Total Tayangan Halaman

Minggu, 04 Mei 2025

Evaluasi Pendidikan yang Tepat Guna: Menuju Inovasi dan Kreasi Berbasis Data di UIN Ar-Raniry Kuliah Bersama Dr. Duskri, M. Kes

Banda Aceh, AcehKuliah evaluasi dan statistik pendidikan di ruang sidang Pascasarjana UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, yang biasanya identik dengan angka dan rumus yang rumit, kali ini terasa berbeda (03-05-2025). Suasana kelas berubah menjadi dinamis dan inspiratif berkat presentasi Muhammad Yani, S.Pd.I., MA, yang berhasil menguraikan peran statistik dalam memajukan dunia pendidikan. Kuliah yang dipandu oleh Dr. Duskri, M.Kes, ini tidak hanya memberikan pemahaman teknis, tetapi juga menginspirasi para praktisi pendidikan untuk melakukan evaluasi yang tepat guna, berinovasi, dan memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan pendidikan di Aceh dan Indonesia.

Muhammad Yani, dalam presentasinya, dengan mahir menelusuri sejarah statistik, mulai dari perhitungan sederhana hingga penggunaannya dalam dunia modern yang kompleks. Ia menunjukkan bagaimana statistik berperan penting, tidak hanya dalam survei politik dan asesmen pembelajaran, tetapi juga dalam pemetaan lingkungan belajar yang lebih efektif. Penyajiannya yang sistematis dan mudah dipahami, diselingi dengan contoh-contoh kasus yang relevan, membantu mahasiswa memahami pentingnya berpikir kritis, mengidentifikasi bukti-bukti empiris, membangun argumen yang kuat, dan menarik kesimpulan yang logis berdasarkan data.

Keunikan perkuliahan ini terletak pada kemampuan menjembatani teori statistik dengan praktik evaluasi di lapangan. Muhammad Yani secara efektif menjelaskan bagaimana data yang dikumpulkan dan dianalisis secara statistik dapat menjadi dasar untuk perbaikan dan inovasi dalam sistem pendidikan. Ia menekankan pentingnya evaluasi yang tidak hanya mengukur keberhasilan, tetapi juga mengungkap faktor-faktor yang mendukung maupun menghambat proses pembelajaran. Dengan demikian, evaluasi bukan lagi sekedar "tugas administratif", tetapi alat yang sangat berharga untuk membangun sistem pendidikan yang lebih baik dan berkualitas.

Suasana kelas yang interaktif semakin menambah semangat para peserta perkuliahan. Pertanyaan-pertanyaan kritis dan berwawasan luas bermunculan, mencerminkan antusiasme dan keinginan untuk mendalami materi. Ahlul Fikri, S.Pd.I., MA, misalnya, bertanya tentang teknik penggunaan statistik parametrik dan non-parametrik, menunjukkan keingintahuan yang mendalam tentang metode analisis data yang tepat. Sementara itu, Bahrullah, S.Pd.I., MA, menyerap tingkat representasi angka dan huruf dalam menggambarkan realita pendidikan, mengingatkan pada pentingnya interpretasi data yang cermat dan berimbang. Siti Halimah, S.Pd.I., MA, bahkan mengajukan pertanyaan yang menarik tentang jenis statistik yang diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk statistik dalam olahraga (statistik bola), menunjukkan kegunaan statistik di berbagai konteks.

Apresiasi dan bimbingan dari Dr. Duskri, M.Kes, selaku dosen pengampu, menjadi salah satu faktor yang membuat perkuliahan ini sangat bermanfaat. Beliau menekankan pentingnya kebaruan dalam penelitian, mengajak mahasiswa untuk tidak hanya mengkaji teori yang sudah ada, tetapi juga untuk menciptakan inovasi dan kontribusi baru bagi dunia pendidikan. Dr. Duskri juga mengingatkan pentingnya memahami statistika dal dunia pendidikan menekankan integritas akademik dan keakuratan dalam penelitian. Beliau juga mendorong mahasiswa untuk menganalisis teks-teks dan data dengan tepat guna, sebagai upaya untuk memahami konteks dan relevansi statistik bagi pendidikan modern.

Salah satu peserta kuliah yang terinspirasi adalah Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd., Kepala Sekolah SMP Swasta Darun Nizham Aceh Jaya. Ia mengaku haru dan terinspirasi oleh kajian ini, yang memberikan acuan baru untuk berinovasi dan berkreasi di dunia pendidikan. Pengalaman Ridwan ini mewakili dampak positif dari kuliah ini, yaitu mampu memberikan motivasi dan wawasan baru bagi para praktisi pendidikan untuk terus berkembang dan berkontribusi bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.

Kuliah ini tidak hanya memberikan pengetahuan tentang teknik statistik, tetapi juga menginspirasi para peserta untuk menerapkannya dalam konteks evaluasi pendidikan yang lebih bermakna. Dengan pemahaman yang mendalam tentang statistik, para praktisi pendidikan dapat mengembangkan sistem evaluasi yang lebih tepat guna, yang tidak hanya mengukur hasil belajar siswa, tetapi juga mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan memberikan rekomendasi yang konkrit untuk perbaikan. Kuliah evaluasi dan statistik pendidikan di UIN Ar-Raniry bukan sekedar sebuah perkuliahan biasa, namun merupakan langkah nyata menuju pendidikan Indonesia yang lebih inovatif dan berkualitas.

Jumat, 02 Mei 2025

Hadits Jibril: Inspirasi Inovasi Pendidikan Deep Learning dari Bumi Serambi Mekah Kuliah Bersama Prof. Sri Suyanta

Banda Aceh, AcehKuliah Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh dipenuhi dengan diskusi hangat dan semangat inovasi (02-05-2025). Bukan seminar biasa, tetapi suasana akademik yang menginspirasi, kecerahan ilustrasi inovasi pendidikan deep learning yang semerbak. Di tempat inilah, Syarifah Musanna, S.Pd.I., MA., guru PAI SMA Peukan Bada Aceh Besar, memaparkan draf artikel jurnal penelitiannya yang menarik perhatian. Judulnya? “Hadits Jibril: Sebuah Telaah Pedagogis dalam Konteks Pendidikan Deep Learning.” Presentasi Syarifah, bagian dari kuliah Tafsir dan Hadits Tarbawi S3 Pascasarjana UIN Ar-Raniry, membuka ciri khas baru dalam memaknai Hadits Jibril. Kajian mendalamnya, yang menonjolkan rukun iman dan Islam dalam perspektif pendidikan, membuat suasana kuliah jauh dari kesan formal dan kaku.
 

Diskusi menggema dengan banyak pertanyaan dan masukan dari peserta, Ahlul Fikri, S. Pd. I., M. Pd. lebih menekankan pengamalan dari penyampaian konten dalam pembelajaran. Bahrullah, S. Pd. I., MA., MA. Berdasarkan Hadits tersebut menggambarkan guru akrab dengan siswa, guru tidak terlihat capek, berpenampilan dan pakain yang rapi. Magfirah, S. Pd. I., MA, mempertanyakan mote lebih penting dari pada konten. Semua pertanyaan yang diajukan terselesaikan dengan baik saling menguatkan dan melengkapi. Salah satu mahasiswa yang terkesan adalah Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd., Kepala Sekolah SMP Swasta Darun Nizham Aceh Jaya. Dengan mata berkaca-kaca, ia mengakui harunya. “Presentasi Ibu Syarifah sungguh menginspirasi. Ia membuka wawasan saya tentang bagaimana Hadits Jibril dapat menjadi acuan utama untuk berinovasi dan berkreasi dalam dunia pendidikan,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa penelitian ini memberikan motivasi baru bagi sekolahnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agama dan pembentukan karakter siswa.  

Penelitian Syarifah yang fokus pada aspek pendidikan Hadits Jibril mendapat apresiasi tinggi dari dosen pembimbing, Prof. Sri Suyanta. Prof. Sri mengarahkan pentingnya penekanan dalam menguliti aspek takhrij hadits (penelusuran jalur periwayatan hadits), verifikasi jalur hadits, serta status hadits itu sendiri. “Kebaruan sangat penting,” tegasnya. “Jangan hanya menjelaskan apa yang sudah ada, tetapi menunjukkan kontribusi unik penelitian ini bagi dunia pendidikan. Gali kebaruan dari berbagai sudut pandang, dan fokuslah pada dampak nyata bagi kemajuan pendidikan.”

Hadits Jibril, dengan penjelasan ringkas namun komprehensif tentang rukun iman dan Islam, memberikan kerangka yang kuat untuk mendidik, Implikasi pembelajaran mendalam, kurikulum dapat dirancang dengan modul pembelajaran yang progresif, dimulai dari pengenalan konsep dasar rukun iman dan Islam, lalu analisis teks Hadits Jibril, diskusi tentang esensinya dalam kehidupan modern, dan proyek aplikasi praktis (misalnya, membuat presentasi, menulis esai, atau kegiatan amal). Setiap modul merupakan "lapisan" pembelajaran yang membangun pemahaman yang lebih mendalam.

Berpikir kritis mengidentifikasi bukti-bukti dalam teks, menyebarkan argumen, dan menarik kesimpulan yang logis. Penyelidikan mencari informasi tambahan untuk memperkaya pemahaman dan mendukung argumen mereka. Pembelajaran yang menyenangkan menggunakan gamifikasi, menggunakan elemen permainan seperti poin, lencana, dan tantangan untuk memotivasi siswa. menggunakan video, animasi, simulasi, dan teknologi lainnya untuk membuat pembelajaran lebih menarik. Metode pembelajaran kolaboratif kerja kelompok, proyek bersama, dan diskusi antar siswa dapat meningkatkan interaksi dan motivasi.

Presentasi Syarifah bukan sekedar penelitian akademis, tetapi sebuah inspirasi bagi para pendidik di Aceh, bahkan Indonesia. Ia menunjukkan potensi Hadits Jibril sebagai sumber inovasi pendidikan yang mampu membentuk generasi yang beriman, bertakwa, berilmu, dan berakhlak mulia. Semoga kisah ini menjadi motivasi bagi para guru untuk terus berinovasi dan berkreasi dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan bermakna.

Selamat Hardiknas Menyemai Benih Insan Kamil di Balik Sekolah Inklusi; Kuliah Bersama Dr. Nashriyah, MA Alumni Eropa

Banda Aceh, Aceh – Gedung pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh, biasanya senyap dan khidmat, hari ini bergema dengan semangat berbagi dan diskusi hangat (01-05-2025). Ucapan selamat hari pendidikan nasional menjadi khas menatap asa untuk masa depan anak bangsa, seolah menjadi saksi bisu dari pergulatan intelektual yang inspiratif. Kuliah S3 Pendidikan Inklusi, harus menjadi perhatian serius untuk semua insan. Bukan seminar formal, tetapi ruang dialog yang penuh energi, di mana dua presenter mahasiswa, Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd., dan Magfirah, S.Pd.I., MA., berbagi  visi dan pengalaman mereka tentang pendidikan karakter religius dalam konteks sekolah inklusif.

Ridwan, Kepala Sekolah SMP Swasta Darun Nizham Aceh Jaya,  membawa presentasi seolah peserta hadir langsung dalam perjalanan inspiratif ke PAUD Harsya Ceria, Banda Aceh.  Presentasinya,  “Strategi Pendidikan Karakter Religius Sekolah Inklusi PAUD Harsya Ceria Banda Aceh,” bukan sekadar paparan data statistik, tetapi  sebuah kisah nyata yang  menarik hati.  Di PAUD Harsya Ceria,  pendidikan karakter religius bukanlah materi terpisah, melainkan nafas yang  menjiwai setiap aktivitas sekolah.  Ridwan  dengan  luwes  menjelaskan lima pilar utama pendidikan karakter religius mereka.

Doa sebelum dan sesudah makan bersama bukan sekadar ritual,  tetapi  pembelajaran  rasa syukur yang mendalam.  Bayangkan,  anak-anak  kecil  dari  berbagai  latar  belakang  dan  kemampuan,  bersama-sama  mengucapkan  doa,  suara-suara  mungil  mereka  membentuk  harmonisasi  yang  mengharukan.  Ini  bukan  sekadar  gerakan  fisik,  tetapi  perjalanan  spiritual  bersama. 

Salim, salaman jemmbatan persaudaraan. Salam Islami yang terucap tulus di antara anak-anak bukanlah  formalitas,  melainkan  ekspresi  kasih sayang dan penghormatan. Ungkapan "Assalamu'alaikum"  bukan  hanya  kata-kata dan berjabat tangan semata,  tetapi  jembatan  yang  menghubungkan  hati-hati  kecil  dan  membangun  persaudaraan  yang  kuat. 

Gotong royong, ibadah sosial yang membentuk karakter. Membersihkan kelas dan lingkungan sekolah dimaknai sebagai ibadah sosial.  Tangan-tangan kecil bekerja sama,  membentuk karakter tanggung jawab,  kepedulian,  dan  kerja sama.  Mereka belajar  bahwa  membersihkan  bukan  hanya  tugas,  tetapi  bagian  dari  ibadah. 

Berbagi, menerima dan memberi, sebuah siklus kebaikan. Berbagi makanan kecil, mainan, atau pengalaman  hidup  diajarkan  sebagai  nilai  penting.  Anak-anak  belajar  menerima  dan  memberi,  membangun  rasa  empati  dan  kepedulian  terhadap  sesama.  Siklus  kebaikan  ini  terus  berputar,  menciptakan  lingkungan  yang  penuh  kasih  sayang. 

Cerita islami, menginspirasi generasi dengan teladan para nabi. Kisah-kisah  nabi  dan  tokoh  Islam  lainnya  bukan  sekadar  cerita  pengantar  tidur,  tetapi  pelajaran  hidup.  Mereka  belajar  tentang  kejujuran,  keberanian,  dan  keteguhan  hati  dari  teladan  para  pejuang  iman.  Nilai-nilai  luhur  ini  tertanam  secara  alami  dan  menginspirasi. 

Yang paling unik, PAUD Harsya Ceria memiliki sentra agama,  satu dari enam sentra belajar,  di mana anak-anak diajarkan wudhu dan gerakan shalat sederhana setiap hari.  Praktik ini membantu anak-anak  lebih disiplin, tenang, dan khusyuk, di samping menanamkan nilai-nilai religius yang kuat.  Hasilnya, anak-anak, termasuk yang berkebutuhan khusus,  lebih rajin berdoa,  lebih sopan,  lebih  percaya diri,  dan  mampu berinteraksi sosial dengan baik. 

Magfirah,  Guru PAI SMP Negeri 9 Banda Aceh,  menyajikan penelitiannya  dengan pendekatan  yang  mendalam dan menyeluruh.  Ia  tidak  hanya  fokus  pada  ruang  kelas,  tetapi  meliputi  semua  aspek  sekolah,  "dari teras depan hingga dapur,"  mengungkapkan detail-detail yang sering terabaikan. Ia menganalisis bagaimana interaksi antar siswa, peran guru, dan lingkungan sekolah membentuk karakter.  Metodologi penelitiannya yang  sistematis dan  teliti  menunjukkan  keseriusan  dan  dedikasi  yang  tinggi. 

Kedua presentasi ini  mendapat apresiasi tinggi dari Dr. Nashriyah, MA, dosen berpengalaman dan alumni Eropa. Namun, beliau juga memberikan arahan penting. "Fokuslah pada novelty penelitian,  kontribusi unik  bagi dunia pendidikan,  dan dampak nyata yang terukur.  Beliau juga  mengingatkan  pentingnya  kode  etik  penelitian  dan  peraturan  ITE. 

Sesi tanya jawab pun berlangsung menarik.  Diana, S.Pd.I., M.Pd., menanyakan novelty pembinaan karakter, Bahrullah, S.Pd.I., MA, menanyakan profesionalisme guru dan rahasia sukses sekolah, Ahlul Fikri, S.Pd.I., M.Pd,  menanyakan keunggulan sekolah dan strategi pembelajaran enam sentra, Syarifah Musanna, S.Pd.I., MA, menanyakan strategi pembelajaran spesifik, Nazaruddin, S.Pd.I., MA, menanyakan indikator dan hasil evaluasi keberhasilan sekolah, dan Siti Halimah, S.Pd.I., M.Pd., menanyakan pendekatan Islami yang digunakan.  Semua pertanyaan dijawab dengan bijak dan meyakinkan oleh pemateri,  dipertajam oleh arahan ibu dosen Dr. Nashriyah. 

Kuliah S3 Pendidikan Inklusi ini bukan hanya pertemuan akademis, tetapi  pertemuan  inspiratif para pendidik Aceh yang berdedikasi membangun generasi masa depan.  Ridwan dan Magfirah  telah menunjukkan bagaimana pendidikan dengan sentuhan hati dan nilai-nilai religius dapat membangun generasi yang beriman, berakhlak mulia, dan berkompeten.  Kisah mereka menginspirasi pendidik di seluruh Indonesia,  bahwa  pendidikan  yang  bermakna  lahir  dari  dedikasi  sepenuh  hati. 

Kamis, 01 Mei 2025

Di Tengah Aroma Kopi Jepang, Terlahir Gagasan Pendidikan Masa Depan; Selamat Hardiknas

Banda Aceh, Aceh –   Bukan di gedung kuliah megah, namun di ruang pertemuan yang nyaman dan beraroma khas kopi Jepang, Coffee Solong (02-05-2025). Sebuah perbincangan penting tentang masa depan pendidikan Aceh tercipta. Di sana, para praktisi pendidikan, kepala sekolah, dan guru dari berbagai penjuru Aceh berkumpul, bukan sekadar untuk minum kopi, melainkan untuk berdiskusi dan menulis karya ilmiah mereka dalam kuliah S3 Filsafat Pendidikan Islam Program Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Suasana akrab dan informal justru memicu lahirnya gagasan-gagasan cemerlang yang mampu menggugah hati dan menginspirasi semangat mendidik anak negeri.

Kuliah S3 Filsafat Pendidikan Islam, yang biasanya berlangsung di kampus, kali ini memilih latar yang tidak biasa. Dengan latar belakang coffee meeting room dan aroma kopi yang menenangkan, para peserta kuliah seolah diajak untuk berpikir lebih kreatif dan mendalam. Kehadiran para praktisi pendidikan di Coffee Solong menjadi bukti nyata bahwa semangat mencerdaskan kehidupan bangsa tidak hanya terbatas di ruang kelas, tetapi dapat terpatri di mana saja, bahkan di tengah aroma kopi yang harum.

Acara yang dipandu oleh dosen pengasuh, Prof. Warul Walidin dan Dr. Silahuddin (Mantan Kadisdikbud Aceh Besar), ini menghasilkan presentasi artikel yang siap dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Keempat makalah tersebut menawarkan perspektif segar dan inovatif dalam pengembangan pendidikan Islam di Aceh, sekaligus menjadi cerminan komitmen para praktisi pendidikan untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan di Tanah Rencong.

Liberalisme dan Aktivisme dalam Pendidikan Islam: Sebuah Tantangan Kontemporer 

Magfirah, S.Pd. I., MA, Guru PAI SMP Negeri 9 Banda Aceh, dalam presentasinya yang berjudul “Liberalisme dan Aktivisme dalam Pendidikan Islam,” memaparkan tantangan besar yang dihadapi pendidikan Islam kontemporer. Ia dengan cerdas menguraikan bagaimana pendidikan Islam perlu menyeimbangkan antara prinsip-prinsip kebebasan berpikir (liberalisme) dan semangat untuk berbuat kebaikan dan perubahan (aktivisme). Pemaparan Magfirah mengingatkan kita akan perlunya pendidikan yang melahirkan individu yang berwawasan luas, kritis, dan peka terhadap permasalahan sosial, sekaligus memiliki komitmen untuk berkontribusi dalam membangun masyarakat yang adil dan beradab.

Filosofi Malakah dan Insigh: Merangkai Insan Kamil melalui Pemahaman yang Mendalam  

Ridwan, S.Pd. I., MA., M. Pd., Kepala SMP Swasta Darun Nizham Aceh Jaya, menghadirkan perspektif yang menarik dengan makalahnya, "Konsep Filosofi Malakah dan Insight: Suatu Analisis Komparatif dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Agama Islam." Ia melakukan analisis komparatif antara konsep malakah (kemampuan/keterampilan) dalam tradisi Islam dengan konsep insigh (pemahaman mendalam) dalam psikologi Barat. Ridwan berpendapat bahwa pendidikan Islam yang ideal harus mampu mengembangkan keduanya, sehingga terciptalah insan kamil yang tidak hanya memiliki keterampilan praktis, tetapi juga pemahaman yang mendalam tentang makna hidup dan tujuan penciptaan. Dengan memadukan kedua konsep tersebut, Ridwan menawarkan sebuah paradigma baru dalam membentuk karakter dan potensi anak didik. 

 Pendidikan Sains dan Karakter: Menciptakan Generasi yang Berilmu dan Berakhlak Mulia 

Diana, S.Pd. I., M. Pd., Kepala SD Negeri 41 Banda Aceh, dalam presentasinya “Pendidikan Sains dan Karakter Menurut Athiyah Al-Abrasi,” mengajak kita untuk merefleksikan pentingnya integrasi pendidikan sains dan karakter. Ia mengkaji pemikiran Athiyah Al-Abrasi tentang pendidikan karakter yang berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah. Diana menekankan pentingnya membangun karakter anak sejak dini melalui pendidikan yang holistik, yang tidak hanya menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga pembentukan akhlak mulia dan nilai-nilai spiritual. Gagasan ini sangat relevan di era globalisasi saat ini, di mana kecerdasan intelektual perlu diimbangi dengan kecerdasan emosional dan spiritual.

Pedagogik Tafaqquh Fiddin Menurut Imam Syafi'i: Menjelajahi Kedalaman Pemahaman Agama  

Nazaruddin, S.Pd. I., MA, Kepala SMA Negeri 1 Cot Glie Aceh Besar, menutup rangkaian presentasi dengan makalahnya yang berjudul "Konsep Pedagogik Tafaqquh Fiddin Menurut Imam Syafi'i." Ia membahas secara mendalam tentang konsep tafaqquh fiddin (mendalam dalam pemahaman agama) menurut Imam Syafi'i dan implikasinya dalam dunia pendidikan. Nazaruddin mengemukakan bahwa pendidikan agama tidak sekedar menghafalkan teks-teks keagamaan, tetapi harus mampu menumbuhkan pemahaman yang benar dan mendalam tentang ajaran Islam, sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Presentasi ini menjadi pengingat akan pentingnya pendidikan agama yang tidak hanya secara teoritis, tetapi juga praktis dan aplikatif. 

 Apresiasi dan Fokus Penajaman: Menciptakan Kontribusi Nyata untuk Dunia Pendidikan 

Prof. Warul Walidin dan Dr. Silahuddin memberikan apresiasi yang tinggi atas presentasi keempat makalah tersebut. Mereka menekankan pentingnya penajaman spesifikasi dan wujud kontribusi karya-karya ini bagi dunia pendidikan. Kedua dosen pengasuh tersebut juga memberikan arahan untuk lebih mendalamkan proses, jalur, dan produk yang dihasilkan dari penelitian ini. Mereka mendorong para peneliti untuk terus menggali potensi ontologis dalam upaya membentuk insan kamil, yang sesuai dengan visi pendidikan Islam. Konsep insan kamil, manusia yang utuh dan seimbang dalam aspek intelektual, emosional, spiritual, dan sosial, menjadi fokus utama dalam diskusi tersebut. Para peserta diajak untuk berpikir keras bagaimana menciptakan sistem pendidikan yang mampu melahirkan generasi penerus yang unggul dan berkarakter.

Kuliah S3 Filsafat Pendidikan Islam di Coffee Solong ini bukan hanya sekedar kuliah biasa. Ia merupakan sebuah ruang dialog, sebuah tempat bertemunya pikiran-pikiran cemerlang yang penyelamatan untuk memajukan pendidikan di Aceh. Di tengah aroma kopi yang menenangkan, terpatri komitmen untuk terus belajar, berinovasi, dan berkontribusi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Semoga semangat dan gagasan-gagasan yang lahir di Coffee Solong ini dapat menjadi inspirasi bagi para pendidik seluruh Indonesia untuk terus berjuang dalam mencetak generasi emas masa depan. Aroma kopi Jepang di Coffee Solong, kini telah bercampur dengan aroma semangat pendidikan yang membara.

Senin, 28 April 2025

Aceh Jaya Gempar! Riuh Peringatan HKB: Pelantikan OSIS, Penghargaan Tokoh Inspiratif, dan Film Mitigasi Bencana Libatkan Ratusan Siswa dan Lintas Sektor Kebencanaan

Teunom, Aceh Jaya (28-04-2025) – Suasana meriah dan haru bercampur aduk mewarnai Peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) di Kecamatan Teunom, Aceh Jaya, belum lama ini. Bukan sekadar upacara biasa, peringatan HKB ini bertransformasi menjadi sebuah perhelatan akbar yang menggetarkan semangat kesiapsiagaan bencana di tiga kecamatan: Teunom, Panga, dan Pasie Raya. Acara yang digagas oleh SMP Swasta Darun Nizham bersama Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten (BPBK) Aceh Jaya, beserta Forum Komunikasi Tagana Provinsi Aceh (FK Tagana), UPTD Puskesmas Teunom, Pemerintah Kecamatan Teunom, Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) serta sembilan sekolah mitra jenjang SD, SMP, dan SMA, ini menunjukkan sinergi luar biasa lintas sektor dalam membangun Aceh Jaya yang tangguh bencana.

Lebih dari Sekadar Upacara:
Acara yang dibuka secara resmi oleh Bapak Camat Teunom, T. Nazaruddin, SE., MM., ini tak hanya sebatas seremonial. Peringatan HKB ini dimulai dengan momen mengharukan, pelantikan pengurus OSIS baru SMP Swasta Darun Nizham, menandai regenerasi kepemimpinan muda yang siap menyongsong masa depan yang lebih tangguh bencana. Puncak acara adalah penganugerahan penghargaan kepada 10 Tokoh Inspiratif Kesiapsiagaan Bencana Aceh Jaya. Penghargaan bergengsi ini diberikan kepada individu-individu yang telah berdedikasi dalam upaya mitigasi dan penanggulangan bencana di Aceh Jaya, menjadi teladan bagi masyarakat.

Pesan Menyentuh dari Para Pemimpin:
Dalam sambutannya, Kalak BPBK Aceh Jaya, AG. Suhadi, SE., M.Si., menyampaikan pesan yang sangat mengena di hati, “Meunyoe Na Ingat Selamat!” – sebuah pesan sederhana namun sarat makna, mengingatkan kita untuk selalu waspada dan tenang dalam menghadapi bencana, serta siap untuk menyelamatkan diri. Sementara itu, Ketua FK Tagana Provinsi Aceh, Rizal Dinata, SE., menekankan pentingnya pelatihan kesiapsiagaan bencana mengingat daerah Aceh Jaya yang rawan bencana alam dan sosial. Beliau menyerukan semangat "Siap Untuk Selamat!", sebuah ajakan untuk selalu siap siaga menghadapi segala kemungkinan.

Inovasi Menggema: Dari SKPK hingga Sekolah:
Peringatan HKB ini juga menjadi panggung bagi inovasi-inovasi yang telah lahir dari sinergi lintas sektor. Dalam testimoni yang disampaikan, Kepala UPTD Puskesmas Teunom memaparkan inovasi terbaru mereka siap berkolaborasi dengan inovasi "Macan Sigap" milik BPBK Aceh Jaya (juara 3 jenjang SKPK), dan "Rehat Gesit" milik UPTD Puskesmas Teunom (juara 2 jenjang SKPK). Kehadiran Camat Teunom dengan inovasi "Pelayanan Administrasi Online" (juara 1 jenjang Kecamatan) dan SMPS Darun Nizham dengan inovasi "Pangeran Docsan" (juara 1 jenjang sekolah di Pena Jaya (Penganugerahan dan Pembinaan Inovasi Aceh Jaya) semakin menegaskan komitmen nyata dalam membangun Aceh Jaya yang inovatif dan tangguh bencana.

Kemitraan Lintas Sektor: Suatu Kolaborasi yang Luar Biasa:
Camat Teunom, dalam sambutannya, memberikan apresiasi yang tinggi atas kerjasama lintas sektor yang terbangun dalam acara tersebut. Kehadiran tim BPBK, Unit Pemadam Teunom, dan Tim FK Tagana Provinsi Aceh, merupakan bukti nyata sinergi luar biasa yang patut dicontoh. Kolaborasi ini bukan hanya sekedar wujud kemitraan, tetapi juga menjadi pondasi kokoh dalam merealisasikan, mendiseminasikan, dan mengembangkan inovasi di bidang penanggulangan bencana.

Haru Biru SMPS Darun Nizham dan Film Mitigasi Bencana:
Kepala Sekolah SMPS Darun Nizham Ridwan, S. Pd. I., MA., M. Pd, yang juga menghadirkan inovasi unggulan "SIRAMBI Sekolah Islam Berbasis Industri", mengungkapkan rasa harunya atas terselenggaranya acara ini. Kehadiran berbagai unsur stakeholder, dari BPBK hingga FK Tagana, merupakan dukungan nyata bagi sekolah dalam mengembangkan program mitigasi bencana. Lebih mengagumkan lagi, acara ini dimeriahkan dengan kehadiran tim Studio Centra yang mengarahkan pembuatan film mitigasi kebencanaan. Film yang berdurasi 30 menit ini melibatkan ratusan siswa, menggambarkan skenario nyata bencana, mulai dari proses belajar di kelas hingga evakuasi saat gempa, bahkan hingga bantuan pasca bencana. Penggunaan sirine, drone, dan kamera menambah kesan dramatis dan realistis, mampu menjangkau segala lapisan masyarakat.

Kerja Cerdas, Kerja Ikhlas, Kerja Keras:
Keberhasilan acara ini menunjukkan semangat kerja cerdas, kerja ikhlas, dan kerja keras dari semua pihak yang terlibat. Kepala Sekolah SMPS Darun Nizham menyatakan tergeraknya semangat untuk terus mengembangkan kemitraan yang lebih kuat dalam memberikan pelayanan publik yang lebih baik. Kehadiran sekolah mitra juga menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam upaya pembangunan kesiapsiagaan bencana di tingkat sekolah.

Kesimpulan:
Peringatan HKB di Aceh Jaya bukanlah sekadar upacara seremonial. Ini adalah momentum penting yang menunjukkan komitmen nyata dalam membangun Aceh Jaya yang tangguh bencana. Sinergi lintas sektor, inovasi yang lahir dari kolaborasi, serta semangat kerja keras dan ikhlas, telah menciptakan suatu perhelatan yang tidak hanya meriah, tetapi juga sangat menginspirasi dan mengugah kepedulian banyak orang. Semoga semangat ini terus menyala, membawa Aceh Jaya menuju masa depan yang lebih aman dan tangguh bencana. Semoga langkah kecerdasan ini dapat diikuti oleh daerah-daerah lain di Indonesia.


Sabtu, 26 April 2025

Kuliah S3 Evaluasi dan Statistik Pendidikan Menginspirasi Praktisi Pendidikan dan Aktivis Kemanusiaan

Banda Aceh, Aceh (26-04-225) – Suasana akademik yang dinamis dan inspiratif terpancar dari ruang kuliah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Pascasarjana UIN Ar-Raniry.  Sebanyak 13 mahasiswa S3 PAI, terdiri dari guru, kepala sekolah SD, SMP, dan SMA se-Aceh, mengikuti mata kuliah Evaluasi dan Statistik Pendidikan dengan antusiasme tinggi. Kuliah yang dipandu oleh Dr. Duskri, M.Kes dan Prof. Jamaluddin ini bukan sekadar penyampaian materi teoritis, melainkan juga praktik langsung yang sangat aplikatif, khususnya dalam memahami teknik perumusan dan pengujian hipotesis.  Para mahasiswa, yang juga merupakan praktisi pendidikan dan beberapa di antaranya aktifis kemanusiaan, merasa sangat terbantu dengan pendekatan pembelajaran yang diusung. 

Materi inti kuliah kali ini difokuskan pada pemahaman hipotesis dalam penelitian.  Presentasi yang memukau dari Ibu Siti Halimah, S.Pd., M.Pd, Kepala SDN Neusoe Teubalui Aceh Besar, menjadi pembuka yang ideal. Dengan pengalamannya sebagai kepala sekolah, Ibu Siti mampu menyampaikan materi rumusan hipotesis, jenis-jenisnya, cara menguji, serta perbedaan antara hipotesis nol (H₀) dan hipotesis alternatif (H₁) dengan sangat lugas dan mudah dipahami.  Ia memaparkan contoh-contoh konkret dari permasalahan pendidikan di Aceh, sehingga para mahasiswa dapat langsung mengaitkan teori dengan praktik di lapangan. 

“Hipotesis merupakan jantung dari sebuah penelitian,” ujar Ibu Siti mengawali presentasinya. “Rumusan hipotesis yang tepat dan terukur akan menentukan arah dan kualitas penelitian kita.  Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang bagaimana merumuskan, jenis-jenis, dan cara menguji hipotesis sangatlah krusial.” Ibu Siti menjelaskan perbedaan antara hipotesis nol (H₀), yang menyatakan tidak ada perbedaan atau hubungan antara variabel, dan hipotesis alternatif (H₁), yang menyatakan adanya perbedaan atau hubungan.  Ia menekankan pentingnya merumuskan H₀ dan H₁ secara jelas dan operasional, sehingga mudah diukur dan diuji secara empiris.  Lebih lanjut, Ibu Siti juga menjelaskan perbedaan antara hipotesis satu arah (one-tailed) dan dua arah (two-tailed) serta implikasinya dalam pengambilan keputusan statistik.  Presentasi ini tak hanya memaparkan teori, tetapi juga memberikan panduan praktis bagaimana merancang penelitian dengan kerangka hipotesis yang kuat. 

Penjelasan Ibu Siti kemudian diperkaya dan diperdalam oleh kedua dosen pengampu mata kuliah. Dr. Duskri, M.Kes, dengan keahliannya di bidang statistik pendidikan, memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana memilih uji statistik yang tepat sesuai dengan jenis data dan desain penelitian.  Membimbing mahasiswa untuk memahami teknik analisis data menggunakan aplikasi SPSS (Statistical Package for the Social Sciences).  Ia menunjukkan langkah demi langkah bagaimana mengolah data, melakukan uji statistik, dan menginterpretasikan hasil uji tersebut.  Dengan pendekatan yang sangat praktis dan penggunaan aplikasi SPSS, mahasiswa dapat langsung mempraktekkan teknik analisis data. 

Kuliah ini berlangsung sangat interaktif.  Para mahasiswa aktif bertanya dan berdiskusi,  mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis terkait materi yang disampaikan, dan berbagi pengalaman mereka dalam melakukan penelitian.  Diskusi yang seru dan penuh semangat ini dipandu oleh kedua dosen dengan sabar dan penuh perhatian, menciptakan suasana belajar yang nyaman dan efektif. Salah satu peserta, Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd, yang juga kepala sekolah dari Aceh Jaya, mengaku sangat puas dan tercerahkan setelah mengikuti kuliah tersebut.  “Kuliah ini sungguh luar biasa!  Saya merasa sangat terbantu dengan penjelasan yang sistematis dan mudah dipahami, khususnya tentang pengujian hipotesis menggunakan SPSS,” ujarnya.  “Selama ini saya sering mengalami kesulitan dalam menganalisis data penelitian.  Tapi setelah mengikuti kuliah ini, saya merasa lebih percaya diri dan memiliki bekal utama untuk melakukan penelitian ke depan.” 

Para mahasiswa lainnya juga mengungkapkan hal senada.  Mereka merasa kuliah ini sangat relevan dengan pekerjaan mereka sebagai praktisi pendidikan dan aktivis kemanusiaan.  Pemahaman yang mendalam tentang evaluasi dan statistik pendidikan, terutama teknik perumusan dan pengujian hipotesis, akan sangat bermanfaat bagi mereka dalam melakukan evaluasi program, mengembangkan kurikulum, dan melakukan penelitian-penelitian yang berdampak positif bagi masyarakat. 

Kuliah S3 PAI UIN Ar-Raniry ini membuktikan bahwa pendidikan pascasarjana tidak hanya sekadar transfer pengetahuan teoritis, tetapi juga harus mampu membekali mahasiswa dengan keahlian praktis yang relevan dengan konteks pekerjaan mereka.  Pendekatan pembelajaran yang inovatif dan interaktif, seperti yang diterapkan dalam kuliah ini, sangat efektif dalam meningkatkan pemahaman mahasiswa dan memotivasi mereka untuk terus mengembangkan kompetensi di bidang pendidikan.  Semoga semangat dan inspirasi dari kuliah ini dapat terus menyebar dan berkontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan di Aceh dan Indonesia. 

Haru Membuka Paradigma Cara Pandang Baregama di Pascasarjana UIN Arraniry: Hadits Shalat "Sebagaimana Kamu Melihatku Shalat" Menyatukan Umat di Tengah Keberagaman

Banda Aceh, Aceh (26-04-2025) – Suasana haru dan penuh inspirasi simpan ruang kuliah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Pascasarjana UIN Ar-Raniry. Bukan sekedar kuliah Tafsir dan Hadits Tarbawi rutin bersama dua profesor kenamaan, Prof. Dr. Sri Suyanta dan Prof. Dr. Syabuddin Gade, tetapi presentasi Cutnyak Marlina, S.Pd., MA, seorang mahasiswi S3 PAI yang juga aktif di LSM kemanusiaan, berhasil membuka lanskap baru tentang pemahaman Hadits “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat.” Presentasi Cutnyak, mengungkap kisah-kisah inspiratif dari lapangan, tak hanya mengupas nilai-nilai hadits edukatif, namun juga menekankan perekat persatuan umat, menjembatani perbedaan, dan meredam potensi pertikaian. Ridwan, S. Pd. I., MA., M. Pd Sebagai kepala sekolah di desa sekaligus mahasiswa S3 PAI UIN Arraniry, saya ikut hadir dan menyaksikan langsung betapa luar biasanya presentasi ini.

Cutnyak, dengan pengalamannya di LSM kemanusiaan yang sering berinteraksi dengan beragam kalangan, menawarkan perspektif unik. Baginya, hadits yang sering diinterpretasikan secara tekstual dan menimbulkan terjadinya antar mazhab, menyimpan pesan utama yang jauh lebih luas: persatuan dan rahmat.

“Hadits ini bukan semata-mata panduan teknis gerakan shalat,” ujar Cutnyak, suaranya bergetar, menceritakan pengalaman di lapangan. “Lebih dari itu, pesan universal tentang bagaimana Rasulullah SAW, sebagai pemimpin dan teladan, menunjukkan sikap toleran, bijaksana, dan penuh kasih sayang kepada seluruh umatnya.”

Cutnyak menjelaskan bagaimana perbedaan mazhab dalam fiqih shalat, seringkali menjadi sumber pertikaian, justru bukti kekayaan dan keragaman ajaran Islam. Perbedaannya bukan perpecahan, tetapi dinamika pemahaman agama yang kaya. Rasulullah SAW mengharapkan umatnya saling memahami, menghargai, dan hidup berdampingan secara damai meskipun terdapat perbedaan dalam menjalankan ibadah.

“Bayangkan, betapa banyaknya cara berbeda dalam beribadah, dari gerakan hingga bacaan, yang sah dalam Islam. Ini menunjukkan luasnya rahmat Allah SWT dan ajaran Islam untuk mengakomodasi berbagai kondisi dan konteks. Hadits ini mengajarkan kita untuk saling menerima perbedaan, tidak mencari kesalahan, dan fokus pada esensi ibadah: menghubungkan diri dengan Allah SWT,” jelas Cutnyak, matanya berkaca-kaca.

Penyajiannya sebuah kisah-kisah nyata. Ia menceritakan pengalaman mendampingi pengungsi dari berbagai daerah dan latar belakang agama. Di tengah kepedihan, nilai-nilai toleransi dan saling menghargai menjadi perekat kebersamaan. Mereka, meski berbeda keyakinan, saling membantu, menunjukkan perbedaan bukan penghalang untuk membangun persatuan. Sebagai kepala sekolah, saya langsung terhubung dengan kisah ini; di sekolah kami pun, keberagaman latar belakang siswa justru memperkaya proses belajar mengajar.

Cutnyak juga berbagi pengalaman mendampingi kelompok masyarakat yang berbeda pendapat soal agama. Melalui pendekatan dialogis dan empati, ia membantu mereka menemukan titik temu dan berkomitmen untuk saling menghormati. Hadits “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat” menjadi jembatan yang menghubungkan perbedaan, mendorong toleransi, dan menghindari pertikaian.

“Perbedaan Imam rahmat bagi umat, bukan pemicu pertikaian,” tegas Cutnyak, mengutip ungkapan yang menjadi inti argumentasinya. Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam menebarkan rahmat, dan kita harus meneladani sikap bijaksana Beliau dalam menghadapi perbedaan. Hadits-hadits tersebut bukan ajakan untuk menciptakan ritual keseragaman, melainkan kesatuan jiwa dan tujuan dalam beribadah kepada Allah SWT.

Analisis Cutnyak mengenai jalur periwayatan hadits ini sungguh mengesankan. Penelitiannya menunjukkan hadits ini memiliki sanad yang sangat kuat, bahkan mendekati mutawatir, dengan 23 jalur periwayatan yang berbeda. Kuatnya jalur periwayatan ini menegaskan keabsahan dan keotentikan hadits tersebut. Ini menunjukkan betapa pentingnya hadits ini bagi umat Islam.

Prof Sri Suyanta, dalam tanggapannya, menyatakan kekaguman. “Cutnyak telah berhasil menafsirkan hadits ini dengan cara yang sangat inspiratif dan relevan dengan konteks kekinian,” ujarnya. “Ia telah mengajarkan kepada kita bagaimana melihat hadits bukan hanya sebagai teks yang mati, tetapi sebagai sumber inspirasi dan pedoman hidup yang dinamis dan adaptif.”

Prof. Syabuddin Gade menambahkan bahwa presentasi Cutnyak merupakan contoh bagaimana kajian hadits tarbawi seharusnya diimplementasikan: tidak hanya fokus pada kajian tekstual, tetapi juga berorientasi pada solusi praktis dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. Ia berharap, penelitian-penelitian seperti yang dilakukan Cutnyak dapat terus dikembangkan untuk memecahkan berbagai permasalahan keagamaan dan sosial di tengah masyarakat.

Kuliah diakhiri dengan tangisan haru dari sebagian peserta. Bukan hanya karena presentasi yang luar biasa, tetapi juga karena kesadaran baru tentang pentingnya persatuan umat, yang dibangun di atas pemahaman dan penerimaan terhadap perbedaan. Hadits “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat”, yang seringkali jadi sumber terjadinya, dimaknai sebagai jembatan persatuan, membuka jalan menuju perdamaian dan kerukunan dalam keberagaman.

Sebagai kepala sekolah dan mahasiswa S3 PAI, saya terinspirasi oleh presentasi Cutnyak. Ia telah menunjukkan bagaimana pendidikan agama yang benar dapat melahirkan individu-individu yang berintegritas, peduli, dan mampu memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa dan negara. Pengalaman Cutnyak di lapangan telah memberikan dimensi baru pada pemahaman hadits, menunjukkan betapa pentingnya mencari makna yang mendalam dan aplikatif dari setiap ayat dan hadits, untuk membangun persatuan dan perdamaian di tengah keberagaman. Air mata haru ini bukanlah akhir, tetapi awal dari sebuah perjuangan panjang untuk pendidikan dan persatuan Indonesia yang lebih baik dan inklusif. Semoga semangat Cutnyak menginspirasi kita semua.

Jumat, 25 April 2025

Tumpah Air Mata Haru di Pascasrjana UIN Ar-Raniry: Kuliah S3 PAI Pendidikan Inklusi Tebarkan Kepedulian Mengubah Cara Pandang

Banda Aceh, Aceh (25-04-2025) – Suasana haru menghemat ruang kuliah Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Pascasarjana UIN Ar-Raniry. Bukan karena kesedihan, melainkan karena limpahan rasa syukur dan kepedulian yang terpancar dari wajah para mahasiswa dan dosen. Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, kuliah strata tiga (S3) PAI ini telah menjadi oase bagi 10 praktisi pendidikan, terdiri dari guru dan kepala sekolah, yang bertekad untuk mengubah paradigma pendidikan inklusi di Aceh. Di bawah bimbingan Prof. Eka Sri Mulyani dan Dr. Nashriyah, dua dosen berpengalaman dengan latar belakang pendidikan dari Belanda dan Australia, para calon doktor ini tidak hanya mempelajari teori, tetapi juga terjun langsung ke lapangan, merasakan sendiri getir dan manisnya perjuangan mendidik anak-anak berkebutuhan khusus.

Kuliah S3 PAI ini bukan sekadar mengejar gelar akademik. Lebih dari itu, ia adalah sebuah panggilan jiwa untuk mengabdi kepada negeri, khususnya bagi mereka yang selama ini terpinggirkan dalam sistem pendidikan. Para pelajar, yang sudah terkenal di dunia pendidikan, merasakan betapa pentingnya pendidikan inklusi, sebuah sistem pendidikan yang memastikan semua anak, tanpa memandang perbedaan kemampuan, dapat mengenyam pendidikan yang berkualitas dan setara.

Selama beberapa bulan terakhir, mereka telah melakukan observasi lapangan ke sejumlah sekolah inklusi di Aceh. Mereka menyaksikan sendiri bagaimana anak-anak berkebutuhan khusus berjuang untuk belajar, bagaimana guru-guru berjuang atau berusaha sekuat tenaga, dengan semangat yang penuh dan tidak menyerah dengan segala keterbatasan, dan bagaimana orang tua mencurahkan seluruh cinta dan kasih sayang untuk anak-anak mereka. Pengalaman ini telah menjadi pelajaran berharga, mengubah cara pandang mereka tentang pendidikan inklusi dari sekadar teori menjadi kenyataan yang menyentuh hati.

“Saya terharu melihat perjuangan anak-anak berkebutuhan khusus dan guru-guru mereka,” ujar Ridwan, S.Pd.I., MA, M.Pd., salah satu mahasiswa S3 PAI yang juga merupakan seorang kepala sekolah. “Mereka begitu gigih, penuh semangat, meski harus berjuang ekstra keras. Kuliah ini tidak hanya memberikan saya pengetahuan teoritis, tetapi juga pengalaman lapangan yang sangat bermakna. Saya belajar banyak tentang metode pembelajaran yang efektif untuk anak berkebutuhan khusus, dan yang lebih penting, saya belajar tentang arti kesabaran, keikhlasan, dan cinta kasih yang tulus.”

Tidak hanya observasi lapangan, program perkuliahan ini juga mencakup analisis data, penulisan jurnal, hingga proses penyerahan publikasi jurnal internasional. Hal ini menunjukkan kajian program komitmen untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya memiliki kompetensi teoritis, tetapi juga mampu berkontribusi secara nyata dalam pengembangan pendidikan inklusi di Indonesia. Ridwan mengaku sangat puas dengan proses pembelajaran yang terintegrasi ini. “Dari teori, praktik, analisis, sampai publikasi, semuanya terarah dan terstruktur dengan baik. Ini menunjukkan komitmen dosen untuk mendidik kami menjadi peneliti dan praktisi yang handal”, tambahnya.

Ibu Dr. Nashriyah, dosen yang berpengalaman dalam pendidikan inklusif di Australia, menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak untuk mewujudkan pendidikan inklusi yang efektif. “Pendidikan inklusi bukan hanya tanggung jawab guru, tetapi juga orang tua, masyarakat, dan pemerintah,” ujarnya. “Kolaborasi yang kuat antara semua pihak sangat penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang ramah dan inklusif bagi semua anak.”

Sementara itu, Prof. Eka Sri Mulyani, dosen pengasuh yang juga ahli dalam pendidikan agama, menambahkan bahwa pendidikan inklusi harus dipadukan dengan pendidikan karakter religius. “Pendidikan agama dapat menjadi landasan yang kuat dalam membangun karakter anak-anak, termasuk anak-anak berkebutuhan khusus,” tuturnya. “Nilai-nilai agama seperti kasih sayang, toleransi, dan kepedulian dapat membantu anak-anak untuk menerima perbedaan dan membangun hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitar.”

Kisah-kisah inspiratif bermunculan dari para mahasiswa S-3. Ada yang menceritakan tentang anak autis yang berhasil menggambar kaligrafi, ada yang bercerita tentang anak tunarungu yang mampu bernyanyi dengan indah, dan ada juga yang menceritakan tentang anak tunanetra yang mampu membaca Al-Qur'an dengan lancar. Kisah-kisah ini menjadi bukti nyata bahwa dengan pendekatan dan metode yang tepat, anak-anak berkebutuhan khusus dapat meraih prestasi dan mencapai potensi terbaik mereka.

Kuliah S3 PAI UIN Ar-Raniry ini tidak hanya menghasilkan calon doktor, tetapi juga melahirkan para pejuang pendidikan inklusi. Mereka adalah para pahlawan tanpa tanda jasa yang bertekad untuk memberikan kesempatan yang setara bagi seluruh anak Indonesia, untuk mencapai cita-cita dan masa depan yang cerah. Semoga semangat dan kepedulian mereka menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk ikut serta mewujudkan pendidikan inklusi yang berkualitas dan berkelanjutan. Air mata haru ini bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah perjuangan panjang untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik dan inklusif. Harapannya, penelitian dan publikasi mereka kelak akan menjadi rujukan bagi pengembangan pendidikan inklusi di Indonesia, khususnya Aceh. Jejak langkah para mahasiswa dan dosen ini akan menjadi warisan berharga bagi generasi penerus.

Kamis, 24 April 2025

Heboh! Guru Desa Juara Inovasi Pena Jaya Siap Guncang Kompetisi KIPP Nasional!


Calang, Aceh Jaya – (24-04-2025) Suasana kompetisi inovasi pelayanan publik "Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak untuk Kesejahteraan Masyarakat Tahun 2025" sedang memanas!  Salah satu peserta yang paling menyita perhatian adalah Ridwan, S.Pd.I., M.A., M.Pd., Kepala Sekolah SMP Swasta Darun Nizham, seorang guru desa bersama 3 sekolah lainnya yang telah membuktikan diri sebagai juara inovasi Aceh Jaya.  Dengan prinsip "kerja cerdas, kerja keras, dan kerja ikhlas", Ridwan bersama kepala sekolah onovatif lainnya tak kenal lelah membangun kerjasama lintas lembaga, bahkan kini siap menggebrak panggung nasional dalam kompetisi KIPP (Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik). 

Persiapan Ridwan bersama tim inovator puskesmas menuju kompetisi KIPP sungguh spektakuler dan menghebohkan.  Bukan hanya kerja keras individu, ia telah membangun jaringan kolaborasi yang solid dengan berbagai pihak.  Kiprahnya dalam beragam program inovatif sebelumnya menjadi bukti nyata komitmennya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Persiapan Ridwan bersama teman-teman inovator lainnya menuju KIPP bukan perkara main-main.  Ia telah membangun jaringan kerjasama lintas sektor yang begitu kuat,  bukti nyata komitmennya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.  Lebih dari sekadar inovasi,  upaya Ridwan dkk mencerminkan semangat pantang menyerah dan visi yang jauh ke depan.  Kolaborasi yang ia bangun bukanlah sekadar kerjasama, melainkan sebuah orkestrasi sinergi yang harmonis demi tujuan mulia. 

Dukungan penuh mengalir deras dari berbagai pihak. Kabid Litbang Baperida Aceh Jaya, Masri Annur Salmi, S.Si., MM., bersama timnya memberikan bimbingan teknis (Bimtek) inovasi yang intensif kepada Ridwan dan peserta lainnya. Bimtek ini bukan sekadar ceramah teori, tetapi pelatihan komprehensif yang membahas setiap detail penting dalam kompetisi KIPP.  Mulai dari merumuskan tujuan yang  jelas dan terukur,  menyusun proposal yang kuat dan meyakinkan, hingga mengumpulkan bukti-bukti pendukung yang valid dan  berbobot, semuanya dibahas secara mendalam.  Para peserta dibekali strategi untuk menyajikan inovasi mereka dengan cara yang efektif dan profesional. 

Puncak dari persiapan ini adalah acara "Monitoring dan Evaluasi Inovasi dalam rangka KIPP Tahun 2025" yang digelar oleh Kepala Bappeda Kabupaten Aceh Jaya di Aula Baperida.  Acara ini bukan sekadar rapat formal,  melainkan sebuah deklarasi dukungan penuh terhadap kompetisi dan komitmen untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik di Aceh Jaya.  Kehadiran jajaran pejabat penting Aceh Jaya menjadi bukti nyata betapa seriusnya komitmen tersebut.  Aula Baperida dipadati oleh para pemimpin daerah,  menunjukkan dukungan yang luar biasa bagi para inovator Aceh Jaya. 

Hadir dalam acara tersebut Jajaran lengkap pejabat Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya, termasuk seluruh Kepala Dinas, Camat pada hari pertama. pada hari kedua 12 para kepala UPTD Puskesmas dan operator inovasi beserta para kepalah sekolah juara inovasi Pena Jaya (Penganugerahan dan Pembinaan Inovasi Aceh Jaya). Salah satu peserta turut hadir Ridwan kepala SMP Swasta Darun Nizham dan apara peserta lainnya dalam acara ini merupakan simbol komitmen nyata dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.  Kisah Ridwan, menginspirasi sang guru desa yang gigih. Ia telah membuktikan bahwa inovasi bukan hanya milik kota besar,  tetapi juga dapat lahir dari sekolah kecil dengan semangat yang membara. 

Lebih dari itu,  partisipasi Ridwan mencerminkan visi yang lebih luas:  pembangunan sumber daya manusia yang berdaya saing dan tangguh.  Dengan menciptakan inovasi dalam pelayanan publik di lingkungan sekolah, Ridwan bukan hanya  meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi juga menciptakan generasi muda yang mampu menghadapi tantangan masa depan. Kolaborasi Ridwan dengan berbagai lembaga di Aceh Jaya pun patut diapresiasi.  Kerjasama yang terjalin erat ini bukanlah  sekadar formalitas,  melainkan sinergi yang nyata dan  efektif.  Kolaborasi tersebut memungkinkan terwujudnya program-program inovatif yang berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. 

Meskipun tantangan masih ada di depan mata,  semangat Ridwan tak pernah padam.  Ia telah membuktikan bahwa kerja keras, inovasi, dan kolaborasi dapat membawa perubahan signifikan.  Dengan semangat juang dan  kegigihannya, Ridwan siap menggebrak kompetisi KIPP tingkat nasional.  Akankah ia berhasil meraih juara nasional?  Seluruh Aceh Jaya dan Indonesia menantikan hasil kompetisi KIPP 2025 dengan penuh harap dan bangga! Kisah Ridwan adalah bukti nyata bahwa inovasi, kerja keras, dan kolaborasi dapat membawa perubahan besar bagi masyarakat, bahkan dari sebuah sekolah desa di Aceh Jaya.  Mari kita dukung Ridwan dalam perjuangannya membawa inovasi ke tingkat nasional! 

Rabu, 23 April 2025

Heboh! SMP Swasta Darun Nizham Siap Syuting Film Mitigasi Bencana, Libatkan Ratusan Siswa, BPBK dan Lintas Lembaga!

Teunom, Aceh Jaya (23-04-2025) – Suasana meriah dan penuh semangat menyelimuti SMP Swasta Darun Nizham, sebuah sekolah desa di Aceh Jaya.  Bukan persiapan tahun ajaran baru biasa yang tengah dipersiapkan, tetapi sebuah proyek ambisius yang siap mengguncang dunia pendidikan Indonesia:  pembuatan film mitigasi bencana mandiri yang melibatkan ratusan siswa dan kolaborasi lintas sektoral sentral. Inisiatif Kepala Sekolah yang inovatif, Ridwan, S.Pd.I., M.A., M.Pd.,  telah berhasil merajut kolaborasi luar biasa dalam upaya membangun kesiapsiagaan bencana di lingkungan pendidikan.  Kehebohan ini bukan tanpa sebab, karena semua konsumsi selama persiapan syuting ditanggung penuh oleh Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten (BPBK) Aceh Jaya! 

Ridwan, dikenal sebagai kepala sekolah yang tak kenal lelah, selalu berinovasi dengan prinsip kerja cerdas, kerja keras, dan kerja ikhlas.  Visinya untuk membangun sekolah yang tangguh bencana telah membuahkan hasil yang mengagumkan.  Ia berhasil menggandeng BPBK Aceh Jaya, Studio Central, FK Tagana Provinsi Aceh, UPTD Puskesmas Teunom, PKPR, PIKR, Unit Damkar Teunom, Tim DKC Aceh Jaya, dan sembilan sekolah mitra di tiga kecamatan (Teunom, Panga, dan Pasie Raya) untuk berpartisipasi dalam proyek ambisius ini. dengan prinsip "kerja cerdas, kerja keras, kerja ikhlas" 

Visi untuk membangun sekolah yang tangguh bencana telah menular kepada berbagai lembaga, menciptakan sebuah sinergi yang mengagumkan. Mereka berkolaborasi untuk menghasilkan sebuah film yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mampu menanamkan kesadaran dan keterampilan mitigasi bencana kepada generasi muda. "Ini bukan sekadar pembuatan film," ujar Ridwan dengan penuh semangat, sorot matanya berbinar.  "Ini adalah gerakan membangun kesadaran bersama untuk menciptakan satuan pendidikan yang aman bencana.  Kita ingin anak-anak kita tidak hanya pintar secara akademik, tetapi juga tangguh menghadapi bencana.  Kita ingin mereka menjadi generasi emas yang siap menghadapi tantangan, termasuk bencana alam." 

Konfirmasi dari Kabid Kesiap Siagaan BPBK Aceh Jaya, Ismail, S.Pd., semakin memperkuat kehebohan persiapan ini.  Bersama timnya, mereka telah merancang sinopsis skenario film mitigasi bencana yang fokus pada kemampuan siswa untuk menyelamatkan diri secara mandiri.  "Kami sangat mendukung inisiatif Pak Ridwan," kata Ismail.  "Film ini akan menjadi media edukasi yang efektif dan inovatif untuk menanamkan pemahaman mitigasi bencana sejak dini kepada para siswa.  Ini adalah investasi masa depan yang sangat berharga." 

Keberadaan Studio Central, sebuah rumah produksi film yang dipimpin oleh CEO Aris Suhendri, S.Ikom., semakin menambah daya tarik dan profesionalisme proyek ini.  Aris, salah satu dari lima putra Aceh yang telah menempuh pelatihan di Satuan Pendididkan Aman Bencana (SPAB) di Pulau Jawa, merupakan sosok yang sangat kompeten di bidang perfilman.  Ia melihat potensi besar dalam kegiatan ini, khususnya untuk menunjukkan kemampuan anak-anak desa dalam menghadapi tantangan dan mengolahnya menjadi sebuah karya yang menginspirasi. 

"Saya bangga bisa berpartisipasi dalam kegiatan ini," ungkap Aris.  "Ini kesempatan luar biasa untuk menciptakan film mitigasi bencana yang berkualitas, dengan sentuhan khas anak-anak desa.  Kita akan menunjukkan bahwa mereka bukan hanya korban bencana, tetapi juga agen perubahan dalam upaya mitigasi bencana.  Keahlian mereka akan ditampilkan, dan semangat mereka akan menjadi inspirasi bagi banyak orang." 

Persiapan syuting simulasi mitigasi bencana pun semakin matang.  FK Tagana Provinsi Aceh, di bawah komando Rizal Dinata, S.E., telah siap dengan materi dan skenario simulasi mitigasi bencana berbasis kearifan lokal dan pengalaman santri desa.  UPTD Puskesmas Teunom, dengan dr. Miswar memimpin, telah menyiapkan tim medisnya, siap memberikan pertolongan pertama jika diperlukan selama proses syuting simulasi.  PKPR dan PIKR turut berperan, dengan konselor remaja Teunom siap memberikan dukungan psikososial kepada para siswa.  Unit Damkar Teunom bersiaga penuh dengan unit lengkapnya, siap memberikan respon cepat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tim DKC Aceh Jaya, di bawah komando Renaldy Ilham, juga telah menyatakan kesiapannya untuk mendukung penuh kegiatan ini. 

Sembilan sekolah mitra di tiga kecamatan pun telah menerima undangan dan mengkonfirmasi kehadiran mereka dalam kegiatan syuting simulasi mitigasi bencana ini.  Ratusan siswa akan berpartisipasi langsung dalam simulasi, menunjukkan kemampuan mereka dalam menghadapi berbagai skenario bencana, mulai dari gempa bumi, tsunami, hingga banjir.  Mereka akan diajarkan bagaimana cara evakuasi yang tepat, pertolongan pertama, dan pentingnya kerjasama tim dalam menghadapi situasi darurat. 

Kehebohan persiapan ini tak hanya soal film, tetapi lebih dari itu: sebuah gerakan nyata membangun kesiapsiagaan bencana di tingkat sekolah. Sekolah-sekolah ini tidak hanya akan memiliki film mitigasi bencana, tetapi juga kesadaran dan keterampilan untuk menghadapi bencana secara mandiri.  Semoga film ini dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain di Indonesia untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan tangguh bencana. Generasi emas yang tangguh, siap selamat, dan siap berkontribusi bagi negeri, akan lahir dari inisiatif inspiratif ini. 

Semua pihak yang terlibat berharap agar proses syuting simulasi mitigasi bencana ini berjalan lancar dan bermanfaat bagi generasi emas Indonesia, menciptakan generasi yang tangguh dan siap menghadapi tantangan, termasuk bencana alam. Kolaborasi yang luar biasa ini menjadi bukti nyata bahwa dengan kerja sama dan komitmen yang tinggi, kita dapat membangun masyarakat yang lebih siap menghadapi risiko bencana.  Semoga film ini menjadi warisan berharga bagi Aceh dan Indonesia, menginspirasi langkah-langkah serupa di seluruh negeri.