Lebih dari sekadar teori, kuliah ini menghadirkan dialog intensif antara Dr. Nashriah dan para peserta yang terdiri dari guru, kepala sekolah, dan praktisi pendidikan lainnya. Diskusi yang menarik bermunculan, menyingkap tantangan dan peluang dalam menciptakan lingkungan belajar yang truly inklusif.
Diana, S.Pd.I., M.Pd, mengajukan pertanyaan tentang teknik membimbing siswa inklusi. Ia mengungkapkan tantangan dalam menangani perbedaan kebutuhan belajar siswa, khususnya dalam konteks pendidikan anak usia dini. Dr. Nashriah menjawab dengan menawarkan strategi pembelajaran diferensiasi dan pendekatan individualisasi, menekankan pentingnya mengenal kekuatan dan kelemahan masing-masing siswa untuk mengembangkan program pembelajaran yang sesuai.
Syarifah Musanna, S.Pd.I., MA, mencari teknik kunci dalam membuat asesmen yang berkeadilan bagi siswa inklusi. Ia mengungkapkan kesulitan dalam menilai kemajuan siswa dengan berbagai kebutuhan khusus. Dr. Nashriah menjawab dengan menekankan pentingnya menggunakan berbagai metode penilaian yang beragam dan menyesuaikan instrumen penilaian dengan kemampuan siswa. Ia menyarankan penilaian yang berfokus pada proses dan hasil belajar, bukan hanya pada angka nilai.
Setelah sesi tanya jawab yang inspiratif, kuliah dilanjutkan dengan presentasi tentang Kompetensi Manajemen Kepala Sekolah TK Harsya Ceria. Kepala sekolah memaparkan hasil observasi dengan cara yang unik dan menarik: melalui pantun. Presentasi yang kreatif ini menuai apresiasi dari para peserta.
Sesi tanya jawab berikutnya mengarahkan perhatian pada pengalaman lapangan. Ahlul Fikri, S.Pd.I., M.Pd, mengungkapkan inspirasi yang diperolehnya selama observasi di lapangan, menekankan pentingnya kepekaan dan kesabaran dalam mendampingi siswa inklusi. Bahrullah, S.Pd.I., MA, menambahkan pandangannya, memperdalam inspirasi untuk menggerakkan guru mengajar dengan hati dan kepedulian.
yang paling menarik presentasi Nazaruddin, S. Pd. I., MA memukau para hadirin dalam sebuah presentasi yang unik dan inovatif. Bukan dengan grafik dan data rumit, Nazaruddin memaparkan hasil observasinya tentang kompetensi manajemen Kepala Sekolah TK Harsya Ceria melalui rangkaian pantun yang memikat. Presentasi tersebut menjadi bagian dari kuliah umum Pendidikan Inklusif yang dihadiri oleh guru, kepala sekolah, dan praktisi pendidikan lainnya di Banda Aceh.
Presentasi Nazaruddin yang bertajuk "Kompetensi Manajemen Kepala Sekolah TK Harsya Ceria: Sebuah Refleksi Melalui Pantun" menarik perhatian karena pendekatannya yang tidak biasa. Ia mampu mengubah data observasi yang kompleks menjadi untaian pantun yang lugas, mudah dipahami, dan tetap informatif. Alih-alih membacakan data mentah, Nazaruddin menyusun pantun yang merefleksikan berbagai aspek kompetensi manajemen kepala sekolah, mulai dari kepemimpinan, pengelolaan sumber daya, hingga perencanaan dan evaluasi program.
Para hadirin tampak terpukau dengan presentasi yang kreatif dan inspiratif ini. Banyak yang memuji kemampuan Nazaruddin dalam menyajikan informasi kompleks dengan cara yang sederhana, menarik, dan mudah diingat. Pendekatannya dinilai mampu menjembatani kesenjangan antara data akademis dengan pemahaman praktis di lapangan.
“Presentasi Nazaruddin sangat unik dan inspiratif. Ia berhasil mengubah data observasi menjadi sebuah karya seni sastra yang informatif dan menghibur,” ujar Fetti Eliani, S.Pd.I., M.Pd, Kepala SDN Lamreung Aceh Besar yang memandu kuliah umum tersebut.
Selain presentasi pantun, Nazaruddin juga memaparkan temuan observasinya secara detail. Ia menjelaskan bagaimana kepala sekolah TK Harsya Ceria mampu membangun lingkungan sekolah yang inklusif, mendukung guru dalam mengembangkan kompetensi pedagogiknya, dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi semua siswa. Hasil observasi Nazaruddin menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah di TK Harsya Ceria telah memberikan dampak positif terhadap kualitas pendidikan di sekolah tersebut. Presentasi ini akhirnya mendapatkan apresiasi tinggi dari para peserta kuliah umum. Keberhasilannya menunjukkan bahwa inovasi dan kreativitas dapat digunakan untuk menyampaikan informasi akademik dengan cara yang lebih menarik dan mudah dipahami.
Salah seorang peserta, Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd, mengungkapkan kesannya dengan kata-kata yang mendalam: "Saya terinspirasi dengan penajaman kepekaan mahasiswa S3 selaku praktisi pendidikan untuk lebih peka dan peduli terhadap inklusivitas, bukan eksklusivitas. Kuliah ini membuka mata saya tentang pentingnya berinovasi dan terus belajar untuk memberikan yang terbaik bagi siswa inklusi."
Kuliah ini berhasil menciptakan ruang dialog yang produktif, menghasilkan komitmen nyata dari para praktisi pendidikan untuk terus berinovasi dan berkarya dalam mewujudkan pendidikan inklusif di Aceh. Kehadiran Dr. Nashriah MA telah menginspirasi banyak guru untuk terus berjuang memberikan pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan bagi semua anak, terlepas dari kebutuhan khusus yang mereka miliki. Semoga gelombang inovasi ini terus berlanjut dan menginspirasi lebih banyak praktisi pendidikan lainnya di seluruh Indonesia.
Amazing so good sharing
BalasHapus