Total Tayangan Halaman

Jumat, 30 Mei 2025

Integrasi Tafsir Klasik dan Kontemporer di Bumi Serambi Mekkah: Ketika Inspirasi Inovasi Didendangkan Telaah As-Sajadah, Pendidikan Karakter Sampai Problem Solving dalam Kuliah S3 UIN Ar-Raniry

Banda Aceh, Aceh - Udara Pagi berhembus lembut, membelai lembut suasana diskusi yang khas, seakan ikut menyambut simfoni ilmu yang tengah tercipta di ruang rapat Direktur Pascasarjana UIN Ar-Raniry (31-05-2025). Kuliah S3 Metode Tafsir dan Hadits Tarbawi bersama Prof. Sri Suyanta bukanlah sekedar kuliah biasa; ia adalah sebuah perhelatan intelektual yang menyebarkan benang-benang kearifan masa lampau dengan realita zaman modern, sebuah percakapan antar generasi yang mengalun indah bagai syair-syair sufi.

Ruangan yang biasanya hening, kini dipenuhi gema diskusi, terang benderang oleh cahaya layar presentasi yang elegan. Bukan sekadar presentasi Power Point biasa, melainkan sebuah karya seni digital yang interaktif, seolah-olah sebuah aplikasi canggih yang hidup dan bernapas. Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd, Kepala SMP Swasta Darun Nizham Aceh Jaya, dengan mahir mengendalikannya, mengajak para peserta kuliah berkelana di samudra luas Surat As-Sajadah. Artikelnya, yang telah dikirimkan ke sebuah jurnal ilmiah, kini dipaparkan bukan sekadar sebagai makalah presentasi, melainkan sebagai sebuah perjalanan penemuan.

Ridwan, bagai seorang penyair ulung, membahas Surat As-Sajadah dengan begitu syahdu. Ia menyingkap tabir ayat demi ayat, menghidupkan makna yang tersembunyi di balik setiap kata. PPT-nya bukan sekadar alat bantu visual, tetapi sebuah jendela yang membuka pandangan ke berbagai tafsir, dari tafsir Ibnu Katsir yang klasik dan agung hingga tafsir Al-Misbah yang kontemporer dan relevan. Ia menjembatani jurang antara masa lalu dan masa kini, menampilkan bagaimana kearifan klasik dapat menjawab tantangan zaman modern. Bukan hanya teori yang disajikan, tetapi juga implementasinya di lapangan, sebuah pengupasan kalimat demi kalimat yang tajam dan menggema, bagaikan kalimat ukiran-ukiran halus di atas batu permata.

Selanjutnya Ibu Fetti Elliyani, S.Pd.I., MA, Kepala SD Negeri Lamreung Aceh Besar, membawa hadirin pada dimensi lain dari simfoni ilmu ini. Ia berbicara tentang "Kejujuran sebagai Pondasi Pendidikan Karakter," suaranhya menggelegar membawa pesan yang begitu kuat dan menyentuh. Penyajiannya bukan sekedar konseptualisasi teoritis, melainkan sebuah renungan mendalam tentang nilai-nilai luhur, bagai sebuah syair tentang bagaimana kejujuran, seperti embun pagi yang menyegarkan, mampu menghidupkan lahan kering karakter pendidikan. Ia mengajak semua yang hadir untuk memikirkan betapa pentingnya kebenaran sebagai fondasi yang kokoh bagi generasi mendatang, sebuah karakter yang tak terlupakan di zaman.

Nazaruddin, S.Pd.I., MA., Kepala SMA Negeri 1 Cot Glie Aceh Besar, menyempurnakan simfoni ini dengan presentasinya tentang "Pemecahan Masalah dalam Perspektif Hadits." Ia membuka lembaran-lembaran hikmah dari hadits Nabi SAW, menunjukkan betapa hadits bukan sekadar kumpulan cerita masa lalu, tetapi sebuah panduan praktis yang relevan untuk menghadapi berbagai masalah kehidupan. Ia menjelajahi lautan hadits, mencari mutiara-mutiara hikmah yang dapat menjadi solusi bagi problematika modern, sebuah peta jalan yang menuntun manusia menuju solusi yang bijak dan mengarah.

Puncak simfoni ini tiba saat sesi tanya jawab. Para peserta kuliah, dengan antusiasme yang membara, mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis yang sarat makna. Pertanyaan-pertanyaan ini bukan sekedar interupsi, melainkan nada-nada yang melengkapi simfoni, memperkaya kekayaan intelektual yang tengah dijalin.

Diana Safitri, S.Pd.I., M.Pd, mengungkapkan keresahannya tentang Surat As-Sajadah ayat 32:30, mengapa ada beberapa ayat seakan terlupakan dalam kajian tematik. Ia juga menganalisis bagaimana mengkonfirmasi hadits yang belum termaktub dan bagaimana menyelaraskan pemahaman hati dengan realisasi tindakan. Pertanyaannya bagaikan sebuah pertanyaan puitis, mengajak hadirin untuk memikirkan keselarasan antara niat dan perbuatan.

Syarifah Musanna, S.Pd.I., MA, mengajukan pertanyaan kritis mengenai pendidikan karakter. Ia merenungkan bagaimana teks Al-Qur'an menyelaraskan dengan realita kehidupan, serta bagaimana mengukur kebenaran dalam konteks sistem yang kompleks, di mana hati dan realita seringkali berbenturan. Pertanyaannya menggemakan dilema yang dihadapi banyak pendidik dalam mewujudkan pendidikan berkarakter yang efektif.

Muhammad Yani, S.Pd.I., MA, Fokus mencari ayat yang secara khusus membahas tentang keimanan sejati, memahami persepsi antara ucapan dan tindakan, serta tantangan membangun kejujuran dalam lingkup keluarga dan lembaga. Pertanyaannya merupakan sebuah refleksi mendalam tentang esensi keimanan dan bagaimana menerjemahkannya dalam kehidupan nyata.

Ahlul Fikri, S.Pd.I., M.Pd, mengajukan pertanyaan yang komprehensif, segmen empat subtema—Tauhid, ilmu dan akal, akhlak dan karakter, kepemimpinan dan dakwah—dengan problematika yang menimpa Nabi Muhammad SAW dalam berbagai konteks kehidupan. Pertanyaannya seperti sebuah orkestrasi yang sempurna, mengarahkan diskusi pemahaman menuju yang utuh dan holistik tentang ajaran Islam.

Jawaban Prof. Sri Suyanta, bagai irama yang mengiringi simfoni, membimbing peserta kuliah untuk berpikir kritis dan kreatif. Ia tidak hanya memberikan jawaban yang lugas dan akurat, tetapi juga mampu mengilhami setiap pertanyaan dengan wawasan yang mendalam, bagaikan maestro yang memimpin orkestra ilmu pengetahuan.

Kuliah S3 Metode Tafsir dan Hadits Tarbawi ini bukan sekedar acara akademik; ia adalah sebuah perjalanan spiritual yang menggetarkan, sebuah simfoni ilmu yang menebar inspirasi dan semangat untuk terus menggali khazanah keilmuan Islam. Ia membuktikan bagaimana ilmu agama dapat menyatu dengan kehidupan sehari-hari, membimbing manusia menuju kehidupan yang lebih baik, dipenuhi dengan kejujuran, kearifan, dan keimanan yang teguh. Di negeri Serambi Mekkah, simfoni ilmu ini telah melampaui batas ruang dan waktu, menebar benih-benih kebaikan yang akan terus tumbuh dan berkembang.

Minggu, 25 Mei 2025

Rahasia Angket Sakti: Mengungkap Validitas dan Reliabilitas di Gedung Pascasarjana dan Tasyakur Bersama di Tengah Alam Banda Aceh

Banda Aceh, Aceh – Ruang rapat Direktur Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh biasanya dipenuhi aroma diskusi serius dan akademis. Namun, kuliah Teknik Evaluasi dan Statistik Pendidikan yang dibawakan oleh Prof. Jamaludin dan Dr. Duskri, M.Kes, tak hanya membahasa rumus-rumus statistik yang kompleks, tetapi juga menawarkan  suasana  yang tak terduga suatu perpaduan antara kedalaman kajian ilmiah dengan kesegaran alam Banda Aceh (24-05-2025). 

Kuliah yang memikat perhatian ini berpusat pada presentasi Ahlul Fikri, S.Pd.I., MA,  yang dengan piawai mengupas  pentingnya reabilitas dan validitas instrumen, khususnya angket, dalam penelitian pendidikan.  Presentasi Ahlul Fikri bukan sekadar deretan rumus dan teori statistik yang kering.  Ia berhasil menghidupkan materi yang seringkali dianggap membosankan menjadi  sebuah petualangan intelektual yang  menarik.  Bayangkan,  menemukan "rahasia" di balik angka-angka yang dapat menentukan kualitas suatu penelitian! 

Ahlul Fikri, dengan lugas dan sistematis, memaparkan konsep reabilitas dan validitas.  Reliabilitas,  menurutnya,  merupakan kunci konsistensi pengukuran.  Sebuah instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang konsisten meskipun digunakan berulang kali atau oleh peneliti yang berbeda.  Sedangkan validitas memastikan bahwa instrumen tersebut benar-benar mengukur apa yang ingin diukur.  Bayangkan sebuah mistar yang bengkok, mungkin masih bisa menunjukkan angka, tetapi hasilnya tidak valid! 

Lebih jauh lagi, Ahlul Fikri  menjelaskan teknik-teknik praktis untuk menguji reabilitas dan validitas test.  Ia  mengungkapkan  rumus-rumus yang  tampaknya rumit, namun  dijelaskan dengan  penjelasan yang  mudah dipahami.  Misalnya,  untuk menentukan tingkat kesukaran soal, Ahlul Fikri menjelaskan  bagaimana menghitung perbandingan jumlah siswa yang menjawab benar dengan jumlah siswa keseluruhan.  Angka yang ideal, menurutnya,  berada di kisaran 0,03 hingga 0,07 – angka-angka yang menyimpan  "kode rahasia" kesuksesan sebuah penelitian. 

Selain tingkat kesukaran, Ahlul Fikri juga mengupas  daya beda soal.  Ia menjelaskan bahwa daya beda soal diukur dari selisih jumlah siswa yang menjawab benar dan siswa yang menjawab salah, dibagi dengan jumlah siswa.  Suatu soal dikatakan memiliki daya beda yang baik jika angkanya berada dalam rentang 0,39 ke atas.  Penjelasan ini  membuka mata para mahasiswa tentang pentingnya  merancang soal yang  mampu membedakan siswa yang berprestasi tinggi dengan siswa yang berprestasi rendah. 

Tak berhenti di situ, Ahlul Fikri juga menekankan pentingnya  homogenitas pengecoh.  Ia menjelaskan bahwa pengecoh dalam suatu angket harus homogen,  artinya memiliki daya tarik yang seimbang,  dengan angka ideal di sekitar 0,05.  Hal ini memastikan bahwa  pilihan jawaban yang salah  tidak terlalu mudah  atau terlalu sulit  untuk dipilih, sehingga  hasil pengukuran menjadi  lebih akurat. 

Sesi tanya jawab yang dipandu oleh Dr. Duskri menjadi puncak acara.  Para mahasiswa,  terlihat begitu antusias,  mengajukan  pertanyaan-pertanyaan  kritis dan mendalam.  Diana, S.Pd.I., M.Pd., misalnya,  menunjukkan  keseriusannya  dengan menanyakan  bagaimana menentukan validitas dan reabilitas angket penelitiannya.  Pertanyaan-pertanyaan seperti ini, menunjukkan betapa pentingnya materi ini bagi para calon peneliti. 

Salah seorang peserta, Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd.,  mengungkapkan kekagumannya.  Ia mengaku terinspirasi dengan penajaman kajian validitas dan reabilitas angket yang  dianggapnya paling eklusif.  “Penjabarannya begitu detail dan praktis,” ujar Ridwan.  “Sekarang saya punya  pandangan yang lebih  jelas dan percaya diri  dalam merancang  instrumen penelitian saya.” 

Namun, keunikan kuliah ini tak berhenti di ruang kuliah.  Sebagai penutup,  para peserta diajak untuk menikmati makan siang bersama di Restoran Kak Cut Bit, Blang Bintang.  Suasana alam terbuka dengan pemandangan yang indah, menjadi latar yang sempurna untuk  pertemuan santai dan  menyenangkan.  Di tengah  suasana  yang  rileks,  para peserta  bisa  berdiskusi  lebih  lanjut  tentang  materi kuliah,  saling berbagi  pengalaman, dan  membangun  jejaring  keilmuan. 

Kuliah Teknik Evaluasi dan Statistik Pendidikan bersama Prof. Jamaludin dan Dr. Duskri,  bukan  hanya sekadar  transfer ilmu statistik,  tetapi  juga  sebuah  pengalaman  belajar  yang  menyenangkan dan berkesan.  Perpaduan antara  kajian akademis  yang  mendalam  dengan  suasana  alam  yang  menyegarkan,  membuat  kuliah  ini  menjadi  unik dan  tak  terlupakan.  Semoga  inisiatif  menarik  seperti ini  dapat  terus  dilakukan  untuk  menciptakan  proses  belajar  yang  lebih  efektif  dan  menyenangkan bagi  para  mahasiswa. 

Kajian Hadits dan Tafsir Tarbawi: Menjelajah Kedalaman Niat dan Pengaruh Lingkungan dalam Pendidikan Karakter

Banda Aceh, Aceh – Ruang Rapat Direktur Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh bergema dengan diskusi ilmiah yang hangat dan mendalam (24-05-2025).  Mata kuliah Hadits dan Tafsir Tarbawi yang dibawakan oleh Prof. Srisuyanta, menghadirkan kajian-kajian inspiratif yang membedah peran niat dan pengaruh lingkungan dalam membentuk karakter individu, khususnya dalam konteks pendidikan.  Diskusi tersebut dihadiri oleh para mahasiswa Pascasarjana UIN Ar-Raniry,  menciptakan suasana akademik yang dinamis dan penuh semangat. 

Kuliah tersebut diawali dengan presentasi dua makalah yang sarat dengan analisis hadits dan tafsir yang relevan.  Bahrullah, S. Pd. I., MA, memaparkan kajiannya tentang peran niat dalam mengerjakan sesuatu.  Presentasinya yang sistematis  menelusuri berbagai hadits yang menekankan pentingnya niat sebagai landasan utama dalam setiap amal perbuatan.  Bahrullah berhasil mengurai bagaimana niat yang tulus dan ikhlas kepada Allah SWT akan melipatgandakan pahala dan menumbuhkan kualitas amal, berbeda dengan amal yang dilakukan tanpa niat yang benar, bahkan terkadang hanya untuk mencari pujian atau popularitas. 

"Hadits-hadits yang dikaji menunjukkan betapa pentingnya niat dalam setiap aktivitas kita," jelas Bahrullah. "Niat yang lurus akan menjadi pembeda antara amal yang diterima dan amal yang ditolak oleh Allah SWT.  Kajian ini membuka wawasan kita untuk selalu memeriksa niat sebelum beramal, memastikan bahwa setiap tindakan kita didedikasikan untuk mencari ridha-Nya." 

Sementara itu, Siti Halimah, S. Pd. I., M. Pd, dalam presentasinya  mengangkat tema yang tak kalah penting, yakni pengaruh teman sebaya terhadap pendidikan karakter.  Makalahnya memaparkan bagaimana lingkungan pertemanan dapat membentuk kepribadian dan nilai-nilai seseorang.  Siti Halimah memaparkan data dan fakta empiris yang menunjukkan betapa besarnya dampak positif dan negatif dari lingkungan pertemanan terhadap perkembangan karakter seseorang, khususnya di kalangan mahasiswa.  Ia juga menyoroti pentingnya memilih teman yang baik dan berakhlak mulia sebagai bagian dari upaya membangun karakter yang kuat. 

"Lingkungan pertemanan memiliki pengaruh yang sangat besar, baik positif maupun negatif, terhadap pembentukan karakter," ungkap Siti Halimah. "Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk selektif dalam memilih teman dan senantiasa menjaga diri dari pengaruh-pengaruh buruk yang dapat merusak akhlak dan moral." 

Sesi tanya jawab yang dipandu oleh Prof. Srisuyanta menjadi puncak dari kuliah tersebut.  Para peserta aktif mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis dan mendalam. Ahlul Fikri, S. Pd. I., M. Pd, misalnya, menanyakan inspirasi bekerja berbasis niat yang tulus.  Ia ingin mendalami bagaimana seorang individu dapat mempertahankan motivasi dan semangat dalam bekerja ketika menghadapi tantangan dan hambatan, dengan selalu berlandaskan niat yang tulus untuk beribadah kepada Allah SWT. 

Diana, S. Pd. I., M. Pd, menanyakan bagaimana seseorang yang awalnya memiliki perilaku buruk dapat berubah menjadi lebih baik.  Pertanyaan ini mengundang diskusi yang menarik tentang proses hijrah dan perubahan diri, yang  menunjukkan betapa pentingnya  peran keimanan dan ketaatan kepada Allah dalam proses perbaikan diri. 

Syarifah Musanna, S. Pd. I., MA,  mengajukan pertanyaan yang menarik perhatian banyak peserta.  Ia menceritakan pengalamannya mengerjakan kebaikan tetapi lupa diniatkan untuk Allah SWT.  Pertanyaan ini menunjukan betapa pentingnya menumbuhkan kesadaran dan kehati-hatian dalam beramal. 

Prof. Srisuyanta dengan sabar dan bijaksana menjawab setiap pertanyaan, memberikan penjelasan yang lugas dan inspiratif berdasarkan  dalil-dalil Al-Quran dan Hadits.  Ia juga memberikan perspektif yang komprehensif, yang tidak hanya berfokus pada aspek teologis, tetapi juga psikologis dan sosiologis. 

Salah seorang peserta, Ridwan, S. Pd. I., MA., M. Pd, mengungkapkan kekagumannya terhadap kuliah tersebut.  "Kajian Hadits dan Tafsir Tarbawi ini sangat eklusif," ujarnya. "Penajaman analisis hadits dan tafsirnya sangat inspiratif dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya niat dan pengaruh lingkungan dalam membentuk karakter." 

Kuliah Hadits dan Tafsir Tarbawi bersama Prof. Srisuyanta di UIN Ar-Raniry Banda Aceh bukan sekadar kuliah biasa, melainkan sebuah proses pembelajaran yang mendalam dan inspiratif.  Ia berhasil  mengajak peserta untuk merenung dan  memperbaiki diri, sehingga kuliah tersebut menjadi  momentum untuk meningkatkan kualitas keimanan dan akhlak.  Semoga kuliah-kuliah seperti ini dapat terus terlaksana dan memberikan manfaat yang besar bagi para mahasiswa dan masyarakat luas. 

Jumat, 23 Mei 2025

Inspirasi Pendidikan Inklusif Picu Gelombang Inovasi di Banda Aceh: Praktisi Pendidikan Tergerak Peduli dan Beraksi

Banda Aceh, Aceh –  Suasana hangat dan penuh semangat mewarnai kuliah Pendidikan Inklusif yang diadakan di ruang sidang pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh (23-05-2025). Kuliah yang dipandu Ibu Dosen alumni eropa Dr. Nashriah, MA Aktifis Perempuan sebagai pembicara utama ini tak hanya sekadar ceramah, melainkan  sebuah  pertemuan  yang  menggerakkan  para  praktisi  pendidikan  untuk  terus  berkarya  dan  berinovasi  dalam  mendukung  pendidikan  inklusif.  Fokus  utama  kuliah  ini  adalah  kompetensi  guru  di  kelas  inklusif,  khususnya  di  TK  Harsya  Ceria  Banda  Aceh,  yang  dimoderatori  oleh  Fetti  Eliani, S.Pd.I., M.Pd, Kepala SDN Lamreung Aceh Besar.  

Lebih dari sekadar teori, kuliah ini menghadirkan  dialog  intensif  antara  Dr.  Nashriah  dan  para  peserta  yang  terdiri  dari  guru,  kepala  sekolah,  dan  praktisi  pendidikan  lainnya.  Diskusi  yang  menarik  bermunculan,  menyingkap  tantangan  dan  peluang  dalam  menciptakan  lingkungan  belajar  yang  truly  inklusif. 

Salah satu sesi yang paling menarik adalah sesi tanya jawab.  Magfirah, S.Pd.I., MA, mengajukan pertanyaan krusial tentang motivasi guru dalam mengajar dengan sepenuh hati.  "Bagaimana cara kita memotivasi guru agar mereka tidak hanya mengajar, tetapi juga menanamkan nilai-nilai humanis dan empati dalam proses pembelajaran inklusif?" tanyanya.  Pertanyaan ini langsung direspon oleh Dr. Nashriah dengan menekankan pentingnya pengakuan atas dedikasi guru, pengembangan profesional berkelanjutan, serta menciptakan budaya sekolah yang saling mendukung. 

Diana, S.Pd.I., M.Pd,  mengajukan  pertanyaan  tentang  teknik  membimbing  siswa  inklusi.  Ia  mengungkapkan  tantangan  dalam  menangani  perbedaan  kebutuhan  belajar  siswa,  khususnya  dalam  konteks  pendidikan  anak  usia  dini.  Dr. Nashriah  menjawab  dengan  menawarkan  strategi  pembelajaran  diferensiasi  dan  pendekatan  individualisasi,  menekankan  pentingnya  mengenal  kekuatan  dan  kelemahan  masing-masing  siswa  untuk  mengembangkan  program  pembelajaran  yang  sesuai. 

Syarifah Musanna, S.Pd.I., MA,  mencari  teknik  kunci  dalam  membuat  asesmen  yang  berkeadilan  bagi  siswa  inklusi.  Ia  mengungkapkan  kesulitan  dalam  menilai  kemajuan  siswa  dengan  berbagai  kebutuhan  khusus.  Dr. Nashriah  menjawab  dengan  menekankan  pentingnya  menggunakan  berbagai  metode  penilaian  yang  beragam  dan  menyesuaikan  instrumen  penilaian  dengan  kemampuan  siswa.  Ia  menyarankan  penilaian  yang  berfokus  pada  proses  dan  hasil  belajar,  bukan  hanya  pada  angka  nilai. 

Setelah sesi tanya jawab yang inspiratif, kuliah dilanjutkan dengan presentasi tentang Kompetensi Manajemen Kepala Sekolah TK Harsya Ceria.  Kepala sekolah memaparkan hasil observasi  dengan  cara  yang  unik  dan  menarik:  melalui  pantun.  Presentasi  yang  kreatif  ini  menuai  apresiasi  dari  para  peserta. 

Sesi tanya jawab berikutnya  mengarahkan  perhatian  pada  pengalaman  lapangan.  Ahlul Fikri, S.Pd.I., M.Pd,  mengungkapkan  inspirasi  yang  diperolehnya  selama  observasi  di  lapangan,  menekankan  pentingnya  kepekaan  dan  kesabaran  dalam  mendampingi  siswa  inklusi.  Bahrullah, S.Pd.I., MA,  menambahkan  pandangannya,  memperdalam  inspirasi  untuk  menggerakkan  guru  mengajar  dengan  hati  dan  kepedulian. 

yang paling menarik presentasi Nazaruddin, S. Pd. I., MA memukau para hadirin dalam sebuah presentasi yang unik dan inovatif.  Bukan dengan grafik dan data rumit, Nazaruddin memaparkan hasil observasinya tentang kompetensi manajemen Kepala Sekolah TK Harsya Ceria  melalui rangkaian pantun yang memikat.  Presentasi tersebut menjadi bagian dari kuliah umum Pendidikan Inklusif yang dihadiri oleh guru, kepala sekolah, dan praktisi pendidikan lainnya di Banda Aceh. 

Presentasi Nazaruddin yang bertajuk "Kompetensi Manajemen Kepala Sekolah TK Harsya Ceria: Sebuah Refleksi Melalui Pantun"  menarik perhatian karena pendekatannya yang tidak biasa.  Ia mampu mengubah data observasi yang kompleks menjadi untaian pantun yang lugas, mudah dipahami, dan tetap informatif.  Alih-alih membacakan data mentah, Nazaruddin menyusun pantun yang merefleksikan berbagai aspek kompetensi manajemen kepala sekolah, mulai dari kepemimpinan, pengelolaan sumber daya, hingga perencanaan dan evaluasi program. 

Para hadirin tampak terpukau dengan presentasi yang kreatif dan inspiratif ini.  Banyak yang memuji kemampuan Nazaruddin dalam menyajikan informasi kompleks dengan cara yang sederhana, menarik, dan mudah diingat.  Pendekatannya dinilai mampu menjembatani kesenjangan antara data akademis dengan pemahaman praktis di lapangan. 

“Presentasi Nazaruddin sangat unik dan inspiratif.  Ia berhasil mengubah data observasi menjadi sebuah karya seni sastra yang informatif dan menghibur,” ujar Fetti Eliani, S.Pd.I., M.Pd, Kepala SDN Lamreung Aceh Besar yang memandu kuliah umum tersebut. 

Selain presentasi pantun, Nazaruddin juga memaparkan temuan observasinya secara detail. Ia menjelaskan bagaimana kepala sekolah TK Harsya Ceria mampu membangun lingkungan sekolah yang inklusif,  mendukung guru dalam mengembangkan kompetensi pedagogiknya, dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi semua siswa.  Hasil observasi Nazaruddin menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah di TK Harsya Ceria  telah  memberikan  dampak  positif  terhadap  kualitas  pendidikan  di  sekolah tersebut.  Presentasi ini  akhirnya  mendapatkan apresiasi tinggi dari para peserta kuliah umum.  Keberhasilannya  menunjukkan  bahwa  inovasi  dan  kreativitas  dapat  digunakan  untuk  menyampaikan  informasi  akademik  dengan  cara  yang  lebih  menarik  dan  mudah  dipahami.

Salah seorang peserta, Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd,  mengungkapkan  kesannya  dengan  kata-kata  yang  mendalam:  "Saya  terinspirasi  dengan  penajaman  kepekaan  mahasiswa  S3  selaku  praktisi  pendidikan  untuk  lebih  peka  dan  peduli  terhadap  inklusivitas,  bukan  eksklusivitas.  Kuliah  ini  membuka  mata  saya  tentang  pentingnya  berinovasi  dan  terus  belajar  untuk  memberikan  yang  terbaik  bagi  siswa  inklusi." 

Kuliah ini berhasil menciptakan ruang dialog yang produktif,  menghasilkan  komitmen  nyata  dari  para  praktisi  pendidikan  untuk  terus  berinovasi  dan  berkarya  dalam  mewujudkan  pendidikan  inklusif  di  Aceh.  Kehadiran  Dr. Nashriah MA  telah  menginspirasi  banyak  guru  untuk  terus  berjuang  memberikan  pendidikan  yang  berkualitas  dan  berkeadilan  bagi  semua  anak,  terlepas  dari  kebutuhan  khusus  yang  mereka  miliki.  Semoga  gelombang  inovasi  ini  terus  berlanjut  dan  menginspirasi  lebih  banyak  praktisi  pendidikan  lainnya  di  seluruh  Indonesia. 

Sabtu, 17 Mei 2025

Menggali Khazanah Lokal, Membangun Pendidikan Masa Depan Picu Gelombang Inspirasi Evaluasi dan Statistik Pendidikan Membuka Cakrawala Inovasi Pendidikan Aceh Kelas Praktisi AGPAI S3 UIN Ar-Raniry Unjuk Ekspresi Realisai

Banda Aceh, Aceh – Suasana kampus Pascasarjana UIN Ar-Raniry bergema dengan semangat diskusi yang membara.  Bukan kuliah biasa, ini adalah ruang lahirnya inspirasi, di mana para guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Aceh sedang menggali potensi evaluasi dan statistik pendidikan untuk menjawab tantangan zaman (17-05-2025). Kuliah khusus  “Urgensi Variabel dan Berbagai Jenisnya dalam Penelitian”, bagian dari program S3 AGPAI (Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam) Provinsi Aceh,  dipimpin oleh dua pakar terkemuka, Prof. Jamaluddin dan Dr. Duskri, M. Kes. Kolaborasi inspiratif antara Pascasarjana UIN Ar-Raniry dan AGPAI ini telah menciptakan pertemuan yang tak sekadar mentransfer ilmu, tetapi juga membangkitkan semangat kreasi dan inovasi di dunia pendidikan Aceh. 

Suasana  akademis yang  bergairah  diawali  dengan  presentasi  draf  artikel  dari  Diana, S. Pd. I., M. Pd, Kepala SD 61 Banda Aceh. Dimulai dengan pantun dan ditutup dengan pantu, dengan  kepiawaian  menyampaikan  materi, Diana  mampu  membawa  para  peserta  menjelajahi  dunia  variabel  penelitian.  Ia  menjelaskan  dengan  detail  konsep  variabel  bebas,  variabel  terikat,  dan  interaksi  kompleks  antar  variabel  dalam  penelitian  yang  komprehensif.  Antusiasme  peserta,  yang  sebagian  besar  merupakan  guru  berpengalaman  di  Aceh,  sangat  terlihat.  Mereka  tampak  haus  akan  pengetahuan  metodologi  penelitian  mutakhir  yang  relevan  dengan  kebutuhan  pendidikan  di  Aceh. 

Kuliah  ini  jauh  dari  sekedar  teori  belaka.  Diskusi  yang  dinamis  dan  interaktif  menjadikan  pertemuan  ini  semakin  bermakna.  Pertanyaan-pertanyaan  kritis  bermunculan  dari  berbagai  sudut  pandang. Ahlul Fikri, S. Pd. I., M. Pd,  mengajukan  pertanyaan  mendalam  tentang  pentingnya  variabel  bebas  dan  terikat,  serta  bagaimana  hubungan  antar  variabel  dalam  penelitian  dapat  mempengaruhi  validitas  dan  reliabilitas  hasil  penelitian. Pertanyaan ini  menunjukkan  kepekaan  peserta  akan  pentingnya  metodologi  penelitian  yang  kuat  untuk  menghasilkan  temuan  yang  berkualitas. Dr. Duskri  dengan  teliti  dan  jelas  menjawab  pertanyaan  tersebut,  memberikan  penjelasan  yang  terstruktur  dan  mudah  dipahami. 

Berikutnya peserta kuliah Hayail Umroh, S. Pi., M. Pi, Dosen Unmuha dan Kepala PAUD UIN Ar-Raniry,  menambah  dinamika  diskusi  dengan  pertanyaan  mengenai  penggunaan  metode  mixed methods.  Pertanyaan  ini  menunjukkan  kesadaran  peserta  akan  keunggulan  penggunaan  berbagai  pendekatan  metodologi  untuk  mendapatkan  gambaran  yang  lebih  holistik  dan  komprehensif.  Diskusi  yang  terjadi  membuka  wawasan  baru  tentang  bagaimana  mengintegrasikan  metode  kualitatif  dan  kuantitatif  untuk  memperkaya  penelitian. Selanjutnya momen  yang  paling  menginspirasi  datang  dari  Nazaruddin, S. Pd. I., MA.  Dengan  sambil  mengucapkan  pantun  yang  memcah suasana hening,  ia  mengajukan  pertanyaan  yang  mendalam  tentang  perbedaan  jenis-jenis  variabel  dan  urgensi masing-masing  dalam  penelitian.  


Diskusi semakin memukau terjadi  saat  Ridwan, S. Pd. I., MA., M.Pd, Kepala SMPS Darun Nizham Aceh Jaya,  berbagi  pengalaman  dan  pertanyaan  yang  mendalam.  Dengan  mata  yang  berkaca-kaca,  ia  mengungkapkan  rasa  harunya  terhadap  diskusi  yang  sangat  mencerahkan  dan  menginspirasi.  Ia  merasa  mendapatkan  pencerahan  yang  berharga  untuk  mengembangkan  kreativitas  dan  inovasi  dalam  dunia  pendidikan. 

Ridwan  kemudian  mengajukan  pertanyaan  yang  sangat  relevan,  menunjukkan  keseriusannya  dalam  mengembangkan  penelitian  yang  berkualitas.  Ia  meminta  pencerahan  tentang  cara  mengklaim  novelty  dalam  penelitian  kualitatif.  Ia  tidak  hanya  berhenti  di  situ,  ia  juga  meminta  "peunutoh" (dalam  bahasa  Aceh)  kata  kunci  yang  tepat  untuk  berbagai  jenis  penelitian:  Penelitian  Tindakan  Kelas  (PTK)  dengan  kata  kunci  "Upaya  Peningkatan,"  penelitian  eksperimen  dengan  "Pengaruh,"  penelitian  dan  pengembangan  (R&D)  dengan  "Pengembangan,"  dan  penelitian  etnografi. 

Seiring derasnya diskusi mengalir,  pertanyaan  Ridwan  yang  paling  menarik  mengenai  penelitian  yang  dilakukannya  berkaitan  dengan  tradisi  lokal  Aceh.  Ia  mengatakan  sedang  mempertimbangkan penelitian  titipan  dari  keluarga  Kerajaan  Teunom  tentang  "Meurumok  Raja  Teunom,"  sebuah  tradisi  kenduri  raja  yang  telah  berkembang  menjadi  kegiatan  gotong  royong  masyarakat  dalam  membuat  bubur  rempah.  Ridwan  ingin  mengetahui  bagaimana  ia  dapat  mengungkap  novelty  dalam  penelitian  ini,  bagaimana  ia  dapat  menemukan  aspek  yang  unik  dan  berharga,  dan  bagaimana  penelitian  ini  dapat  dikembangkan  menjadi  disertasi,  artikel  jurnal,  dan  buku  untuk  melestarikan  adat  istiadat  dan  kearifan  lokal  Aceh  sebagai  perekat  sosial  di  era  milenial.  Ia  ingin  penelitiannya  tidak  hanya  sekadar  penelitian,  namun  juga  warisan  berharga  bagi  generasi  mendatang. 

Pertanyaan  Ridwan  menunjukkan  keinginan  kuat  untuk  menemukan  novelty  dalam  penelitiannya  agar  dapat  memberikan  kontribusi  yang  berharga  bagi  dunia  pendidikan.  Dr. Duskri  memberikan  penjelasan  yang  mendalam  dan  tips  untuk  menemukan  novelty,  membuka  cakrawala  baru  bagi  para  peserta  untuk  berkreasi  dan  berinovasi. Mereka menekankan pentingnya memahami konteks lokal dan mengungkap aspek-aspek unik yang dapat diangkat menjadi kontribusi bagi perkembangan pendidikan nasional. 

Kuliah  yang  berlangsung  dengan  semangat  ini  diakhiri  dengan  foto  bersama  menggunakan  seragam  AGPAI.  Momen  ini  menunjukkan  solidaritas  dan  kebersamaan  para  peserta  dalam  upaya  mengembangkan  kualitas  pendidikan  di  Aceh.  Kuliah  ini  bukan  hanya  sekedar  transfer  ilmu,  tetapi  juga  menjadi  inspirasi  bagi  para  peserta  untuk  terus  berkarya  dan  berinovasi  dalam  dunia  pendidikan.  Melalui  kegiatan  seperti  ini,  diharapkan  akan  tercipta  generasi  pendidik  yang  mampu  mengembangkan  pendidikan  di  Aceh  menjadi  lebih  berkualitas  dan  kompetitif  di  masa  depan. 

Semangat  dan  dedikasi  para  peserta,  dengan  penelitiannya  yang  mengungkap  kearifan  lokal,  menjadi  bukti  bahwa  transformasi  pendidikan  di  Aceh  sedang  berjalan  dengan  pesat  dan  penuh  harapan.  Kolaborasi  antara  perguruan  tinggi  dan  asosiasi  guru  seperti  ini  harus  terus  dikembangkan  untuk  mendorong  kreasi  dan  inovasi  di  dunia  pendidikan  Indonesia.  Kuliah  ini  bukan  hanya  sekedar  kuliah,  tetapi  sebuah  perjalanan  inspiratif  menuju  pendidikan  Aceh  yang  lebih  berkualitas  dan  berkeadilan. 

Jumat, 09 Mei 2025

Merajut Pendidikan Inklusif Aceh: Asa Kreasi, Inovasi dan Kolaborasi Satuan Pendidikan Ramah Anak Inklusi

Banda Aceh, Aceh –  Gedung Pascasarjana UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, bergema bakar semangat Peduli Pendidikan Inklusi Bersama PPIB (09-05-2025). Bukan sekadar teori yang bertebaran, tetapi cahaya harapan menyala terang dalam Kuliah Pendidikan Inklusif program S3.  Di bawah bimbingan Prof. Dr. Eka Srimulyani, Dosen ahli berdedikasi pada pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, kuliah ini tak sekadar menyampaikan ilmu, melainkan menumbuhkan tanggung jawab bersama untuk pendidikan inklusif di Aceh. 

Kuliah ini bukan sekadar ceramah.  Sebuah dialog, pertukaran gagasan yang kaya, menghubungkan teori akademik dengan realita lapangan.  Dr. Nurshiah, MA.,  ahli pendidikan inklusif yang juga aktivis perempuan,  menambahkan dimensi penting pada kuliah ini:  proporsionalitas dalam penulisan ilmiah.  “Tulisan ilmiah harus seimbang,” tegasnya.  “Dari pendahuluan hingga kesimpulan, setiap bagian harus terukur dan fokus pada kebaruan yang ditawarkan.  Kita perlu menelaah tinjauan pustaka secara kritis,  mengetahui apa yang sudah ditulis orang lain, dan dari sisi mana kita bisa menyumbangkan perspektif baru.” Pesan ini bukan hanya untuk para mahasiswa, tetapi juga sebuah pengingat bagi semua peneliti untuk menjaga integritas dan kualitas riset. 

Kuliah ini diramaikan oleh tiga presentasi yang menggugah hati,  berbasis riset mendalam di Sekolah Inklusi Harsya Ceria Banda Aceh,  merupakan bukti nyata komitmen untuk mengikis kesenjangan pendidikan.  Tiga praktisi pendidikan berbagi pengalaman berharga mereka,  menunjukkan bahwa pendidikan inklusif bukan sekadar mimpi, melainkan realita yang dapat diraih. 

Presentasi pertama, oleh Ahlul Fikri, S.Pd.I., M.Pd., Menunjukkan strategi pengelolaan kelas PAUD Harsya Ceria Banda Aceh yang inovatif.  Ia membongkar selubung mitos seputar pendidikan inklusif,  mengungkapkan detail praktis  — modifikasi ruang kelas, penyesuaian materi ajar, peran guru pendamping —  yang mampu menciptakan lingkungan belajar nyaman dan efektif bagi semua anak, termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK).  Ahlul Fikri tak hanya berbagi metode, tetapi juga berbagi rasa dengan detil yang besar maknanya:  bagaimana sebuah  sentuhan sederhana dapat membuat perbedaan besar dalam hidup seorang anak.  Presentasinya  merupakan  artikel  yang siap  untuk  dipublikasikan  di  jurnal  pendidikan. 

Diana, S.Pd.I., M.Pd., Mengkaji sisi Sekolah Islam SD Karakter Harsya Ceria Banda Aceh,  menawarkan perspektif yang seringkali terabaikan:  pendidikan karakter dalam konteks inklusi.  Presentasinya menekankan pentingnya membangun karakter siswa yang inklusif,  menumbuhkan empati, dan penerimaan terhadap perbedaan.  Ia menunjukkan bagaimana nilai-nilai keagamaan dan pendidikan karakter dapat menciptakan lingkungan sekolah yang toleran dan menghargai keunikan setiap individu.  Diana  mengarahkan  kita  untuk  melihat  pendidikan  inklusif  sebagai  proses  holistik,  yang  tak  hanya  memperhatikan  aspek  akademis,  tetapi  juga  pembentukan  karakter  yang  utuh.  Penelitian  mendalamnya  tentang  pendidikan  karakter  di  sekolah  inklusif  juga  menjadi  bahan  diskusi  yang  sangat  berharga. 

Syarifah Musanna, S.Pd.I., MA, Mengkaji sisi TK Harsya Banda Aceh,  menambahkan  suara  penting  lain:  pendidikan  inklusif  sejak  usia  dini.  Presentasinya  menunjukkan  bahwa  fondasi  inklusi  harus  ditegakkan  sejak  awal  perkembangan  anak.  Ia  mengungkapkan  tantangan  dan  strategi  dalam  menangani  ABK  di  TK,  serta  bagaimana  menciptakan  lingkungan  belajar  yang  mendukung  perkembangan  holistik  setiap  anak.  Syarifah Musanna  mengajak  kita  untuk  memperluas  pandangan tentang  pendidikan  inklusif,  menempatkan  anak  sebagai  pusat  perhatian,  dan  melihat  potensi  yang  dimiliki  oleh  setiap  anak  tanpa  pandang  beda. 

Ketiga presentasi ini  bukan sekadar berbagi pengalaman, melainkan  menyatukan  cita-cita  yang  sama:  mewujudkan  pendidikan  inklusif  di  Aceh.  Mereka  menunjukkan  bahwa  pendidikan  inklusif  bukan  utopia,  tetapi  kenyataan  yang  dapat  diwujudkan  dengan  komitmen,  inovasi,  dan  kolaborasi.  Mereka  jujur  mengungkapkan  kendala  yang  dihadapi,  seperti  keterbatasan  sumber  daya  dan  kurangnya  pelatihan  guru,  menunjukkan  bahwa  jalan  menuju  inklusi  masih  panjang  dan  memerlukan  dukungan  dari  semua  pihak. 

Salah seorang peserta kuliah, Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd.,  mengungkapkan  inspirasi  yang  mendalam.  Sebagai  kepala  sekolah,  ia  mengatakan,  kuliah  ini  menggugahnya  untuk  lebih  peduli  dan  memberikan  pelayanan  pendidikan  yang  lebih  berkualitas  bagi  peserta  didik  dengan  berbagai  kebutuhan  dan  kemampuan.  Kesaksian Ridwan  merupakan  bukti  nyata  bahwa  kuliah  ini  bukan  hanya  sebuah  acara  akademik,  tetapi  sebuah  gerakan  yang  menginspirasi  dan  menggerakkan  hati. 

Siti Halimah, S.Pd.I., M.Pd mempertanyakan dan menguatkan kehadiran pendidikan dengan hati "qalbun salim" mempertajam kolaborasi praktisi pendidikan dalam kuliah ini  menunjukkan  komitmen  yang  kuat  terhadap  pendidikan  inklusif  di  Aceh.  Konsep  bersama-sama  menunjukkan  bahwa  pendidikan  inklusif  bukan  hanya  tanggung  jawab  pemerintah  atau  lembaga  pendidikan,  tetapi  tanggung  jawab  bersama.  Kuliah  ini  adalah  jembatan  yang  menghubungkan  teori  dan  praktik,  akademisi  dan  praktisi,  untuk  bersama-sama  membangun  pendidikan  Aceh  yang  lebih  adil,  berkeadilan,  dan  memberikan  kesempatan  yang  sama  bagi  semua  anak,  tanpa  terkecuali.  Semoga  semangat  yang  tercipta  di  kuliah  ini  terus  menyala,  menyulam  harapan  untuk  masa  depan  pendidikan  Aceh  yang  lebih  inklusif. 

Minggu, 04 Mei 2025

Evaluasi Pendidikan yang Tepat Guna: Menuju Inovasi dan Kreasi Berbasis Data di UIN Ar-Raniry Kuliah Bersama Dr. Duskri, M. Kes

Banda Aceh, AcehKuliah evaluasi dan statistik pendidikan di ruang sidang Pascasarjana UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, yang biasanya identik dengan angka dan rumus yang rumit, kali ini terasa berbeda (03-05-2025). Suasana kelas berubah menjadi dinamis dan inspiratif berkat presentasi Muhammad Yani, S.Pd.I., MA, yang berhasil menguraikan peran statistik dalam memajukan dunia pendidikan. Kuliah yang dipandu oleh Dr. Duskri, M.Kes, ini tidak hanya memberikan pemahaman teknis, tetapi juga menginspirasi para praktisi pendidikan untuk melakukan evaluasi yang tepat guna, berinovasi, dan memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan pendidikan di Aceh dan Indonesia.

Muhammad Yani, dalam presentasinya, dengan mahir menelusuri sejarah statistik, mulai dari perhitungan sederhana hingga penggunaannya dalam dunia modern yang kompleks. Ia menunjukkan bagaimana statistik berperan penting, tidak hanya dalam survei politik dan asesmen pembelajaran, tetapi juga dalam pemetaan lingkungan belajar yang lebih efektif. Penyajiannya yang sistematis dan mudah dipahami, diselingi dengan contoh-contoh kasus yang relevan, membantu mahasiswa memahami pentingnya berpikir kritis, mengidentifikasi bukti-bukti empiris, membangun argumen yang kuat, dan menarik kesimpulan yang logis berdasarkan data.

Keunikan perkuliahan ini terletak pada kemampuan menjembatani teori statistik dengan praktik evaluasi di lapangan. Muhammad Yani secara efektif menjelaskan bagaimana data yang dikumpulkan dan dianalisis secara statistik dapat menjadi dasar untuk perbaikan dan inovasi dalam sistem pendidikan. Ia menekankan pentingnya evaluasi yang tidak hanya mengukur keberhasilan, tetapi juga mengungkap faktor-faktor yang mendukung maupun menghambat proses pembelajaran. Dengan demikian, evaluasi bukan lagi sekedar "tugas administratif", tetapi alat yang sangat berharga untuk membangun sistem pendidikan yang lebih baik dan berkualitas.

Suasana kelas yang interaktif semakin menambah semangat para peserta perkuliahan. Pertanyaan-pertanyaan kritis dan berwawasan luas bermunculan, mencerminkan antusiasme dan keinginan untuk mendalami materi. Ahlul Fikri, S.Pd.I., MA, misalnya, bertanya tentang teknik penggunaan statistik parametrik dan non-parametrik, menunjukkan keingintahuan yang mendalam tentang metode analisis data yang tepat. Sementara itu, Bahrullah, S.Pd.I., MA, menyerap tingkat representasi angka dan huruf dalam menggambarkan realita pendidikan, mengingatkan pada pentingnya interpretasi data yang cermat dan berimbang. Siti Halimah, S.Pd.I., MA, bahkan mengajukan pertanyaan yang menarik tentang jenis statistik yang diterapkan dalam berbagai bidang, termasuk statistik dalam olahraga (statistik bola), menunjukkan kegunaan statistik di berbagai konteks.

Apresiasi dan bimbingan dari Dr. Duskri, M.Kes, selaku dosen pengampu, menjadi salah satu faktor yang membuat perkuliahan ini sangat bermanfaat. Beliau menekankan pentingnya kebaruan dalam penelitian, mengajak mahasiswa untuk tidak hanya mengkaji teori yang sudah ada, tetapi juga untuk menciptakan inovasi dan kontribusi baru bagi dunia pendidikan. Dr. Duskri juga mengingatkan pentingnya memahami statistika dal dunia pendidikan menekankan integritas akademik dan keakuratan dalam penelitian. Beliau juga mendorong mahasiswa untuk menganalisis teks-teks dan data dengan tepat guna, sebagai upaya untuk memahami konteks dan relevansi statistik bagi pendidikan modern.

Salah satu peserta kuliah yang terinspirasi adalah Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd., Kepala Sekolah SMP Swasta Darun Nizham Aceh Jaya. Ia mengaku haru dan terinspirasi oleh kajian ini, yang memberikan acuan baru untuk berinovasi dan berkreasi di dunia pendidikan. Pengalaman Ridwan ini mewakili dampak positif dari kuliah ini, yaitu mampu memberikan motivasi dan wawasan baru bagi para praktisi pendidikan untuk terus berkembang dan berkontribusi bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.

Kuliah ini tidak hanya memberikan pengetahuan tentang teknik statistik, tetapi juga menginspirasi para peserta untuk menerapkannya dalam konteks evaluasi pendidikan yang lebih bermakna. Dengan pemahaman yang mendalam tentang statistik, para praktisi pendidikan dapat mengembangkan sistem evaluasi yang lebih tepat guna, yang tidak hanya mengukur hasil belajar siswa, tetapi juga mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan memberikan rekomendasi yang konkrit untuk perbaikan. Kuliah evaluasi dan statistik pendidikan di UIN Ar-Raniry bukan sekedar sebuah perkuliahan biasa, namun merupakan langkah nyata menuju pendidikan Indonesia yang lebih inovatif dan berkualitas.

Jumat, 02 Mei 2025

Hadits Jibril: Inspirasi Inovasi Pendidikan Deep Learning dari Bumi Serambi Mekah Kuliah Bersama Prof. Sri Suyanta

Banda Aceh, AcehKuliah Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh dipenuhi dengan diskusi hangat dan semangat inovasi (02-05-2025). Bukan seminar biasa, tetapi suasana akademik yang menginspirasi, kecerahan ilustrasi inovasi pendidikan deep learning yang semerbak. Di tempat inilah, Syarifah Musanna, S.Pd.I., MA., guru PAI SMA Peukan Bada Aceh Besar, memaparkan draf artikel jurnal penelitiannya yang menarik perhatian. Judulnya? “Hadits Jibril: Sebuah Telaah Pedagogis dalam Konteks Pendidikan Deep Learning.” Presentasi Syarifah, bagian dari kuliah Tafsir dan Hadits Tarbawi S3 Pascasarjana UIN Ar-Raniry, membuka ciri khas baru dalam memaknai Hadits Jibril. Kajian mendalamnya, yang menonjolkan rukun iman dan Islam dalam perspektif pendidikan, membuat suasana kuliah jauh dari kesan formal dan kaku.
 

Diskusi menggema dengan banyak pertanyaan dan masukan dari peserta, Ahlul Fikri, S. Pd. I., M. Pd. lebih menekankan pengamalan dari penyampaian konten dalam pembelajaran. Bahrullah, S. Pd. I., MA., MA. Berdasarkan Hadits tersebut menggambarkan guru akrab dengan siswa, guru tidak terlihat capek, berpenampilan dan pakain yang rapi. Magfirah, S. Pd. I., MA, mempertanyakan mote lebih penting dari pada konten. Semua pertanyaan yang diajukan terselesaikan dengan baik saling menguatkan dan melengkapi. Salah satu mahasiswa yang terkesan adalah Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd., Kepala Sekolah SMP Swasta Darun Nizham Aceh Jaya. Dengan mata berkaca-kaca, ia mengakui harunya. “Presentasi Ibu Syarifah sungguh menginspirasi. Ia membuka wawasan saya tentang bagaimana Hadits Jibril dapat menjadi acuan utama untuk berinovasi dan berkreasi dalam dunia pendidikan,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa penelitian ini memberikan motivasi baru bagi sekolahnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agama dan pembentukan karakter siswa.  

Penelitian Syarifah yang fokus pada aspek pendidikan Hadits Jibril mendapat apresiasi tinggi dari dosen pembimbing, Prof. Sri Suyanta. Prof. Sri mengarahkan pentingnya penekanan dalam menguliti aspek takhrij hadits (penelusuran jalur periwayatan hadits), verifikasi jalur hadits, serta status hadits itu sendiri. “Kebaruan sangat penting,” tegasnya. “Jangan hanya menjelaskan apa yang sudah ada, tetapi menunjukkan kontribusi unik penelitian ini bagi dunia pendidikan. Gali kebaruan dari berbagai sudut pandang, dan fokuslah pada dampak nyata bagi kemajuan pendidikan.”

Hadits Jibril, dengan penjelasan ringkas namun komprehensif tentang rukun iman dan Islam, memberikan kerangka yang kuat untuk mendidik, Implikasi pembelajaran mendalam, kurikulum dapat dirancang dengan modul pembelajaran yang progresif, dimulai dari pengenalan konsep dasar rukun iman dan Islam, lalu analisis teks Hadits Jibril, diskusi tentang esensinya dalam kehidupan modern, dan proyek aplikasi praktis (misalnya, membuat presentasi, menulis esai, atau kegiatan amal). Setiap modul merupakan "lapisan" pembelajaran yang membangun pemahaman yang lebih mendalam.

Berpikir kritis mengidentifikasi bukti-bukti dalam teks, menyebarkan argumen, dan menarik kesimpulan yang logis. Penyelidikan mencari informasi tambahan untuk memperkaya pemahaman dan mendukung argumen mereka. Pembelajaran yang menyenangkan menggunakan gamifikasi, menggunakan elemen permainan seperti poin, lencana, dan tantangan untuk memotivasi siswa. menggunakan video, animasi, simulasi, dan teknologi lainnya untuk membuat pembelajaran lebih menarik. Metode pembelajaran kolaboratif kerja kelompok, proyek bersama, dan diskusi antar siswa dapat meningkatkan interaksi dan motivasi.

Presentasi Syarifah bukan sekedar penelitian akademis, tetapi sebuah inspirasi bagi para pendidik di Aceh, bahkan Indonesia. Ia menunjukkan potensi Hadits Jibril sebagai sumber inovasi pendidikan yang mampu membentuk generasi yang beriman, bertakwa, berilmu, dan berakhlak mulia. Semoga kisah ini menjadi motivasi bagi para guru untuk terus berinovasi dan berkreasi dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan bermakna.

Selamat Hardiknas Menyemai Benih Insan Kamil di Balik Sekolah Inklusi; Kuliah Bersama Dr. Nashriyah, MA Alumni Eropa

Banda Aceh, Aceh – Gedung pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh, biasanya senyap dan khidmat, hari ini bergema dengan semangat berbagi dan diskusi hangat (01-05-2025). Ucapan selamat hari pendidikan nasional menjadi khas menatap asa untuk masa depan anak bangsa, seolah menjadi saksi bisu dari pergulatan intelektual yang inspiratif. Kuliah S3 Pendidikan Inklusi, harus menjadi perhatian serius untuk semua insan. Bukan seminar formal, tetapi ruang dialog yang penuh energi, di mana dua presenter mahasiswa, Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd., dan Magfirah, S.Pd.I., MA., berbagi  visi dan pengalaman mereka tentang pendidikan karakter religius dalam konteks sekolah inklusif.

Ridwan, Kepala Sekolah SMP Swasta Darun Nizham Aceh Jaya,  membawa presentasi seolah peserta hadir langsung dalam perjalanan inspiratif ke PAUD Harsya Ceria, Banda Aceh.  Presentasinya,  “Strategi Pendidikan Karakter Religius Sekolah Inklusi PAUD Harsya Ceria Banda Aceh,” bukan sekadar paparan data statistik, tetapi  sebuah kisah nyata yang  menarik hati.  Di PAUD Harsya Ceria,  pendidikan karakter religius bukanlah materi terpisah, melainkan nafas yang  menjiwai setiap aktivitas sekolah.  Ridwan  dengan  luwes  menjelaskan lima pilar utama pendidikan karakter religius mereka.

Doa sebelum dan sesudah makan bersama bukan sekadar ritual,  tetapi  pembelajaran  rasa syukur yang mendalam.  Bayangkan,  anak-anak  kecil  dari  berbagai  latar  belakang  dan  kemampuan,  bersama-sama  mengucapkan  doa,  suara-suara  mungil  mereka  membentuk  harmonisasi  yang  mengharukan.  Ini  bukan  sekadar  gerakan  fisik,  tetapi  perjalanan  spiritual  bersama. 

Salim, salaman jemmbatan persaudaraan. Salam Islami yang terucap tulus di antara anak-anak bukanlah  formalitas,  melainkan  ekspresi  kasih sayang dan penghormatan. Ungkapan "Assalamu'alaikum"  bukan  hanya  kata-kata dan berjabat tangan semata,  tetapi  jembatan  yang  menghubungkan  hati-hati  kecil  dan  membangun  persaudaraan  yang  kuat. 

Gotong royong, ibadah sosial yang membentuk karakter. Membersihkan kelas dan lingkungan sekolah dimaknai sebagai ibadah sosial.  Tangan-tangan kecil bekerja sama,  membentuk karakter tanggung jawab,  kepedulian,  dan  kerja sama.  Mereka belajar  bahwa  membersihkan  bukan  hanya  tugas,  tetapi  bagian  dari  ibadah. 

Berbagi, menerima dan memberi, sebuah siklus kebaikan. Berbagi makanan kecil, mainan, atau pengalaman  hidup  diajarkan  sebagai  nilai  penting.  Anak-anak  belajar  menerima  dan  memberi,  membangun  rasa  empati  dan  kepedulian  terhadap  sesama.  Siklus  kebaikan  ini  terus  berputar,  menciptakan  lingkungan  yang  penuh  kasih  sayang. 

Cerita islami, menginspirasi generasi dengan teladan para nabi. Kisah-kisah  nabi  dan  tokoh  Islam  lainnya  bukan  sekadar  cerita  pengantar  tidur,  tetapi  pelajaran  hidup.  Mereka  belajar  tentang  kejujuran,  keberanian,  dan  keteguhan  hati  dari  teladan  para  pejuang  iman.  Nilai-nilai  luhur  ini  tertanam  secara  alami  dan  menginspirasi. 

Yang paling unik, PAUD Harsya Ceria memiliki sentra agama,  satu dari enam sentra belajar,  di mana anak-anak diajarkan wudhu dan gerakan shalat sederhana setiap hari.  Praktik ini membantu anak-anak  lebih disiplin, tenang, dan khusyuk, di samping menanamkan nilai-nilai religius yang kuat.  Hasilnya, anak-anak, termasuk yang berkebutuhan khusus,  lebih rajin berdoa,  lebih sopan,  lebih  percaya diri,  dan  mampu berinteraksi sosial dengan baik. 

Magfirah,  Guru PAI SMP Negeri 9 Banda Aceh,  menyajikan penelitiannya  dengan pendekatan  yang  mendalam dan menyeluruh.  Ia  tidak  hanya  fokus  pada  ruang  kelas,  tetapi  meliputi  semua  aspek  sekolah,  "dari teras depan hingga dapur,"  mengungkapkan detail-detail yang sering terabaikan. Ia menganalisis bagaimana interaksi antar siswa, peran guru, dan lingkungan sekolah membentuk karakter.  Metodologi penelitiannya yang  sistematis dan  teliti  menunjukkan  keseriusan  dan  dedikasi  yang  tinggi. 

Kedua presentasi ini  mendapat apresiasi tinggi dari Dr. Nashriyah, MA, dosen berpengalaman dan alumni Eropa. Namun, beliau juga memberikan arahan penting. "Fokuslah pada novelty penelitian,  kontribusi unik  bagi dunia pendidikan,  dan dampak nyata yang terukur.  Beliau juga  mengingatkan  pentingnya  kode  etik  penelitian  dan  peraturan  ITE. 

Sesi tanya jawab pun berlangsung menarik.  Diana, S.Pd.I., M.Pd., menanyakan novelty pembinaan karakter, Bahrullah, S.Pd.I., MA, menanyakan profesionalisme guru dan rahasia sukses sekolah, Ahlul Fikri, S.Pd.I., M.Pd,  menanyakan keunggulan sekolah dan strategi pembelajaran enam sentra, Syarifah Musanna, S.Pd.I., MA, menanyakan strategi pembelajaran spesifik, Nazaruddin, S.Pd.I., MA, menanyakan indikator dan hasil evaluasi keberhasilan sekolah, dan Siti Halimah, S.Pd.I., M.Pd., menanyakan pendekatan Islami yang digunakan.  Semua pertanyaan dijawab dengan bijak dan meyakinkan oleh pemateri,  dipertajam oleh arahan ibu dosen Dr. Nashriyah. 

Kuliah S3 Pendidikan Inklusi ini bukan hanya pertemuan akademis, tetapi  pertemuan  inspiratif para pendidik Aceh yang berdedikasi membangun generasi masa depan.  Ridwan dan Magfirah  telah menunjukkan bagaimana pendidikan dengan sentuhan hati dan nilai-nilai religius dapat membangun generasi yang beriman, berakhlak mulia, dan berkompeten.  Kisah mereka menginspirasi pendidik di seluruh Indonesia,  bahwa  pendidikan  yang  bermakna  lahir  dari  dedikasi  sepenuh  hati. 

Kamis, 01 Mei 2025

Di Tengah Aroma Kopi Jepang, Terlahir Gagasan Pendidikan Masa Depan; Selamat Hardiknas

Banda Aceh, Aceh –   Bukan di gedung kuliah megah, namun di ruang pertemuan yang nyaman dan beraroma khas kopi Jepang, Coffee Solong (02-05-2025). Sebuah perbincangan penting tentang masa depan pendidikan Aceh tercipta. Di sana, para praktisi pendidikan, kepala sekolah, dan guru dari berbagai penjuru Aceh berkumpul, bukan sekadar untuk minum kopi, melainkan untuk berdiskusi dan menulis karya ilmiah mereka dalam kuliah S3 Filsafat Pendidikan Islam Program Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Suasana akrab dan informal justru memicu lahirnya gagasan-gagasan cemerlang yang mampu menggugah hati dan menginspirasi semangat mendidik anak negeri.

Kuliah S3 Filsafat Pendidikan Islam, yang biasanya berlangsung di kampus, kali ini memilih latar yang tidak biasa. Dengan latar belakang coffee meeting room dan aroma kopi yang menenangkan, para peserta kuliah seolah diajak untuk berpikir lebih kreatif dan mendalam. Kehadiran para praktisi pendidikan di Coffee Solong menjadi bukti nyata bahwa semangat mencerdaskan kehidupan bangsa tidak hanya terbatas di ruang kelas, tetapi dapat terpatri di mana saja, bahkan di tengah aroma kopi yang harum.

Acara yang dipandu oleh dosen pengasuh, Prof. Warul Walidin dan Dr. Silahuddin (Mantan Kadisdikbud Aceh Besar), ini menghasilkan presentasi artikel yang siap dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Keempat makalah tersebut menawarkan perspektif segar dan inovatif dalam pengembangan pendidikan Islam di Aceh, sekaligus menjadi cerminan komitmen para praktisi pendidikan untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan di Tanah Rencong.

Liberalisme dan Aktivisme dalam Pendidikan Islam: Sebuah Tantangan Kontemporer 

Magfirah, S.Pd. I., MA, Guru PAI SMP Negeri 9 Banda Aceh, dalam presentasinya yang berjudul “Liberalisme dan Aktivisme dalam Pendidikan Islam,” memaparkan tantangan besar yang dihadapi pendidikan Islam kontemporer. Ia dengan cerdas menguraikan bagaimana pendidikan Islam perlu menyeimbangkan antara prinsip-prinsip kebebasan berpikir (liberalisme) dan semangat untuk berbuat kebaikan dan perubahan (aktivisme). Pemaparan Magfirah mengingatkan kita akan perlunya pendidikan yang melahirkan individu yang berwawasan luas, kritis, dan peka terhadap permasalahan sosial, sekaligus memiliki komitmen untuk berkontribusi dalam membangun masyarakat yang adil dan beradab.

Filosofi Malakah dan Insigh: Merangkai Insan Kamil melalui Pemahaman yang Mendalam  

Ridwan, S.Pd. I., MA., M. Pd., Kepala SMP Swasta Darun Nizham Aceh Jaya, menghadirkan perspektif yang menarik dengan makalahnya, "Konsep Filosofi Malakah dan Insight: Suatu Analisis Komparatif dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Agama Islam." Ia melakukan analisis komparatif antara konsep malakah (kemampuan/keterampilan) dalam tradisi Islam dengan konsep insigh (pemahaman mendalam) dalam psikologi Barat. Ridwan berpendapat bahwa pendidikan Islam yang ideal harus mampu mengembangkan keduanya, sehingga terciptalah insan kamil yang tidak hanya memiliki keterampilan praktis, tetapi juga pemahaman yang mendalam tentang makna hidup dan tujuan penciptaan. Dengan memadukan kedua konsep tersebut, Ridwan menawarkan sebuah paradigma baru dalam membentuk karakter dan potensi anak didik. 

 Pendidikan Sains dan Karakter: Menciptakan Generasi yang Berilmu dan Berakhlak Mulia 

Diana, S.Pd. I., M. Pd., Kepala SD Negeri 41 Banda Aceh, dalam presentasinya “Pendidikan Sains dan Karakter Menurut Athiyah Al-Abrasi,” mengajak kita untuk merefleksikan pentingnya integrasi pendidikan sains dan karakter. Ia mengkaji pemikiran Athiyah Al-Abrasi tentang pendidikan karakter yang berlandaskan Al-Qur'an dan Sunnah. Diana menekankan pentingnya membangun karakter anak sejak dini melalui pendidikan yang holistik, yang tidak hanya menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga pembentukan akhlak mulia dan nilai-nilai spiritual. Gagasan ini sangat relevan di era globalisasi saat ini, di mana kecerdasan intelektual perlu diimbangi dengan kecerdasan emosional dan spiritual.

Pedagogik Tafaqquh Fiddin Menurut Imam Syafi'i: Menjelajahi Kedalaman Pemahaman Agama  

Nazaruddin, S.Pd. I., MA, Kepala SMA Negeri 1 Cot Glie Aceh Besar, menutup rangkaian presentasi dengan makalahnya yang berjudul "Konsep Pedagogik Tafaqquh Fiddin Menurut Imam Syafi'i." Ia membahas secara mendalam tentang konsep tafaqquh fiddin (mendalam dalam pemahaman agama) menurut Imam Syafi'i dan implikasinya dalam dunia pendidikan. Nazaruddin mengemukakan bahwa pendidikan agama tidak sekedar menghafalkan teks-teks keagamaan, tetapi harus mampu menumbuhkan pemahaman yang benar dan mendalam tentang ajaran Islam, sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Presentasi ini menjadi pengingat akan pentingnya pendidikan agama yang tidak hanya secara teoritis, tetapi juga praktis dan aplikatif. 

 Apresiasi dan Fokus Penajaman: Menciptakan Kontribusi Nyata untuk Dunia Pendidikan 

Prof. Warul Walidin dan Dr. Silahuddin memberikan apresiasi yang tinggi atas presentasi keempat makalah tersebut. Mereka menekankan pentingnya penajaman spesifikasi dan wujud kontribusi karya-karya ini bagi dunia pendidikan. Kedua dosen pengasuh tersebut juga memberikan arahan untuk lebih mendalamkan proses, jalur, dan produk yang dihasilkan dari penelitian ini. Mereka mendorong para peneliti untuk terus menggali potensi ontologis dalam upaya membentuk insan kamil, yang sesuai dengan visi pendidikan Islam. Konsep insan kamil, manusia yang utuh dan seimbang dalam aspek intelektual, emosional, spiritual, dan sosial, menjadi fokus utama dalam diskusi tersebut. Para peserta diajak untuk berpikir keras bagaimana menciptakan sistem pendidikan yang mampu melahirkan generasi penerus yang unggul dan berkarakter.

Kuliah S3 Filsafat Pendidikan Islam di Coffee Solong ini bukan hanya sekedar kuliah biasa. Ia merupakan sebuah ruang dialog, sebuah tempat bertemunya pikiran-pikiran cemerlang yang penyelamatan untuk memajukan pendidikan di Aceh. Di tengah aroma kopi yang menenangkan, terpatri komitmen untuk terus belajar, berinovasi, dan berkontribusi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Semoga semangat dan gagasan-gagasan yang lahir di Coffee Solong ini dapat menjadi inspirasi bagi para pendidik seluruh Indonesia untuk terus berjuang dalam mencetak generasi emas masa depan. Aroma kopi Jepang di Coffee Solong, kini telah bercampur dengan aroma semangat pendidikan yang membara.