Tahāfut al-Falāsifa
(Incoherence of the Philosophers) karya Al-Ghazali dan
Tahāfut al-Tahāfut
(The Incoherence of the Incoherence) karya Ibnu Rusyd (Averroes) merupakan dua karya penting dalam sejarah filsafat Islam yang saling berkaitan erat, namun dengan sudut pandang yang bertolak belakang. Berikut perbandingan keduanya:
Tahāfut al-Falāsifa (Al-Ghazali):
Tujuan: Mengkritik filsafat Aristotelian yang dianut oleh para filsuf Muslim (seperti Ibnu Sina dan Al-Farabi) yang menurut Al-Ghazali bertentangan dengan ajaran Islam. Ia berargumen bahwa filsafat, khususnya metafisika mereka, berpotensi merusak keyakinan keagamaan.
Metode: Al-Ghazali menggunakan metode dialektika , menunjukkan evolusi dan kelemahan logika dalam argumentasi para filsuf. Ia mengutip dan menganalisis pandangan para filsuf, lalu menunjukkan apa yang ia anggap sebagai inkonsistensi dan kesalahan. Fokusnya lebih pada kritik terhadap filsafat secara umum.
Pandangan: Al-Ghazali menekankan pentingnya wahyu dan intuisi sebagai sumber pengetahuan utama, menganggap akal manusia terbatas dalam memahami realitas ilahi. Ia pendekatan mistis (sufistik) dalam memahami kebenaran agama.
Pengaruh: Mempengaruhi pemikiran teologi Islam dan aliran pemikiran yang cenderung menolak atau meremehkan kontribusi filsafat Yunani dalam Islam. Memicu suasana tegang antara para teolog dan filsuf Muslim.
Tujuan: Menjawab dan membantah kritik Al-Ghazali terhadap para filsuf. Ibnu Rusyd mempertahankan validitas dan kegunaan filsafat Aristotelian dalam memahami agama. Ia berpendapat bahwa filsafat dan agama tidak berpisah, malah saling melengkapi.
Metode: Ibnu Rusyd menggunakan metode dialektika yang lebih sistematis dan teliti dibandingkan Al-Ghazali. Ia menunjukkan kelemahannya dalam argumen Al-Ghazali, mengklarifikasi dan menjelaskan pandangan para filsuf yang dikritik. Ia menunjukkan bagaimana tafsir yang benar terhadap filsafat tidak akan bertentangan dengan ajaran Islam.
Pandangan: Ibnu Rusyd menekankan pentingnya akal dan rasio sebagai alat untuk memahami baik dunia maupun wahyu. Ia berpendapat bahwa filsafat dapat digunakan untuk memperkuat dan menjelaskan ajaran-ajaran agama. Ia mengklaim bahwa beberapa pandangan para doktrin sejalan dengan ajaran Islam yang sebenarnya.
Pengaruh: Mempertahankan dan memperkuat posisi filsafat Aristotelian dalam dunia Islam. Memicu perkembangan pemikiran filsafat yang lebih moderat, mencoba mengintegrasikan akal dan wahyu.
Perbedaan Kunci:
Tahāfut al-Falāsifa (Al-Ghazali) Vs Tahāfut al-Tahāfut (Ibnu Rusyd)
Tujuan Mengkritik filsafat Vs Membela dan menjelaskan filsafat
Metode Dialetik, fokus pada kontradiksi Vs Dialektika yang lebih sistematis, klarifikasi
Pandangan Wahyu dan intuisi utama Vs Akal dan wahyu saling melengkapi
Inti Pemikiran Filsafat bertentangan dengan agama Vs Filsafat dan Agama Harmonis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar