Banda Aceh, Aceh – Bukan di gedung kuliah megah, namun di ruang pertemuan yang nyaman dan beraroma khas kopi Jepang, Coffee Solong (02-05-2025). Sebuah perbincangan penting tentang masa depan pendidikan Aceh tercipta. Di sana, para praktisi pendidikan, kepala sekolah, dan guru dari berbagai penjuru Aceh berkumpul, bukan sekadar untuk minum kopi, melainkan untuk berdiskusi dan menulis karya ilmiah mereka dalam kuliah S3 Filsafat Pendidikan Islam Program Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Suasana akrab dan informal justru memicu lahirnya gagasan-gagasan cemerlang yang mampu menggugah hati dan menginspirasi semangat mendidik anak negeri.
Kuliah S3 Filsafat Pendidikan Islam, yang biasanya berlangsung di kampus, kali ini memilih latar yang tidak biasa. Dengan latar belakang coffee meeting room dan aroma kopi yang menenangkan, para peserta kuliah seolah diajak untuk berpikir lebih kreatif dan mendalam. Kehadiran para praktisi pendidikan di Coffee Solong menjadi bukti nyata bahwa semangat mencerdaskan kehidupan bangsa tidak hanya terbatas di ruang kelas, tetapi dapat terpatri di mana saja, bahkan di tengah aroma kopi yang harum.
Acara yang dipandu oleh dosen pengasuh, Prof. Warul Walidin dan Dr. Silahuddin (Mantan Kadisdikbud Aceh Besar), ini menghasilkan presentasi artikel yang siap dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Keempat makalah tersebut menawarkan perspektif segar dan inovatif dalam pengembangan pendidikan Islam di Aceh, sekaligus menjadi cerminan komitmen para praktisi pendidikan untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan di Tanah Rencong.
Liberalisme dan Aktivisme dalam Pendidikan Islam: Sebuah Tantangan Kontemporer
Magfirah, S.Pd. I., MA, Guru PAI SMP Negeri 9 Banda Aceh, dalam presentasinya yang berjudul “Liberalisme dan Aktivisme dalam Pendidikan Islam,” memaparkan tantangan besar yang dihadapi pendidikan Islam kontemporer. Ia dengan cerdas menguraikan bagaimana pendidikan Islam perlu menyeimbangkan antara prinsip-prinsip kebebasan berpikir (liberalisme) dan semangat untuk berbuat kebaikan dan perubahan (aktivisme). Pemaparan Magfirah mengingatkan kita akan perlunya pendidikan yang melahirkan individu yang berwawasan luas, kritis, dan peka terhadap permasalahan sosial, sekaligus memiliki komitmen untuk berkontribusi dalam membangun masyarakat yang adil dan beradab.
Filosofi Malakah dan Insigh: Merangkai Insan Kamil melalui Pemahaman yang Mendalam
Ridwan, S.Pd. I., MA., M. Pd., Kepala SMP Swasta Darun Nizham Aceh Jaya, menghadirkan perspektif yang menarik dengan makalahnya, "Konsep Filosofi Malakah dan Insight: Suatu Analisis Komparatif dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Agama Islam." Ia melakukan analisis komparatif antara konsep malakah (kemampuan/keterampilan) dalam tradisi Islam dengan konsep insigh (pemahaman mendalam) dalam psikologi Barat. Ridwan berpendapat bahwa pendidikan Islam yang ideal harus mampu mengembangkan keduanya, sehingga terciptalah insan kamil yang tidak hanya memiliki keterampilan praktis, tetapi juga pemahaman yang mendalam tentang makna hidup dan tujuan penciptaan. Dengan memadukan kedua konsep tersebut, Ridwan menawarkan sebuah paradigma baru dalam membentuk karakter dan potensi anak didik.
Pendidikan Sains dan Karakter: Menciptakan Generasi yang Berilmu dan Berakhlak Mulia
Diana, S.Pd. I., M. Pd., Kepala SD Negeri 41 Banda Aceh, dalam presentasinya “Pendidikan Sains dan Karakter Menurut Athiyah Al-Abrasi,” mengajak kita untuk merefleksikan pentingnya integrasi pendidikan sains dan karakter. Ia mengkaji pemikiran Athiyah Al-Abrasi tentang pendidikan karakter yang berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah. Diana menekankan pentingnya membangun karakter anak sejak dini melalui pendidikan yang holistik, yang tidak hanya menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga pembentukan akhlak mulia dan nilai-nilai spiritual. Gagasan ini sangat relevan di era globalisasi saat ini, di mana kecerdasan intelektual perlu diimbangi dengan kecerdasan emosional dan spiritual.
Pedagogik Tafaqquh Fiddin Menurut Imam Syafi'i: Menjelajahi Kedalaman Pemahaman Agama

Apresiasi dan Fokus Penajaman: Menciptakan Kontribusi Nyata untuk Dunia Pendidikan
Prof. Warul Walidin dan Dr. Silahuddin memberikan apresiasi yang tinggi atas presentasi keempat makalah tersebut. Mereka menekankan pentingnya penajaman spesifikasi dan wujud kontribusi karya-karya ini bagi dunia pendidikan. Kedua dosen pengasuh tersebut juga memberikan arahan untuk lebih mendalamkan proses, jalur, dan produk yang dihasilkan dari penelitian ini. Mereka mendorong para peneliti untuk terus menggali potensi ontologis dalam upaya membentuk insan kamil, yang sesuai dengan visi pendidikan Islam. Konsep insan kamil, manusia yang utuh dan seimbang dalam aspek intelektual, emosional, spiritual, dan sosial, menjadi fokus utama dalam diskusi tersebut. Para peserta diajak untuk berpikir keras bagaimana menciptakan sistem pendidikan yang mampu melahirkan generasi penerus yang unggul dan berkarakter.
Kuliah S3 Filsafat Pendidikan Islam di Coffee Solong ini bukan hanya sekedar kuliah biasa. Ia merupakan sebuah ruang dialog, sebuah tempat bertemunya pikiran-pikiran cemerlang yang penyelamatan untuk memajukan pendidikan di Aceh. Di tengah aroma kopi yang menenangkan, terpatri komitmen untuk terus belajar, berinovasi, dan berkontribusi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Semoga semangat dan gagasan-gagasan yang lahir di Coffee Solong ini dapat menjadi inspirasi bagi para pendidik seluruh Indonesia untuk terus berjuang dalam mencetak generasi emas masa depan. Aroma kopi Jepang di Coffee Solong, kini telah bercampur dengan aroma semangat pendidikan yang membara.
lanjutkan sukses buat semua
BalasHapus