Total Tayangan Halaman

Jumat, 02 Mei 2025

Selamat Hardiknas Menyemai Benih Insan Kamil di Balik Sekolah Inklusi; Kuliah Bersama Dr. Nashriyah, MA Alumni Eropa

Banda Aceh, Aceh – Gedung pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh, biasanya senyap dan khidmat, hari ini bergema dengan semangat berbagi dan diskusi hangat (01-05-2025). Ucapan selamat hari pendidikan nasional menjadi khas menatap asa untuk masa depan anak bangsa, seolah menjadi saksi bisu dari pergulatan intelektual yang inspiratif. Kuliah S3 Pendidikan Inklusi, harus menjadi perhatian serius untuk semua insan. Bukan seminar formal, tetapi ruang dialog yang penuh energi, di mana dua presenter mahasiswa, Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd., dan Magfirah, S.Pd.I., MA., berbagi  visi dan pengalaman mereka tentang pendidikan karakter religius dalam konteks sekolah inklusif.

Ridwan, Kepala Sekolah SMP Swasta Darun Nizham Aceh Jaya,  membawa presentasi seolah peserta hadir langsung dalam perjalanan inspiratif ke PAUD Harsya Ceria, Banda Aceh.  Presentasinya,  “Strategi Pendidikan Karakter Religius Sekolah Inklusi PAUD Harsya Ceria Banda Aceh,” bukan sekadar paparan data statistik, tetapi  sebuah kisah nyata yang  menarik hati.  Di PAUD Harsya Ceria,  pendidikan karakter religius bukanlah materi terpisah, melainkan nafas yang  menjiwai setiap aktivitas sekolah.  Ridwan  dengan  luwes  menjelaskan lima pilar utama pendidikan karakter religius mereka.

Doa sebelum dan sesudah makan bersama bukan sekadar ritual,  tetapi  pembelajaran  rasa syukur yang mendalam.  Bayangkan,  anak-anak  kecil  dari  berbagai  latar  belakang  dan  kemampuan,  bersama-sama  mengucapkan  doa,  suara-suara  mungil  mereka  membentuk  harmonisasi  yang  mengharukan.  Ini  bukan  sekadar  gerakan  fisik,  tetapi  perjalanan  spiritual  bersama. 

Salim, salaman jemmbatan persaudaraan. Salam Islami yang terucap tulus di antara anak-anak bukanlah  formalitas,  melainkan  ekspresi  kasih sayang dan penghormatan. Ungkapan "Assalamu'alaikum"  bukan  hanya  kata-kata dan berjabat tangan semata,  tetapi  jembatan  yang  menghubungkan  hati-hati  kecil  dan  membangun  persaudaraan  yang  kuat. 

Gotong royong, ibadah sosial yang membentuk karakter. Membersihkan kelas dan lingkungan sekolah dimaknai sebagai ibadah sosial.  Tangan-tangan kecil bekerja sama,  membentuk karakter tanggung jawab,  kepedulian,  dan  kerja sama.  Mereka belajar  bahwa  membersihkan  bukan  hanya  tugas,  tetapi  bagian  dari  ibadah. 

Berbagi, menerima dan memberi, sebuah siklus kebaikan. Berbagi makanan kecil, mainan, atau pengalaman  hidup  diajarkan  sebagai  nilai  penting.  Anak-anak  belajar  menerima  dan  memberi,  membangun  rasa  empati  dan  kepedulian  terhadap  sesama.  Siklus  kebaikan  ini  terus  berputar,  menciptakan  lingkungan  yang  penuh  kasih  sayang. 

Cerita islami, menginspirasi generasi dengan teladan para nabi. Kisah-kisah  nabi  dan  tokoh  Islam  lainnya  bukan  sekadar  cerita  pengantar  tidur,  tetapi  pelajaran  hidup.  Mereka  belajar  tentang  kejujuran,  keberanian,  dan  keteguhan  hati  dari  teladan  para  pejuang  iman.  Nilai-nilai  luhur  ini  tertanam  secara  alami  dan  menginspirasi. 

Yang paling unik, PAUD Harsya Ceria memiliki sentra agama,  satu dari enam sentra belajar,  di mana anak-anak diajarkan wudhu dan gerakan shalat sederhana setiap hari.  Praktik ini membantu anak-anak  lebih disiplin, tenang, dan khusyuk, di samping menanamkan nilai-nilai religius yang kuat.  Hasilnya, anak-anak, termasuk yang berkebutuhan khusus,  lebih rajin berdoa,  lebih sopan,  lebih  percaya diri,  dan  mampu berinteraksi sosial dengan baik. 

Magfirah,  Guru PAI SMP Negeri 9 Banda Aceh,  menyajikan penelitiannya  dengan pendekatan  yang  mendalam dan menyeluruh.  Ia  tidak  hanya  fokus  pada  ruang  kelas,  tetapi  meliputi  semua  aspek  sekolah,  "dari teras depan hingga dapur,"  mengungkapkan detail-detail yang sering terabaikan. Ia menganalisis bagaimana interaksi antar siswa, peran guru, dan lingkungan sekolah membentuk karakter.  Metodologi penelitiannya yang  sistematis dan  teliti  menunjukkan  keseriusan  dan  dedikasi  yang  tinggi. 

Kedua presentasi ini  mendapat apresiasi tinggi dari Dr. Nashriyah, MA, dosen berpengalaman dan alumni Eropa. Namun, beliau juga memberikan arahan penting. "Fokuslah pada novelty penelitian,  kontribusi unik  bagi dunia pendidikan,  dan dampak nyata yang terukur.  Beliau juga  mengingatkan  pentingnya  kode  etik  penelitian  dan  peraturan  ITE. 

Sesi tanya jawab pun berlangsung menarik.  Diana, S.Pd.I., M.Pd., menanyakan novelty pembinaan karakter, Bahrullah, S.Pd.I., MA, menanyakan profesionalisme guru dan rahasia sukses sekolah, Ahlul Fikri, S.Pd.I., M.Pd,  menanyakan keunggulan sekolah dan strategi pembelajaran enam sentra, Syarifah Musanna, S.Pd.I., MA, menanyakan strategi pembelajaran spesifik, Nazaruddin, S.Pd.I., MA, menanyakan indikator dan hasil evaluasi keberhasilan sekolah, dan Siti Halimah, S.Pd.I., M.Pd., menanyakan pendekatan Islami yang digunakan.  Semua pertanyaan dijawab dengan bijak dan meyakinkan oleh pemateri,  dipertajam oleh arahan ibu dosen Dr. Nashriyah. 

Kuliah S3 Pendidikan Inklusi ini bukan hanya pertemuan akademis, tetapi  pertemuan  inspiratif para pendidik Aceh yang berdedikasi membangun generasi masa depan.  Ridwan dan Magfirah  telah menunjukkan bagaimana pendidikan dengan sentuhan hati dan nilai-nilai religius dapat membangun generasi yang beriman, berakhlak mulia, dan berkompeten.  Kisah mereka menginspirasi pendidik di seluruh Indonesia,  bahwa  pendidikan  yang  bermakna  lahir  dari  dedikasi  sepenuh  hati. 

1 komentar: