Suasana akademis yang bergairah diawali dengan presentasi draf artikel dari Diana, S. Pd. I., M. Pd, Kepala SD 61 Banda Aceh. Dimulai dengan pantun dan ditutup dengan pantu, dengan kepiawaian menyampaikan materi, Diana mampu membawa para peserta menjelajahi dunia variabel penelitian. Ia menjelaskan dengan detail konsep variabel bebas, variabel terikat, dan interaksi kompleks antar variabel dalam penelitian yang komprehensif. Antusiasme peserta, yang sebagian besar merupakan guru berpengalaman di Aceh, sangat terlihat. Mereka tampak haus akan pengetahuan metodologi penelitian mutakhir yang relevan dengan kebutuhan pendidikan di Aceh.
Kuliah ini jauh dari sekedar teori belaka. Diskusi yang dinamis dan interaktif menjadikan pertemuan ini semakin bermakna. Pertanyaan-pertanyaan kritis bermunculan dari berbagai sudut pandang. Ahlul Fikri, S. Pd. I., M. Pd, mengajukan pertanyaan mendalam tentang pentingnya variabel bebas dan terikat, serta bagaimana hubungan antar variabel dalam penelitian dapat mempengaruhi validitas dan reliabilitas hasil penelitian. Pertanyaan ini menunjukkan kepekaan peserta akan pentingnya metodologi penelitian yang kuat untuk menghasilkan temuan yang berkualitas. Dr. Duskri dengan teliti dan jelas menjawab pertanyaan tersebut, memberikan penjelasan yang terstruktur dan mudah dipahami.
Berikutnya peserta kuliah Hayail Umroh, S. Pi., M. Pi, Dosen Unmuha dan Kepala PAUD UIN Ar-Raniry, menambah dinamika diskusi dengan pertanyaan mengenai penggunaan metode mixed methods. Pertanyaan ini menunjukkan kesadaran peserta akan keunggulan penggunaan berbagai pendekatan metodologi untuk mendapatkan gambaran yang lebih holistik dan komprehensif. Diskusi yang terjadi membuka wawasan baru tentang bagaimana mengintegrasikan metode kualitatif dan kuantitatif untuk memperkaya penelitian. Selanjutnya momen yang paling menginspirasi datang dari Nazaruddin, S. Pd. I., MA. Dengan sambil mengucapkan pantun yang memcah suasana hening, ia mengajukan pertanyaan yang mendalam tentang perbedaan jenis-jenis variabel dan urgensi masing-masing dalam penelitian.
Ridwan kemudian mengajukan pertanyaan yang sangat relevan, menunjukkan keseriusannya dalam mengembangkan penelitian yang berkualitas. Ia meminta pencerahan tentang cara mengklaim novelty dalam penelitian kualitatif. Ia tidak hanya berhenti di situ, ia juga meminta "peunutoh" (dalam bahasa Aceh) kata kunci yang tepat untuk berbagai jenis penelitian: Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan kata kunci "Upaya Peningkatan," penelitian eksperimen dengan "Pengaruh," penelitian dan pengembangan (R&D) dengan "Pengembangan," dan penelitian etnografi.
Seiring derasnya diskusi mengalir, pertanyaan Ridwan yang paling menarik mengenai penelitian yang dilakukannya berkaitan dengan tradisi lokal Aceh. Ia mengatakan sedang mempertimbangkan penelitian titipan dari keluarga Kerajaan Teunom tentang "Meurumok Raja Teunom," sebuah tradisi kenduri raja yang telah berkembang menjadi kegiatan gotong royong masyarakat dalam membuat bubur rempah. Ridwan ingin mengetahui bagaimana ia dapat mengungkap novelty dalam penelitian ini, bagaimana ia dapat menemukan aspek yang unik dan berharga, dan bagaimana penelitian ini dapat dikembangkan menjadi disertasi, artikel jurnal, dan buku untuk melestarikan adat istiadat dan kearifan lokal Aceh sebagai perekat sosial di era milenial. Ia ingin penelitiannya tidak hanya sekadar penelitian, namun juga warisan berharga bagi generasi mendatang.
Pertanyaan Ridwan menunjukkan keinginan kuat untuk menemukan novelty dalam penelitiannya agar dapat memberikan kontribusi yang berharga bagi dunia pendidikan. Dr. Duskri memberikan penjelasan yang mendalam dan tips untuk menemukan novelty, membuka cakrawala baru bagi para peserta untuk berkreasi dan berinovasi. Mereka menekankan pentingnya memahami konteks lokal dan mengungkap aspek-aspek unik yang dapat diangkat menjadi kontribusi bagi perkembangan pendidikan nasional.
Kuliah yang berlangsung dengan semangat ini diakhiri dengan foto bersama menggunakan seragam AGPAI. Momen ini menunjukkan solidaritas dan kebersamaan para peserta dalam upaya mengembangkan kualitas pendidikan di Aceh. Kuliah ini bukan hanya sekedar transfer ilmu, tetapi juga menjadi inspirasi bagi para peserta untuk terus berkarya dan berinovasi dalam dunia pendidikan. Melalui kegiatan seperti ini, diharapkan akan tercipta generasi pendidik yang mampu mengembangkan pendidikan di Aceh menjadi lebih berkualitas dan kompetitif di masa depan.
Semangat dan dedikasi para peserta, dengan penelitiannya yang mengungkap kearifan lokal, menjadi bukti bahwa transformasi pendidikan di Aceh sedang berjalan dengan pesat dan penuh harapan. Kolaborasi antara perguruan tinggi dan asosiasi guru seperti ini harus terus dikembangkan untuk mendorong kreasi dan inovasi di dunia pendidikan Indonesia. Kuliah ini bukan hanya sekedar kuliah, tetapi sebuah perjalanan inspiratif menuju pendidikan Aceh yang lebih berkualitas dan berkeadilan.
Terimkasih lanjutkan sukses buat semuanya
BalasHapus