keberhasilan GEMMA tak lepas dari peran Kementerian Agama Aceh, jajaran Kemenag Kabupaten/Kota, para guru PAI yang berdedikasi. Semoga GEMMA menginspirasi daerah lain untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam. Semoga Mushaf Al-Qur’an yang ditulis para guru PAI Aceh menjadi pedoman hidup bagi generasi mendatang dan menyebarkan cahaya hidayah bagi seluruh umat.  Kisah GEMMA bukanlah sekadar berita, tetapi inspirasi yang akan terus dikenang sepanjang masa.  Ia
merupakan bukti nyata bahwa semangat, dedikasi, dan inovasi dapat menciptakan keajaiban. 

Minggu, 16 Maret 2025

Heboh! Aplikasi AI PAI "Guru Kampung" Ciptaan Guru Desa Guncang Kuliah Doktor UIN Ar-Raniry bersama Prof. Dr. Jamaluddin

Banda Aceh, 15 Maret 2025 – Suasana kuliah Doktor S3 Pascasarjana UIN Ar-Raniry hari ini diwarnai keheningan yang tak biasa. Bukan karena suasana khidmat, melainkan karena decak kagum yang membisu.  Presentasi Ridwan, S. Pd. I., MA., M. Pd., seorang mahasiswa doktoral, tentang aplikasi kecerdasan buatan (AI)  PAI "Guru Kampung" telah meninggalkan jejak tak terlupakan di benak para hadirin.  Aplikasi yang dirancang seorang guru PAI dari desa di Aceh Jaya ini telah membuat para dosen dan mahasiswa, yang notabene adalah kepala sekolah inspiratif, guru berpengalaman, dan aktivis kemanusiaan, terkesima.  Kuliah yang dihadiri oleh tiga belas mahasiswa ini justru menjadi saksi bisu sebuah inovasi revolusioner di dunia pendidikan. 

Aplikasi "AI PAI Guru Kampung" bukanlah aplikasi biasa.  Dengan halaman utama yang sederhana dan intuitif, guru hanya perlu memasukkan data dasar seperti nama siswa, semester, nama guru, kepala sekolah, dan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).  Selanjutnya,  setiap hari guru cukup mengisi daftar hadir dan nilai harian, ulangan, tugas, UTS, dan UAS.  Secara ajaib, aplikasi ini akan secara otomatis menghitung seluruh nilai kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.  Lebih menakjubkan lagi, aplikasi ini mampu mencetak nilai rapor dan  menganalisis kebutuhan siswa, baik untuk pengayaan maupun remedial, bahkan mendeteksi daya serap masing-masing siswa. 

Yang lebih mengejutkan lagi, sang kreator aplikasi ini adalah seorang guru PAI kampung yang sederhana namun luar biasa, yang identitasnya baru terungkap setelah presentasi Ridwan.  Ia adalah Bapak Ridwan, S. Pd. I., MA., M. Pd, seorang guru terinspiratif di Aceh Jaya yang berhasil menyabet penghargaan 23 Tokoh Aceh Jaya Terinspiratif tahun 2023 oleh Penjabat (Pj.) Bupati Dr. Nurdin.  Prestasi Pak Ridwan tidak berhenti di situ.  Ia juga merupakan mantan juara Presenter Terbaik Nasional tahun 2019 yang diraih melalui ajang bergengsi yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.  Kala itu,  inovasi media pembelajaran "Pop Up" karyanya terpilih dari 1.420 naskah se-Indonesia.  Lebih hebatnya lagi,  penulisan naskah inovasinya didukung oleh 40 referensi jurnal internasional Q1, sebuah prestasi yang  jarang dicapai oleh guru dari daerah.  Pak Ridwan juga tercatat sebagai salah satu penulis dalam 3 jurnal Q1 yang diterbitkan oleh American Publisher, Atlantis Publisher, dan SOSHEX. 

Klik gambar lihat selengkapnya
Kehebatan Pak Ridwan tak berhenti pada inovasi media pembelajaran. Ia juga memimpin sekolah SMP Swasta Darun Nizham Teunom Aceh Jaya, yang di bawah kepemimpinannya meluncurkan 23 inovasi dan 23 MoU serentak lintas sektor.  Kerjasama tersebut tak tanggung-tanggung,  melibatkan berbagai pihak mulai dari UMKM lokal seperti Sareena Kupiah (pengrajin kupiah), hingga lembaga konservasi penyu dan berbagai LSM serta lembaga pemerintah daerah Aceh Jaya.  Hasilnya?  Pada Oktober 2024, SMP Darun Nizham meraih juara 1 Inovasi Terbaik tahun 2024 di ajang Pena Jaya. 

Kembali ke presentasi Ridwan,  kesederhanaan dan kehebatan aplikasi "AI PAI Guru Kampung" telah membuat para mahasiswa S3 tercengang.  Meskipun Ridwan telah menyiapkan lembar pertanyaan,  tidak ada satupun mahasiswa yang bertanya.  Keheningan tersebut merupakan bukti nyata betapa luar biasanya inovasi yang dipresentasikan. 

Prof. Dr. Jamaluddin, dosen ahli evaluasi, langsung memberikan apresiasi luar biasa terhadap aplikasi tersebut.  Ia bahkan mendorong Ridwan untuk mengembangkan aplikasi ini lebih lanjut dengan menggunakan model R&D Alessi dan Trollip untuk mencapai novelti dan sumbangsih yang lebih besar bagi dunia pendidikan. 

Para mahasiswa yang hadir, termasuk Ahlul Fikri, S. Ag., M. Pd., Nazaruddin, S. Ag., MA., Bahrullah, S. Ag., MA., Fetti Eliyani, S. Pd., M. Pd., Syarifah Musanna, S. Pd. I., MA., Siti Halimah, S. Pd., M. Pd., dan Maqfirah, S. Pd. I., MA.,  mengungkapkan kekaguman dan rasa haru mereka. Syarifah Musanna bahkan langsung meminta izin untuk menerapkan aplikasi tersebut di sekolahnya. 

Kisah aplikasi AI PAI "Guru Kampung"  bukan hanya sekadar berita inovasi teknologi.  Ini adalah bukti nyata bahwa inovasi dan kreativitas dapat muncul dari mana saja, bahkan dari desa terpencil di ujung negeri sekalipun.  Lebih dari itu,  kisah ini membuktikan bahwa seorang guru,  dengan semangat dan dedikasi yang tinggi, mampu menciptakan perubahan besar dalam dunia pendidikan Indonesia.  Aplikasi ini diharapkan mampu menjadi solusi praktis bagi para guru, terutama di daerah, dalam  meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses penilaian.  Inilah berita yang  menggemparkan, unik, dan menarik perhatian semua kalangan,  membuktikan bahwa Aceh juga kaya akan talenta yang tersembunyi,  menunggu untuk ditemukan dan diangkat ke permukaan.