Banda Aceh, Aceh – Gedung pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh, biasanya senyap dan khidmat, hari ini bergema dengan semangat berbagi dan diskusi hangat (01-05-2025). Ucapan selamat hari pendidikan nasional menjadi khas menatap asa untuk masa depan anak bangsa, seolah menjadi saksi bisu dari pergulatan intelektual yang inspiratif. Kuliah S3 Pendidikan Inklusi, harus menjadi perhatian serius untuk semua insan. Bukan seminar formal, tetapi ruang dialog yang penuh energi, di mana dua presenter mahasiswa, Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd., dan Magfirah, S.Pd.I., MA., berbagi visi dan pengalaman mereka tentang pendidikan karakter religius dalam konteks sekolah inklusif.
Ridwan, Kepala Sekolah SMP Swasta Darun Nizham Aceh Jaya, membawa presentasi seolah peserta hadir langsung dalam perjalanan inspiratif ke PAUD Harsya Ceria, Banda Aceh. Presentasinya, “Strategi Pendidikan Karakter Religius Sekolah Inklusi PAUD Harsya Ceria Banda Aceh,” bukan sekadar paparan data statistik, tetapi sebuah kisah nyata yang menarik hati. Di PAUD Harsya Ceria, pendidikan karakter religius bukanlah materi terpisah, melainkan nafas yang menjiwai setiap aktivitas sekolah. Ridwan dengan luwes menjelaskan lima pilar utama pendidikan karakter religius mereka.
Doa sebelum dan sesudah makan bersama bukan sekadar ritual, tetapi pembelajaran rasa syukur yang mendalam. Bayangkan, anak-anak kecil dari berbagai latar belakang dan kemampuan, bersama-sama mengucapkan doa, suara-suara mungil mereka membentuk harmonisasi yang mengharukan. Ini bukan sekadar gerakan fisik, tetapi perjalanan spiritual bersama.
Salim, salaman jemmbatan persaudaraan. Salam Islami yang terucap tulus di antara anak-anak bukanlah formalitas, melainkan ekspresi kasih sayang dan penghormatan. Ungkapan "Assalamu'alaikum" bukan hanya kata-kata dan berjabat tangan semata, tetapi jembatan yang menghubungkan hati-hati kecil dan membangun persaudaraan yang kuat.
Gotong royong, ibadah sosial yang membentuk karakter. Membersihkan kelas dan lingkungan sekolah dimaknai sebagai ibadah sosial. Tangan-tangan kecil bekerja sama, membentuk karakter tanggung jawab, kepedulian, dan kerja sama. Mereka belajar bahwa membersihkan bukan hanya tugas, tetapi bagian dari ibadah.
Berbagi, menerima dan memberi, sebuah siklus kebaikan. Berbagi makanan kecil, mainan, atau pengalaman hidup diajarkan sebagai nilai penting. Anak-anak belajar menerima dan memberi, membangun rasa empati dan kepedulian terhadap sesama. Siklus kebaikan ini terus berputar, menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang.
Cerita islami, menginspirasi generasi dengan teladan para nabi. Kisah-kisah nabi dan tokoh Islam lainnya bukan sekadar cerita pengantar tidur, tetapi pelajaran hidup. Mereka belajar tentang kejujuran, keberanian, dan keteguhan hati dari teladan para pejuang iman. Nilai-nilai luhur ini tertanam secara alami dan menginspirasi.
Yang paling unik, PAUD Harsya Ceria memiliki sentra agama, satu dari enam sentra belajar, di mana anak-anak diajarkan wudhu dan gerakan shalat sederhana setiap hari. Praktik ini membantu anak-anak lebih disiplin, tenang, dan khusyuk, di samping menanamkan nilai-nilai religius yang kuat. Hasilnya, anak-anak, termasuk yang berkebutuhan khusus, lebih rajin berdoa, lebih sopan, lebih percaya diri, dan mampu berinteraksi sosial dengan baik.
Magfirah, Guru PAI SMP Negeri 9 Banda Aceh, menyajikan penelitiannya dengan pendekatan yang mendalam dan menyeluruh. Ia tidak hanya fokus pada ruang kelas, tetapi meliputi semua aspek sekolah, "dari teras depan hingga dapur," mengungkapkan detail-detail yang sering terabaikan. Ia menganalisis bagaimana interaksi antar siswa, peran guru, dan lingkungan sekolah membentuk karakter. Metodologi penelitiannya yang sistematis dan teliti menunjukkan keseriusan dan dedikasi yang tinggi.
Kedua presentasi ini mendapat apresiasi tinggi dari Dr. Nashriyah, MA, dosen berpengalaman dan alumni Eropa. Namun, beliau juga memberikan arahan penting. "Fokuslah pada novelty penelitian, kontribusi unik bagi dunia pendidikan, dan dampak nyata yang terukur. Beliau juga mengingatkan pentingnya kode etik penelitian dan peraturan ITE.
Sesi tanya jawab pun berlangsung menarik. Diana, S.Pd.I., M.Pd., menanyakan novelty pembinaan karakter, Bahrullah, S.Pd.I., MA, menanyakan profesionalisme guru dan rahasia sukses sekolah, Ahlul Fikri, S.Pd.I., M.Pd, menanyakan keunggulan sekolah dan strategi pembelajaran enam sentra, Syarifah Musanna, S.Pd.I., MA, menanyakan strategi pembelajaran spesifik, Nazaruddin, S.Pd.I., MA, menanyakan indikator dan hasil evaluasi keberhasilan sekolah, dan Siti Halimah, S.Pd.I., M.Pd., menanyakan pendekatan Islami yang digunakan. Semua pertanyaan dijawab dengan bijak dan meyakinkan oleh pemateri, dipertajam oleh arahan ibu dosen Dr. Nashriyah.
Kuliah S3 Pendidikan Inklusi ini bukan hanya pertemuan akademis, tetapi pertemuan inspiratif para pendidik Aceh yang berdedikasi membangun generasi masa depan. Ridwan dan Magfirah telah menunjukkan bagaimana pendidikan dengan sentuhan hati dan nilai-nilai religius dapat membangun generasi yang beriman, berakhlak mulia, dan berkompeten. Kisah mereka menginspirasi pendidik di seluruh Indonesia, bahwa pendidikan yang bermakna lahir dari dedikasi sepenuh hati.
Lanjutkan 👍
BalasHapus