Total Tayangan Halaman

Sabtu, 21 Juni 2025

Inspirasi Menggali Potensi Data: Evaluasi dan Statistik Para Praktisi Pendidikan di Pascasarjana UIN Ar-Raniry Dorong Inovasi Sekolah di Serambi Mekkah

Banda Aceh, Aceh – Ruangan dipenuhi semangat intelektual. Peserta dari unsur dosen Unmuha dan kepala sekolah dari berbagai jenjang pendidikan di Aceh berkumpul dalam mata kuliah Evaluasi dan Statistik Program Pendidikan Doktoral S3 Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh, dibimbing oleh Dr. Duskri, M.Kes (21-06-2025). Bukan sekadar kuliah teoritis, pertemuan ini menjadi wadah pertukaran gagasan dan inspirasi untuk memajukan pendidikan di Aceh melalui inovasi berbasis data. Presentasi dan diskusi yang berlangsung secara dinamis mengungkap pentingnya pemahaman statistik dalam merumuskan kebijakan sekolah yang efektif dan berdampak.

Presentasi pertama oleh Hayail Umroh, S.Pi., M.Pi. (Dosen Unmuha Banda Aceh), fokus pada fondasi statistik pendidikan: korelasi dan regresi. Dengan penjelasan yang lugas dan ilustrasi yang relevan, Hayail menekankan pentingnya memahami hubungan antar variabel. “Korelasi menunjukkan seberapa erat hubungan antara dua variabel, sedangkan regresi mengkaji bagaimana perubahan pada satu variabel mempengaruhi variabel lainnya,” jelasnya. Ia memberikan contoh konkret bagaimana korelasi antara kehadiran siswa dan nilai ujian dapat dikaji, dan bagaimana regresi dapat memprediksi nilai ujian berdasarkan kehadiran siswa. Lebih lanjut Hayail menjelaskan perbedaan krusial antara data nominal, ordinal, dan interval, tiga tipe data dasar dalam penelitian pendidikan. Data nominal mengklasifikasikan data ke dalam kategori (misal: jenis kelamin), ordinal menunjukkan peringkat (misal: tingkat kepuasan), sedangkan interval memiliki jarak yang sama antara setiap angka tetapi tanpa titik nol absolut (misal: suhu Celcius). Pemahaman perbedaan ini, tegasnya, sangat penting dalam memilih teknik analisis statistik yang tepat.

Pertanyaan-pertanyaan cerdas bermunculan dari para peserta. Ahlul Fikri, S.Pd.I., M.Pd (Kepala SMA Aceh Besar), menganalisis hubungan korelasi dan regresi. Hayail dengan sabar menjelaskan bahwa korelasi menunjukkan adanya hubungan, sementara regresi mengukur kekuatan dan arah hubungan tersebut serta memungkinkan prediksi. Diana, S.Pd.I., M.Pd (Kepala SDN 31 Banda Aceh), penasaran bagaimana regresi dapat memprediksi sesuatu dengan baik. Hayail menjawab bahwa akurasi prediksi regresi bergantung pada kekuatan korelasi dan kualitas data. Semakin kuat korelasi dan semakin akurat data, semakin baik prediksi yang dihasilkan. Nazaruddin, S.Pd.I., MA (Kepala SMN 1 Kuta Cot Glie Aceh Besar), mengajukan pertanyaan yang lebih aplikatif: Bagaimana metode atau strategi meningkatkan prestasi belajar siswa? Hayail menyarankan analisis penggunaan regresi untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang melemahkan kuatnya prestasi belajar, seperti kehadiran, motivasi belajar, dan dukungan orang tua, sehingga intervensi yang tepat sasaran dapat dirancang.

Presentasi kedua oleh Musiarifsyah Putra, S.Pd., M.Pd (Asesor), membahas uji ANOVA (Analysis of Variance). Musiarifsyah dengan mahir menjelaskan prinsip ANOVA dalam membandingkan rata-rata dari dua atau lebih kelompok. Ia memberikan contoh bagaimana ANOVA dapat digunakan untuk membandingkan efektivitas berbagai metode pembelajaran terhadap prestasi siswa. Penjelasannya yang sistematis dan mudah dipahami membuat peserta semakin antusias.

Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd, mengajukan pertanyaan yang menantang: bagaimana penggunaan ANOVA pada penelitian yang melibatkan model belajar, jenis kelamin, dan kemampuan guru, serta bagaimana melihat hasil belajar di berbagai sekolah? Musiarifsyah menjawab bahwa ANOVA dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar, dengan mempertimbangkan interaksi antar faktor. Analisis hasil belajar di berbagai sekolah memerlukan teknik statistik yang lebih kompleks, seperti ANOVA dua arah atau model linear umum. Maqfirah, S.Pd.I., MA, menanyakan penggunaan pre-test dan post-test dalam konteks ANOVA. Musiarifsyah menjelaskan bahwa pre-test dan post-test dapat digunakan untuk mengukur perubahan hasil belajar setelah intervensi, dan ANOVA dapat digunakan untuk menganalisis signifikansi perubahan tersebut.

Presentasi terakhir disampaikan oleh Nazaruddin, S.Pd.I., MA, yang membahas uji-t dan Chi-kuadrat. Uji-t digunakan untuk membandingkan rata-rata dua kelompok, sedangkan Chi-kuadrat digunakan untuk menguji hubungan antara dua kategori variabel. Nazaruddin memberikan contoh praktis penerapan kedua uji statistik ini dalam penelitian pendidikan.

Salah seorang peserta, Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd., mengungkapkan inspirasi yang ia dapatkan. “Materi korelasi, regresi, ANOVA, uji-t, dan Chi-kuadrat sangat bermanfaat untuk penelitian pengembangan inovasi sekolah,” ujarnya. "Saya terinspirasi untuk menerapkan analisis data statistik dengan lebih tepat dalam merumuskan kebijakan sekolah yang efektif dan berdampak bagi kemajuan bangsa." Senada dengan Ridwan, banyak peserta lain mengaku termotivasi untuk lebih mendalami statistik dan menerapkannya dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah masing-masing.

Mata kuliah Evaluasi dan Statistik Pendidikan di UIN Ar-Raniry Banda Aceh ini bukanlah sekedar transfer ilmu. Lebih dari itu, kuliah ini menjadi wadah untuk membangkitkan semangat inovasi dan mempertajam kemampuan memprediksi arah kebijakan sekolah. Dengan pemahaman yang baik tentang statistik, para kepala sekolah dan pendidik di Aceh dapat menggunakan data sebagai dasar pengambilan keputusan, sehingga tercipta lingkungan belajar yang lebih efektif dan menghasilkan generasi penerus bangsa yang cerdas dan kompetitif. Inilah bukti nyata bagaimana pendidikan tinggi dapat berkontribusi langsung dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia. Semoga semangat inovasi yang tercipta dalam perkuliahan ini dapat menyebar luas dan menginspirasi lebih banyak lagi pendidik di seluruh Indonesia untuk selalu berinovasi dan memajukan dunia pendidikan.

Jumat, 13 Juni 2025

Aroma Kopi Khas Aceh dan Revolusi Pendidikan Inklusi di Resto Paopia Garden Banda Aceh; Semangat Ilmiah Serasa di Tengah Kebun Kopi Aceh

Banda Aceh, Aceh - Aroma kopi robusta Aceh yang pekat, harum, dan sedikit pahit, bercampur dengan semilir angin rasa pegunungan dan beground kebun, menjadi latar belakang tak terduga bagi sebuah revolusi kecil namun berdampak besar: Program Doktoral S3 Mata Kuliah Pendidikan Inklusi (13-06-2025).  Bukan di ruang kuliah yang steril dan formal, melainkan di Resto Paopia Garden Pango, Banda Aceh, sebuah tempat yang dikenal dengan cita rasa kulinernya yang unik,  terselenggara kuliah  Pendidikan Inklusi kelas AGPAI bekerja sama dengan Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh.  Suasana belajar yang dirancang sedemikian rupa,  dengan  desain ruangan empat dimensi yang  dihiasi gambar biji kopi memenuhi dinding dan plafon,  menciptakan ilusi  menakjubkan – seakan-akan para mahasiswa tengah belajar di tengah hamparan kebun kopi yang luas di pegunungan Aceh. Sebuah inovasi yang tidak hanya  menyegarkan,  tetapi juga  memberikan  inspirasi  yang mendalam. 

Di jantung acara ini,  difasilitasi oleh Ibu Dosen Pascasarjana  Dr. Nashriyah,  seorang  akademisi  yang  memiliki  pengalaman internasional,  aktivis perempuan Aceh yang  gigih memperjuangkan perlindungan anak,  dan  pengelola jurnal Sinta 2 berindeks Scopus.  Kehadirannya bukan sekadar sebagai dosen pembimbing, tetapi  sebagai  sumber  inspirasi  dan  motivasi  bagi para mahasiswa untuk  terus  berjuang  mewujudkan pendidikan inklusif  di Aceh dan Indonesia.  Kepakaran dan pengalaman internasional beliau, dipadukan dengan  semangat  perempuan Aceh yang tangguh, menjadi  kombinasi  yang  sangat  kuat  dalam  membangun  generasi  pendidik  yang  berkomitmen pelayanan inklusif.  

Suasana kuliah yang  dirancang  santai dan  nyaman,  jauh  dari  protokol  akademik  yang  kaku, justru  memungkinkan  terjadinya  diskusi  yang  mendalam  dan  bermakna.  Para peserta  merasa  bebas  untuk  mengekspresikan  ide-ide  mereka,  berbagi  pengalaman,  dan  belajar  dari  satu  sama  lain.  Hal  ini  membangun  iklim  kepercayaan  dan  kolaborasi  yang  sangat  penting  dalam  menciptakan  perubahan  di  dunia  pendidikan. 

Dua presentasi draf artikel menjadi  pusat  perhatian  dalam  kuliah  ini.  Siti Halimah, S.Pd.I., M.Pd., Kepala SD Neusok Teubilui Aceh Besar,  yang  menyajikan  draf  artikel  hasil  penelitian  lapangannya  di SD Islam Karakter Harsya Jilingke Banda Aceh.  Penelitiannya  yang  fokus  pada  interaksi  sosial  anak  berkebutuhan  khusus  bukan  hanya  sekadar  data  dan  angka,  melainkan  sebuah  kisah  yang  sangat  mengugah  hati.  Presentasinya  yang  spektakuler  dan  berisi  gambaran  miris  tentang  bagaimana anak-anak berkebutuhan khusus seringkali ditolak  oleh sekolah umum,  menciptakan  gema  pertanyaan  penting:  di  mana  mereka  harus  belajar,  dan  dengan  siapa? 

Siti Halimah dengan lantang mempertanyakan paradigma pendidikan yang masih eksklusif. "Hanya guru istimewa yang menerima anak istimewa,"  ungkapnya,  suara  yang  menggema  di  ruangan.  Ia  mengangkat  isu  kritis  tentang  sekolah  luar  biasa (SLB)  yang  seringkali  dianggap sebagai  satu-satunya  tempat  bagi  anak  berkebutuhan  khusus.  Apakah  kita  benar-benar  yakin  bahwa  sekolah  umum  hanya  untuk  anak-anak  "normal"?  Apakah  kita  menginginkan  sistem  pendidikan  yang  memisahkan  anak-anak  berdasarkan  kemampuan  mereka,  padahal  sejatinya  kebutuhan  dan  potensi  masing-masing  individu  beragam?  Bukankah  kita  semua  akan  mengalami  perubahan  fisik  dan  mental  seiring  waktu?  Mengapa  tidak  semua  sekolah  membuka  pelukan  untuk  melayani  kebutuhan  peserta  didik  yang  beragam?  Pertanyaan-pertanyaan  ini  terus  bergema,  menantang  para  pendengar  untuk  merenungkan  peran  mereka  dalam  membangun  sistem  pendidikan  yang  benar-benar  inklusif. 

Pemateri kedua, Bahrullah, S.Pd.I., MA., Kepala SMAN 1 Lhong Aceh Besar,  menawarkan  perspektif  yang  berbeda.  Beliau  menghubungkan  pentingnya  pendidikan  inklusif  dengan  ajaran  Islam,  dengan  elegan  memaparkan  ayat  dan  hadis  yang  menekankan  pentingnya  keadilan  dan  kesetaraan.  Beliau  menceritakan  kisah-kisah  inspiratif  tentang  orang-orang  yang  memiliki  kebutuhan  khusus  tetapi  mendapatkan  pengakuan  dan  penghargaan  di  masa  lalu,  menunjukkan  bahwa  inklusi  bukanlah  sesuatu  yang  baru,  melainkan  nilai  yang  sudah  lama  ada  dan  harus  terus  diperjuangkan.  Penggunaan  referensi  agama  ini  menunjukkan  bahwa  pendidikan  inklusif  bukan  hanya  sekadar  model  pendidikan,  tetapi  juga  sebuah  amanah  moral  yang  harus  dijalankan. 

Suasana  kuliah  yang  hangat  dan  interaktif  terus  berlanjut.  Diskusi  yang  terbuka  dan  tanpa  hambatan  menciptakan  ruang  bagi  para  peserta  untuk  berbagi  pengalaman,  mengungkapkan  tantangan  yang  mereka  hadapi,  dan  mendapatkan  inspirasi  dari  satu  sama  lain.  Para  peserta,  yang  berasal  dari  berbagai  latar  belakang  dan  wilayah,  menunjukkan  komitmen  mereka  untuk  bekerja  sama  dalam  memajukan  pendidikan  inklusif  di  Aceh. 

Sebuah pemandangan yang menggembirakan seluruh peserta tunjuk tangan terangkat hampir bersamaan,  menunjukkan betapa antusiasnya mereka untuk berpartisipasi aktif dalam sesi tanya jawab. Hujan tangan terangkat bersamaan!  Semua peserta berlomba-lomba untuk bertanya, menunjukkan antusiasme yang luar biasa terhadap materi yang disampaikan.  Kelas pun berubah menjadi ajang diskusi yang seru dan meriah. 

Salah  satu  peserta,  Ridwan,  S.Pd.I.,  MA.,  M.Pd.,  mengungkapkan  perasaannya  setelah  mengikuti  kuliah  tersebut.  "Saya  merasa  haru  dan  terinspirasi,"  ujarnya.  "Kuliah  ini  bukan  hanya  memberikan  pengetahuan  baru,  tetapi  juga  mengugah  semangat  saya  untuk  terus  berkreasi  dan  berinovasi  dalam  memberikan  pelayanan  prima  kepada  peserta  didik  inklusi.  Pendidikan  inklusif  bukan  hanya  tanggung  jawab  sekolah,  tetapi  juga  tanggung  jawab  kita  bersama  untuk  kemajuan  bangsa  dan  negeri." 

Kuliah  S3  Pendidikan  Inklusif  di  Resto  Paopia  Pango  lebih  dari  sekadar  acara  akademik.  Ini  adalah  sebuah  gerakan,  sebuah  seruan  untuk  menciptakan  perubahan  nyata.  Aroma  kopi  Aceh  yang  khas  bukan  hanya  menyertai  proses  belajar,  tetapi  juga  melambangkan  harapan  dan  cita-cita  yang  tinggi:  sebuah  Indonesia  yang  lebih  inklusif,  di  mana  setiap  anak,  terlepas  dari  kebutuhan  khususnya,  memiliki  kesempatan  yang  sama  untuk  berkembang  dan  berprestasi.  Inisiatif  ini  menjadi  bukti  nyata  bahwa  perubahan  bisa  dimulai  dari  ruangan  kecil,  dengan  semangat  yang  besar  untuk  membangun  generasi  masa  depan  yang  lebih  adil  dan  berkeadilan. Semoga ini menjadi inspirasi bagi lembaga pendidikan lainnya untuk mengulangi inisiatif yang luar biasa ini. 

Selasa, 03 Juni 2025

Sensasi di Negeri Serambi Mekkah: Kuliah Statistik Pendidikan yang "Heboh", Unik, dan Inspiratif!

Banda Aceh, Inspira Prodoc Media –  Siapa bilang kuliah statistik pendidikan itu membosankan?  Buktikan!  Kuliah Evaluasi dan Statistik Pendidikan bersama Dr. Duskri., M. Kes. di Program Doktor Pascasarjana UIN Ar-Raniry baru-baru ini sukses mematahkan anggapan tersebut.  Bukan hanya materi yang mendalam dan bermanfaat, tetapi kuliah ini dikemas dengan cara yang unik, heboh, dan  sangat menginspirasi para peserta untuk terus belajar, berkreasi, dan berinovasi.  Suasana akademik yang biasanya formal dan kaku, bertransformasi menjadi sebuah pesta ilmu pengetahuan yang menyegarkan! 

Acara yang berlangsung (04-06-2025) itu dibuka dengan presentasi Ahlul Fikri, S.Pd.I., M.Pd, yang membahas  reliabilitas dan validitas tes.  Bukan presentasi yang kering dan membosankan, Ahlul Fikri, seorang akademisi yang energik,  menghidupkan materi dengan ilustrasi-ilustrasi menarik dan contoh-contoh kasus nyata yang mudah dipahami.  Ia dengan cermat menjelaskan bagaimana memastikan sebuah tes benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur, serta bagaimana memastikan konsistensi hasil tes tersebut.  Penjelasan tentang rumus-rumus statistik yang biasanya dianggap rumit,  disampaikan dengan pendekatan yang  mudah dicerna,  dibumbui dengan humor yang menyegarkan, sehingga para mahasiswa merasa tertantang, bukannya terbebani. 

Ahlul Fikri  menekankan pentingnya  desain tes yang baik,  menjelaskan secara detail bagaimana membuat pengecoh (distractor) yang efektif – minimal berfungsi 5% –  dan bagaimana menghitung daya pembeda butir soal.  Ia menggambarkannya bagai seni, bagaimana merangkai butir-butir soal sedemikian rupa agar mampu membedakan siswa yang memiliki pemahaman tinggi dengan siswa yang pemahamannya masih rendah.  Rumus menghitung daya pembeda  – dua kali jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar dikurangi jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar, dibagi jumlah keseluruhan siswa –  yang terlihat kompleks, disajikan dengan cara yang sederhana dan aplikatif.  Peserta kuliah pun antusias bertanya,  memperlihatkan betapa terpesonanya mereka dengan materi yang disampaikan. 

Sesi berikutnya, yang dibawakan oleh Maqfirah, S.Pd.I., MA,  berfokus pada distribusi dan frekuensi data.  Maqfirah,  dengan gaya penyampaian yang  sistematis dan terstruktur,  menjelaskan secara gamblang konsep distribusi frekuensi,  cara membuat tabel distribusi frekuensi,  dan bagaimana menginterpretasikan data tersebut.  Ia tidak hanya berhenti di rumus-rumus statistik, tetapi juga menekankan pentingnya  visualisasi data.  Dengan diagram batang, histogram, dan poligon frekuensi,  ia memperlihatkan bagaimana data statistik bisa “berbicara” dengan sendirinya,  memperlihatkan tren dan pola yang tersembunyi di balik angka-angka.  Maqfirah juga menjelaskan secara detil bagaimana menghitung panjang kelas dan mengidentifikasi kelas terbesar dalam distribusi frekuensi,  membuka jalan bagi para peserta untuk melakukan analisis data yang lebih mendalam dan komprehensif.  

Namun,  kejutan terbesar dari kuliah ini bukanlah hanya pada materi yang disampaikan, tetapi juga pada cara penyampaian dan suasana yang tercipta.  Kuliah yang intens dan mendalam ini diselingi oleh jeda shalat berjamaah dan makan siang bersama di restoran Cut Mun Lamnyong, sebuah restoran terbuka yang indah dengan pemandangan alam Banda Aceh yang menawan.  Bayangkan:  setelah bergelut dengan angka-angka dan rumus statistik,  para peserta kuliah, dosen, dan profesor-profesor  bersantai menikmati hidangan khas Aceh yang lezat.  Suasana makan siang bersama tersebut bukan sekadar makan biasa.  Ia menjadi ajang pertukaran ide,  kolaborasi antar peserta,  dan  percakapan informal  yang hangat dengan para profesor, termasuk Ketua Prodi S3.  

Salah seorang peserta kuliah yang paling berkesan adalah Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd.,  mahasiswa program doktor (S3) Kelas Kerjasama AGPAI dengan Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang berasal dari Aceh Jaya dan juga menjabat sebagai Kepala SMP Swasta Darun Nizham.  Ia mengaku terinspirasi untuk terus berinovasi dalam dunia pendidikan setelah mengikuti kuliah tersebut.  "Kuliah ini bukan hanya memberikan saya pengetahuan tentang statistik pendidikan, tetapi juga inspirasi untuk terus belajar dan berkreasi,"  ungkap Ridwan.  "Suasana kuliah yang spektakuler,  diselingi dengan shalat berjamaah dan makan siang bersama,  membuat kuliah ini menjadi pengalaman yang sangat berkesan dan menyenangkan.  Saya merasa terdorong untuk  terus mengembangkan diri dan  menerapkan ilmu yang saya peroleh untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah saya." 

Lebih lanjut Ridwan menambahkan, “Kuliah ini sangat nyaman dan menyenangkan, memadukan tugas publikasi artikel dengan kolaborasi yang berkelas.  Bisa bercengkrama langsung dengan dosen-dosen dan profesor lainnya, sungguh berharga.”  Ia juga menyebutkan beberapa menu khas Aceh yang disajikan,  antara lain sambal udang, Ayam tengkurap, dan Kuah Beulangong Raja,  menambah kenangan indah selama mengikuti kuliah tersebut. 

Kisah Ridwan mencerminkan  semangat dan  inovasi yang diilhami oleh kuliah  yang tidak biasa ini.  Kuliah Evaluasi dan Statistik Pendidikan di UIN Ar-Raniry tidak hanya mengajarkan tentang angka-angka, tetapi juga mengajarkan tentang kolaborasi,  inovasi,  dan pentingnya  menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan inspiratif.  Ini adalah bukti nyata bahwa pendidikan yang berkualitas tidak harus selalu kaku dan membosankan,  tetapi dapat dikemas dengan cara yang kreatif dan menarik,  sehingga mampu memotivasi peserta didik untuk terus belajar, berkreasi, dan berinovasi,  sekaligus  mengembangkan potensi mereka secara optimal.  Suksesnya kuliah ini  menunjukkan  potensi besar  UIN Ar-Raniry  dalam  mengembangkan  pendidikan  yang  berkualitas dan  inspiratif.  Semoga  model  kuliah  yang  unik  dan  menyenangkan  ini  dapat  diadopsi  oleh  lembaga  pendidikan  lainnya,  sehingga  dunia pendidikan  di  Indonesia  semakin  semangat dan inovatif.

Jumat, 30 Mei 2025

Integrasi Tafsir Klasik dan Kontemporer di Bumi Serambi Mekkah: Ketika Inspirasi Inovasi Didendangkan Telaah As-Sajadah, Pendidikan Karakter Sampai Problem Solving dalam Kuliah S3 UIN Ar-Raniry

Banda Aceh, Aceh - Udara Pagi berhembus lembut, membelai lembut suasana diskusi yang khas, seakan ikut menyambut simfoni ilmu yang tengah tercipta di ruang rapat Direktur Pascasarjana UIN Ar-Raniry (31-05-2025). Kuliah S3 Metode Tafsir dan Hadits Tarbawi bersama Prof. Sri Suyanta bukanlah sekedar kuliah biasa; ia adalah sebuah perhelatan intelektual yang menyebarkan benang-benang kearifan masa lampau dengan realita zaman modern, sebuah percakapan antar generasi yang mengalun indah bagai syair-syair sufi.

Ruangan yang biasanya hening, kini dipenuhi gema diskusi, terang benderang oleh cahaya layar presentasi yang elegan. Bukan sekadar presentasi Power Point biasa, melainkan sebuah karya seni digital yang interaktif, seolah-olah sebuah aplikasi canggih yang hidup dan bernapas. Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd, Kepala SMP Swasta Darun Nizham Aceh Jaya, dengan mahir mengendalikannya, mengajak para peserta kuliah berkelana di samudra luas Surat As-Sajadah. Artikelnya, yang telah dikirimkan ke sebuah jurnal ilmiah, kini dipaparkan bukan sekadar sebagai makalah presentasi, melainkan sebagai sebuah perjalanan penemuan.

Ridwan, bagai seorang penyair ulung, membahas Surat As-Sajadah dengan begitu syahdu. Ia menyingkap tabir ayat demi ayat, menghidupkan makna yang tersembunyi di balik setiap kata. PPT-nya bukan sekadar alat bantu visual, tetapi sebuah jendela yang membuka pandangan ke berbagai tafsir, dari tafsir Ibnu Katsir yang klasik dan agung hingga tafsir Al-Misbah yang kontemporer dan relevan. Ia menjembatani jurang antara masa lalu dan masa kini, menampilkan bagaimana kearifan klasik dapat menjawab tantangan zaman modern. Bukan hanya teori yang disajikan, tetapi juga implementasinya di lapangan, sebuah pengupasan kalimat demi kalimat yang tajam dan menggema, bagaikan kalimat ukiran-ukiran halus di atas batu permata.

Selanjutnya Ibu Fetti Elliyani, S.Pd.I., MA, Kepala SD Negeri Lamreung Aceh Besar, membawa hadirin pada dimensi lain dari simfoni ilmu ini. Ia berbicara tentang "Kejujuran sebagai Pondasi Pendidikan Karakter," suaranhya menggelegar membawa pesan yang begitu kuat dan menyentuh. Penyajiannya bukan sekedar konseptualisasi teoritis, melainkan sebuah renungan mendalam tentang nilai-nilai luhur, bagai sebuah syair tentang bagaimana kejujuran, seperti embun pagi yang menyegarkan, mampu menghidupkan lahan kering karakter pendidikan. Ia mengajak semua yang hadir untuk memikirkan betapa pentingnya kebenaran sebagai fondasi yang kokoh bagi generasi mendatang, sebuah karakter yang tak terlupakan di zaman.

Nazaruddin, S.Pd.I., MA., Kepala SMA Negeri 1 Cot Glie Aceh Besar, menyempurnakan simfoni ini dengan presentasinya tentang "Pemecahan Masalah dalam Perspektif Hadits." Ia membuka lembaran-lembaran hikmah dari hadits Nabi SAW, menunjukkan betapa hadits bukan sekadar kumpulan cerita masa lalu, tetapi sebuah panduan praktis yang relevan untuk menghadapi berbagai masalah kehidupan. Ia menjelajahi lautan hadits, mencari mutiara-mutiara hikmah yang dapat menjadi solusi bagi problematika modern, sebuah peta jalan yang menuntun manusia menuju solusi yang bijak dan mengarah.

Puncak simfoni ini tiba saat sesi tanya jawab. Para peserta kuliah, dengan antusiasme yang membara, mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis yang sarat makna. Pertanyaan-pertanyaan ini bukan sekedar interupsi, melainkan nada-nada yang melengkapi simfoni, memperkaya kekayaan intelektual yang tengah dijalin.

Diana Safitri, S.Pd.I., M.Pd, mengungkapkan keresahannya tentang Surat As-Sajadah ayat 32:30, mengapa ada beberapa ayat seakan terlupakan dalam kajian tematik. Ia juga menganalisis bagaimana mengkonfirmasi hadits yang belum termaktub dan bagaimana menyelaraskan pemahaman hati dengan realisasi tindakan. Pertanyaannya bagaikan sebuah pertanyaan puitis, mengajak hadirin untuk memikirkan keselarasan antara niat dan perbuatan.

Syarifah Musanna, S.Pd.I., MA, mengajukan pertanyaan kritis mengenai pendidikan karakter. Ia merenungkan bagaimana teks Al-Qur'an menyelaraskan dengan realita kehidupan, serta bagaimana mengukur kebenaran dalam konteks sistem yang kompleks, di mana hati dan realita seringkali berbenturan. Pertanyaannya menggemakan dilema yang dihadapi banyak pendidik dalam mewujudkan pendidikan berkarakter yang efektif.

Muhammad Yani, S.Pd.I., MA, Fokus mencari ayat yang secara khusus membahas tentang keimanan sejati, memahami persepsi antara ucapan dan tindakan, serta tantangan membangun kejujuran dalam lingkup keluarga dan lembaga. Pertanyaannya merupakan sebuah refleksi mendalam tentang esensi keimanan dan bagaimana menerjemahkannya dalam kehidupan nyata.

Ahlul Fikri, S.Pd.I., M.Pd, mengajukan pertanyaan yang komprehensif, segmen empat subtema—Tauhid, ilmu dan akal, akhlak dan karakter, kepemimpinan dan dakwah—dengan problematika yang menimpa Nabi Muhammad SAW dalam berbagai konteks kehidupan. Pertanyaannya seperti sebuah orkestrasi yang sempurna, mengarahkan diskusi pemahaman menuju yang utuh dan holistik tentang ajaran Islam.

Jawaban Prof. Sri Suyanta, bagai irama yang mengiringi simfoni, membimbing peserta kuliah untuk berpikir kritis dan kreatif. Ia tidak hanya memberikan jawaban yang lugas dan akurat, tetapi juga mampu mengilhami setiap pertanyaan dengan wawasan yang mendalam, bagaikan maestro yang memimpin orkestra ilmu pengetahuan.

Kuliah S3 Metode Tafsir dan Hadits Tarbawi ini bukan sekedar acara akademik; ia adalah sebuah perjalanan spiritual yang menggetarkan, sebuah simfoni ilmu yang menebar inspirasi dan semangat untuk terus menggali khazanah keilmuan Islam. Ia membuktikan bagaimana ilmu agama dapat menyatu dengan kehidupan sehari-hari, membimbing manusia menuju kehidupan yang lebih baik, dipenuhi dengan kejujuran, kearifan, dan keimanan yang teguh. Di negeri Serambi Mekkah, simfoni ilmu ini telah melampaui batas ruang dan waktu, menebar benih-benih kebaikan yang akan terus tumbuh dan berkembang.

Minggu, 25 Mei 2025

Rahasia Angket Sakti: Mengungkap Validitas dan Reliabilitas di Gedung Pascasarjana dan Tasyakur Bersama di Tengah Alam Banda Aceh

Banda Aceh, Aceh – Ruang rapat Direktur Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh biasanya dipenuhi aroma diskusi serius dan akademis. Namun, kuliah Teknik Evaluasi dan Statistik Pendidikan yang dibawakan oleh Prof. Jamaludin dan Dr. Duskri, M.Kes, tak hanya membahasa rumus-rumus statistik yang kompleks, tetapi juga menawarkan  suasana  yang tak terduga suatu perpaduan antara kedalaman kajian ilmiah dengan kesegaran alam Banda Aceh (24-05-2025). 

Kuliah yang memikat perhatian ini berpusat pada presentasi Ahlul Fikri, S.Pd.I., MA,  yang dengan piawai mengupas  pentingnya reabilitas dan validitas instrumen, khususnya angket, dalam penelitian pendidikan.  Presentasi Ahlul Fikri bukan sekadar deretan rumus dan teori statistik yang kering.  Ia berhasil menghidupkan materi yang seringkali dianggap membosankan menjadi  sebuah petualangan intelektual yang  menarik.  Bayangkan,  menemukan "rahasia" di balik angka-angka yang dapat menentukan kualitas suatu penelitian! 

Ahlul Fikri, dengan lugas dan sistematis, memaparkan konsep reabilitas dan validitas.  Reliabilitas,  menurutnya,  merupakan kunci konsistensi pengukuran.  Sebuah instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang konsisten meskipun digunakan berulang kali atau oleh peneliti yang berbeda.  Sedangkan validitas memastikan bahwa instrumen tersebut benar-benar mengukur apa yang ingin diukur.  Bayangkan sebuah mistar yang bengkok, mungkin masih bisa menunjukkan angka, tetapi hasilnya tidak valid! 

Lebih jauh lagi, Ahlul Fikri  menjelaskan teknik-teknik praktis untuk menguji reabilitas dan validitas test.  Ia  mengungkapkan  rumus-rumus yang  tampaknya rumit, namun  dijelaskan dengan  penjelasan yang  mudah dipahami.  Misalnya,  untuk menentukan tingkat kesukaran soal, Ahlul Fikri menjelaskan  bagaimana menghitung perbandingan jumlah siswa yang menjawab benar dengan jumlah siswa keseluruhan.  Angka yang ideal, menurutnya,  berada di kisaran 0,03 hingga 0,07 – angka-angka yang menyimpan  "kode rahasia" kesuksesan sebuah penelitian. 

Selain tingkat kesukaran, Ahlul Fikri juga mengupas  daya beda soal.  Ia menjelaskan bahwa daya beda soal diukur dari selisih jumlah siswa yang menjawab benar dan siswa yang menjawab salah, dibagi dengan jumlah siswa.  Suatu soal dikatakan memiliki daya beda yang baik jika angkanya berada dalam rentang 0,39 ke atas.  Penjelasan ini  membuka mata para mahasiswa tentang pentingnya  merancang soal yang  mampu membedakan siswa yang berprestasi tinggi dengan siswa yang berprestasi rendah. 

Tak berhenti di situ, Ahlul Fikri juga menekankan pentingnya  homogenitas pengecoh.  Ia menjelaskan bahwa pengecoh dalam suatu angket harus homogen,  artinya memiliki daya tarik yang seimbang,  dengan angka ideal di sekitar 0,05.  Hal ini memastikan bahwa  pilihan jawaban yang salah  tidak terlalu mudah  atau terlalu sulit  untuk dipilih, sehingga  hasil pengukuran menjadi  lebih akurat. 

Sesi tanya jawab yang dipandu oleh Dr. Duskri menjadi puncak acara.  Para mahasiswa,  terlihat begitu antusias,  mengajukan  pertanyaan-pertanyaan  kritis dan mendalam.  Diana, S.Pd.I., M.Pd., misalnya,  menunjukkan  keseriusannya  dengan menanyakan  bagaimana menentukan validitas dan reabilitas angket penelitiannya.  Pertanyaan-pertanyaan seperti ini, menunjukkan betapa pentingnya materi ini bagi para calon peneliti. 

Salah seorang peserta, Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd.,  mengungkapkan kekagumannya.  Ia mengaku terinspirasi dengan penajaman kajian validitas dan reabilitas angket yang  dianggapnya paling eklusif.  “Penjabarannya begitu detail dan praktis,” ujar Ridwan.  “Sekarang saya punya  pandangan yang lebih  jelas dan percaya diri  dalam merancang  instrumen penelitian saya.” 

Namun, keunikan kuliah ini tak berhenti di ruang kuliah.  Sebagai penutup,  para peserta diajak untuk menikmati makan siang bersama di Restoran Kak Cut Bit, Blang Bintang.  Suasana alam terbuka dengan pemandangan yang indah, menjadi latar yang sempurna untuk  pertemuan santai dan  menyenangkan.  Di tengah  suasana  yang  rileks,  para peserta  bisa  berdiskusi  lebih  lanjut  tentang  materi kuliah,  saling berbagi  pengalaman, dan  membangun  jejaring  keilmuan. 

Kuliah Teknik Evaluasi dan Statistik Pendidikan bersama Prof. Jamaludin dan Dr. Duskri,  bukan  hanya sekadar  transfer ilmu statistik,  tetapi  juga  sebuah  pengalaman  belajar  yang  menyenangkan dan berkesan.  Perpaduan antara  kajian akademis  yang  mendalam  dengan  suasana  alam  yang  menyegarkan,  membuat  kuliah  ini  menjadi  unik dan  tak  terlupakan.  Semoga  inisiatif  menarik  seperti ini  dapat  terus  dilakukan  untuk  menciptakan  proses  belajar  yang  lebih  efektif  dan  menyenangkan bagi  para  mahasiswa. 

Kajian Hadits dan Tafsir Tarbawi: Menjelajah Kedalaman Niat dan Pengaruh Lingkungan dalam Pendidikan Karakter

Banda Aceh, Aceh – Ruang Rapat Direktur Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh bergema dengan diskusi ilmiah yang hangat dan mendalam (24-05-2025).  Mata kuliah Hadits dan Tafsir Tarbawi yang dibawakan oleh Prof. Srisuyanta, menghadirkan kajian-kajian inspiratif yang membedah peran niat dan pengaruh lingkungan dalam membentuk karakter individu, khususnya dalam konteks pendidikan.  Diskusi tersebut dihadiri oleh para mahasiswa Pascasarjana UIN Ar-Raniry,  menciptakan suasana akademik yang dinamis dan penuh semangat. 

Kuliah tersebut diawali dengan presentasi dua makalah yang sarat dengan analisis hadits dan tafsir yang relevan.  Bahrullah, S. Pd. I., MA, memaparkan kajiannya tentang peran niat dalam mengerjakan sesuatu.  Presentasinya yang sistematis  menelusuri berbagai hadits yang menekankan pentingnya niat sebagai landasan utama dalam setiap amal perbuatan.  Bahrullah berhasil mengurai bagaimana niat yang tulus dan ikhlas kepada Allah SWT akan melipatgandakan pahala dan menumbuhkan kualitas amal, berbeda dengan amal yang dilakukan tanpa niat yang benar, bahkan terkadang hanya untuk mencari pujian atau popularitas. 

"Hadits-hadits yang dikaji menunjukkan betapa pentingnya niat dalam setiap aktivitas kita," jelas Bahrullah. "Niat yang lurus akan menjadi pembeda antara amal yang diterima dan amal yang ditolak oleh Allah SWT.  Kajian ini membuka wawasan kita untuk selalu memeriksa niat sebelum beramal, memastikan bahwa setiap tindakan kita didedikasikan untuk mencari ridha-Nya." 

Sementara itu, Siti Halimah, S. Pd. I., M. Pd, dalam presentasinya  mengangkat tema yang tak kalah penting, yakni pengaruh teman sebaya terhadap pendidikan karakter.  Makalahnya memaparkan bagaimana lingkungan pertemanan dapat membentuk kepribadian dan nilai-nilai seseorang.  Siti Halimah memaparkan data dan fakta empiris yang menunjukkan betapa besarnya dampak positif dan negatif dari lingkungan pertemanan terhadap perkembangan karakter seseorang, khususnya di kalangan mahasiswa.  Ia juga menyoroti pentingnya memilih teman yang baik dan berakhlak mulia sebagai bagian dari upaya membangun karakter yang kuat. 

"Lingkungan pertemanan memiliki pengaruh yang sangat besar, baik positif maupun negatif, terhadap pembentukan karakter," ungkap Siti Halimah. "Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk selektif dalam memilih teman dan senantiasa menjaga diri dari pengaruh-pengaruh buruk yang dapat merusak akhlak dan moral." 

Sesi tanya jawab yang dipandu oleh Prof. Srisuyanta menjadi puncak dari kuliah tersebut.  Para peserta aktif mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis dan mendalam. Ahlul Fikri, S. Pd. I., M. Pd, misalnya, menanyakan inspirasi bekerja berbasis niat yang tulus.  Ia ingin mendalami bagaimana seorang individu dapat mempertahankan motivasi dan semangat dalam bekerja ketika menghadapi tantangan dan hambatan, dengan selalu berlandaskan niat yang tulus untuk beribadah kepada Allah SWT. 

Diana, S. Pd. I., M. Pd, menanyakan bagaimana seseorang yang awalnya memiliki perilaku buruk dapat berubah menjadi lebih baik.  Pertanyaan ini mengundang diskusi yang menarik tentang proses hijrah dan perubahan diri, yang  menunjukkan betapa pentingnya  peran keimanan dan ketaatan kepada Allah dalam proses perbaikan diri. 

Syarifah Musanna, S. Pd. I., MA,  mengajukan pertanyaan yang menarik perhatian banyak peserta.  Ia menceritakan pengalamannya mengerjakan kebaikan tetapi lupa diniatkan untuk Allah SWT.  Pertanyaan ini menunjukan betapa pentingnya menumbuhkan kesadaran dan kehati-hatian dalam beramal. 

Prof. Srisuyanta dengan sabar dan bijaksana menjawab setiap pertanyaan, memberikan penjelasan yang lugas dan inspiratif berdasarkan  dalil-dalil Al-Quran dan Hadits.  Ia juga memberikan perspektif yang komprehensif, yang tidak hanya berfokus pada aspek teologis, tetapi juga psikologis dan sosiologis. 

Salah seorang peserta, Ridwan, S. Pd. I., MA., M. Pd, mengungkapkan kekagumannya terhadap kuliah tersebut.  "Kajian Hadits dan Tafsir Tarbawi ini sangat eklusif," ujarnya. "Penajaman analisis hadits dan tafsirnya sangat inspiratif dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya niat dan pengaruh lingkungan dalam membentuk karakter." 

Kuliah Hadits dan Tafsir Tarbawi bersama Prof. Srisuyanta di UIN Ar-Raniry Banda Aceh bukan sekadar kuliah biasa, melainkan sebuah proses pembelajaran yang mendalam dan inspiratif.  Ia berhasil  mengajak peserta untuk merenung dan  memperbaiki diri, sehingga kuliah tersebut menjadi  momentum untuk meningkatkan kualitas keimanan dan akhlak.  Semoga kuliah-kuliah seperti ini dapat terus terlaksana dan memberikan manfaat yang besar bagi para mahasiswa dan masyarakat luas. 

Jumat, 23 Mei 2025

Inspirasi Pendidikan Inklusif Picu Gelombang Inovasi di Banda Aceh: Praktisi Pendidikan Tergerak Peduli dan Beraksi

Banda Aceh, Aceh –  Suasana hangat dan penuh semangat mewarnai kuliah Pendidikan Inklusif yang diadakan di ruang sidang pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh (23-05-2025). Kuliah yang dipandu Ibu Dosen alumni eropa Dr. Nashriah, MA Aktifis Perempuan sebagai pembicara utama ini tak hanya sekadar ceramah, melainkan  sebuah  pertemuan  yang  menggerakkan  para  praktisi  pendidikan  untuk  terus  berkarya  dan  berinovasi  dalam  mendukung  pendidikan  inklusif.  Fokus  utama  kuliah  ini  adalah  kompetensi  guru  di  kelas  inklusif,  khususnya  di  TK  Harsya  Ceria  Banda  Aceh,  yang  dimoderatori  oleh  Fetti  Eliani, S.Pd.I., M.Pd, Kepala SDN Lamreung Aceh Besar.  

Lebih dari sekadar teori, kuliah ini menghadirkan  dialog  intensif  antara  Dr.  Nashriah  dan  para  peserta  yang  terdiri  dari  guru,  kepala  sekolah,  dan  praktisi  pendidikan  lainnya.  Diskusi  yang  menarik  bermunculan,  menyingkap  tantangan  dan  peluang  dalam  menciptakan  lingkungan  belajar  yang  truly  inklusif. 

Salah satu sesi yang paling menarik adalah sesi tanya jawab.  Magfirah, S.Pd.I., MA, mengajukan pertanyaan krusial tentang motivasi guru dalam mengajar dengan sepenuh hati.  "Bagaimana cara kita memotivasi guru agar mereka tidak hanya mengajar, tetapi juga menanamkan nilai-nilai humanis dan empati dalam proses pembelajaran inklusif?" tanyanya.  Pertanyaan ini langsung direspon oleh Dr. Nashriah dengan menekankan pentingnya pengakuan atas dedikasi guru, pengembangan profesional berkelanjutan, serta menciptakan budaya sekolah yang saling mendukung. 

Diana, S.Pd.I., M.Pd,  mengajukan  pertanyaan  tentang  teknik  membimbing  siswa  inklusi.  Ia  mengungkapkan  tantangan  dalam  menangani  perbedaan  kebutuhan  belajar  siswa,  khususnya  dalam  konteks  pendidikan  anak  usia  dini.  Dr. Nashriah  menjawab  dengan  menawarkan  strategi  pembelajaran  diferensiasi  dan  pendekatan  individualisasi,  menekankan  pentingnya  mengenal  kekuatan  dan  kelemahan  masing-masing  siswa  untuk  mengembangkan  program  pembelajaran  yang  sesuai. 

Syarifah Musanna, S.Pd.I., MA,  mencari  teknik  kunci  dalam  membuat  asesmen  yang  berkeadilan  bagi  siswa  inklusi.  Ia  mengungkapkan  kesulitan  dalam  menilai  kemajuan  siswa  dengan  berbagai  kebutuhan  khusus.  Dr. Nashriah  menjawab  dengan  menekankan  pentingnya  menggunakan  berbagai  metode  penilaian  yang  beragam  dan  menyesuaikan  instrumen  penilaian  dengan  kemampuan  siswa.  Ia  menyarankan  penilaian  yang  berfokus  pada  proses  dan  hasil  belajar,  bukan  hanya  pada  angka  nilai. 

Setelah sesi tanya jawab yang inspiratif, kuliah dilanjutkan dengan presentasi tentang Kompetensi Manajemen Kepala Sekolah TK Harsya Ceria.  Kepala sekolah memaparkan hasil observasi  dengan  cara  yang  unik  dan  menarik:  melalui  pantun.  Presentasi  yang  kreatif  ini  menuai  apresiasi  dari  para  peserta. 

Sesi tanya jawab berikutnya  mengarahkan  perhatian  pada  pengalaman  lapangan.  Ahlul Fikri, S.Pd.I., M.Pd,  mengungkapkan  inspirasi  yang  diperolehnya  selama  observasi  di  lapangan,  menekankan  pentingnya  kepekaan  dan  kesabaran  dalam  mendampingi  siswa  inklusi.  Bahrullah, S.Pd.I., MA,  menambahkan  pandangannya,  memperdalam  inspirasi  untuk  menggerakkan  guru  mengajar  dengan  hati  dan  kepedulian. 

yang paling menarik presentasi Nazaruddin, S. Pd. I., MA memukau para hadirin dalam sebuah presentasi yang unik dan inovatif.  Bukan dengan grafik dan data rumit, Nazaruddin memaparkan hasil observasinya tentang kompetensi manajemen Kepala Sekolah TK Harsya Ceria  melalui rangkaian pantun yang memikat.  Presentasi tersebut menjadi bagian dari kuliah umum Pendidikan Inklusif yang dihadiri oleh guru, kepala sekolah, dan praktisi pendidikan lainnya di Banda Aceh. 

Presentasi Nazaruddin yang bertajuk "Kompetensi Manajemen Kepala Sekolah TK Harsya Ceria: Sebuah Refleksi Melalui Pantun"  menarik perhatian karena pendekatannya yang tidak biasa.  Ia mampu mengubah data observasi yang kompleks menjadi untaian pantun yang lugas, mudah dipahami, dan tetap informatif.  Alih-alih membacakan data mentah, Nazaruddin menyusun pantun yang merefleksikan berbagai aspek kompetensi manajemen kepala sekolah, mulai dari kepemimpinan, pengelolaan sumber daya, hingga perencanaan dan evaluasi program. 

Para hadirin tampak terpukau dengan presentasi yang kreatif dan inspiratif ini.  Banyak yang memuji kemampuan Nazaruddin dalam menyajikan informasi kompleks dengan cara yang sederhana, menarik, dan mudah diingat.  Pendekatannya dinilai mampu menjembatani kesenjangan antara data akademis dengan pemahaman praktis di lapangan. 

“Presentasi Nazaruddin sangat unik dan inspiratif.  Ia berhasil mengubah data observasi menjadi sebuah karya seni sastra yang informatif dan menghibur,” ujar Fetti Eliani, S.Pd.I., M.Pd, Kepala SDN Lamreung Aceh Besar yang memandu kuliah umum tersebut. 

Selain presentasi pantun, Nazaruddin juga memaparkan temuan observasinya secara detail. Ia menjelaskan bagaimana kepala sekolah TK Harsya Ceria mampu membangun lingkungan sekolah yang inklusif,  mendukung guru dalam mengembangkan kompetensi pedagogiknya, dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi semua siswa.  Hasil observasi Nazaruddin menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah di TK Harsya Ceria  telah  memberikan  dampak  positif  terhadap  kualitas  pendidikan  di  sekolah tersebut.  Presentasi ini  akhirnya  mendapatkan apresiasi tinggi dari para peserta kuliah umum.  Keberhasilannya  menunjukkan  bahwa  inovasi  dan  kreativitas  dapat  digunakan  untuk  menyampaikan  informasi  akademik  dengan  cara  yang  lebih  menarik  dan  mudah  dipahami.

Salah seorang peserta, Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd,  mengungkapkan  kesannya  dengan  kata-kata  yang  mendalam:  "Saya  terinspirasi  dengan  penajaman  kepekaan  mahasiswa  S3  selaku  praktisi  pendidikan  untuk  lebih  peka  dan  peduli  terhadap  inklusivitas,  bukan  eksklusivitas.  Kuliah  ini  membuka  mata  saya  tentang  pentingnya  berinovasi  dan  terus  belajar  untuk  memberikan  yang  terbaik  bagi  siswa  inklusi." 

Kuliah ini berhasil menciptakan ruang dialog yang produktif,  menghasilkan  komitmen  nyata  dari  para  praktisi  pendidikan  untuk  terus  berinovasi  dan  berkarya  dalam  mewujudkan  pendidikan  inklusif  di  Aceh.  Kehadiran  Dr. Nashriah MA  telah  menginspirasi  banyak  guru  untuk  terus  berjuang  memberikan  pendidikan  yang  berkualitas  dan  berkeadilan  bagi  semua  anak,  terlepas  dari  kebutuhan  khusus  yang  mereka  miliki.  Semoga  gelombang  inovasi  ini  terus  berlanjut  dan  menginspirasi  lebih  banyak  praktisi  pendidikan  lainnya  di  seluruh  Indonesia. 

Sabtu, 17 Mei 2025

Menggali Khazanah Lokal, Membangun Pendidikan Masa Depan Picu Gelombang Inspirasi Evaluasi dan Statistik Pendidikan Membuka Cakrawala Inovasi Pendidikan Aceh Kelas Praktisi AGPAI S3 UIN Ar-Raniry Unjuk Ekspresi Realisai

Banda Aceh, Aceh – Suasana kampus Pascasarjana UIN Ar-Raniry bergema dengan semangat diskusi yang membara.  Bukan kuliah biasa, ini adalah ruang lahirnya inspirasi, di mana para guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Aceh sedang menggali potensi evaluasi dan statistik pendidikan untuk menjawab tantangan zaman (17-05-2025). Kuliah khusus  “Urgensi Variabel dan Berbagai Jenisnya dalam Penelitian”, bagian dari program S3 AGPAI (Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam) Provinsi Aceh,  dipimpin oleh dua pakar terkemuka, Prof. Jamaluddin dan Dr. Duskri, M. Kes. Kolaborasi inspiratif antara Pascasarjana UIN Ar-Raniry dan AGPAI ini telah menciptakan pertemuan yang tak sekadar mentransfer ilmu, tetapi juga membangkitkan semangat kreasi dan inovasi di dunia pendidikan Aceh. 

Suasana  akademis yang  bergairah  diawali  dengan  presentasi  draf  artikel  dari  Diana, S. Pd. I., M. Pd, Kepala SD 61 Banda Aceh. Dimulai dengan pantun dan ditutup dengan pantu, dengan  kepiawaian  menyampaikan  materi, Diana  mampu  membawa  para  peserta  menjelajahi  dunia  variabel  penelitian.  Ia  menjelaskan  dengan  detail  konsep  variabel  bebas,  variabel  terikat,  dan  interaksi  kompleks  antar  variabel  dalam  penelitian  yang  komprehensif.  Antusiasme  peserta,  yang  sebagian  besar  merupakan  guru  berpengalaman  di  Aceh,  sangat  terlihat.  Mereka  tampak  haus  akan  pengetahuan  metodologi  penelitian  mutakhir  yang  relevan  dengan  kebutuhan  pendidikan  di  Aceh. 

Kuliah  ini  jauh  dari  sekedar  teori  belaka.  Diskusi  yang  dinamis  dan  interaktif  menjadikan  pertemuan  ini  semakin  bermakna.  Pertanyaan-pertanyaan  kritis  bermunculan  dari  berbagai  sudut  pandang. Ahlul Fikri, S. Pd. I., M. Pd,  mengajukan  pertanyaan  mendalam  tentang  pentingnya  variabel  bebas  dan  terikat,  serta  bagaimana  hubungan  antar  variabel  dalam  penelitian  dapat  mempengaruhi  validitas  dan  reliabilitas  hasil  penelitian. Pertanyaan ini  menunjukkan  kepekaan  peserta  akan  pentingnya  metodologi  penelitian  yang  kuat  untuk  menghasilkan  temuan  yang  berkualitas. Dr. Duskri  dengan  teliti  dan  jelas  menjawab  pertanyaan  tersebut,  memberikan  penjelasan  yang  terstruktur  dan  mudah  dipahami. 

Berikutnya peserta kuliah Hayail Umroh, S. Pi., M. Pi, Dosen Unmuha dan Kepala PAUD UIN Ar-Raniry,  menambah  dinamika  diskusi  dengan  pertanyaan  mengenai  penggunaan  metode  mixed methods.  Pertanyaan  ini  menunjukkan  kesadaran  peserta  akan  keunggulan  penggunaan  berbagai  pendekatan  metodologi  untuk  mendapatkan  gambaran  yang  lebih  holistik  dan  komprehensif.  Diskusi  yang  terjadi  membuka  wawasan  baru  tentang  bagaimana  mengintegrasikan  metode  kualitatif  dan  kuantitatif  untuk  memperkaya  penelitian. Selanjutnya momen  yang  paling  menginspirasi  datang  dari  Nazaruddin, S. Pd. I., MA.  Dengan  sambil  mengucapkan  pantun  yang  memcah suasana hening,  ia  mengajukan  pertanyaan  yang  mendalam  tentang  perbedaan  jenis-jenis  variabel  dan  urgensi masing-masing  dalam  penelitian.  


Diskusi semakin memukau terjadi  saat  Ridwan, S. Pd. I., MA., M.Pd, Kepala SMPS Darun Nizham Aceh Jaya,  berbagi  pengalaman  dan  pertanyaan  yang  mendalam.  Dengan  mata  yang  berkaca-kaca,  ia  mengungkapkan  rasa  harunya  terhadap  diskusi  yang  sangat  mencerahkan  dan  menginspirasi.  Ia  merasa  mendapatkan  pencerahan  yang  berharga  untuk  mengembangkan  kreativitas  dan  inovasi  dalam  dunia  pendidikan. 

Ridwan  kemudian  mengajukan  pertanyaan  yang  sangat  relevan,  menunjukkan  keseriusannya  dalam  mengembangkan  penelitian  yang  berkualitas.  Ia  meminta  pencerahan  tentang  cara  mengklaim  novelty  dalam  penelitian  kualitatif.  Ia  tidak  hanya  berhenti  di  situ,  ia  juga  meminta  "peunutoh" (dalam  bahasa  Aceh)  kata  kunci  yang  tepat  untuk  berbagai  jenis  penelitian:  Penelitian  Tindakan  Kelas  (PTK)  dengan  kata  kunci  "Upaya  Peningkatan,"  penelitian  eksperimen  dengan  "Pengaruh,"  penelitian  dan  pengembangan  (R&D)  dengan  "Pengembangan,"  dan  penelitian  etnografi. 

Seiring derasnya diskusi mengalir,  pertanyaan  Ridwan  yang  paling  menarik  mengenai  penelitian  yang  dilakukannya  berkaitan  dengan  tradisi  lokal  Aceh.  Ia  mengatakan  sedang  mempertimbangkan penelitian  titipan  dari  keluarga  Kerajaan  Teunom  tentang  "Meurumok  Raja  Teunom,"  sebuah  tradisi  kenduri  raja  yang  telah  berkembang  menjadi  kegiatan  gotong  royong  masyarakat  dalam  membuat  bubur  rempah.  Ridwan  ingin  mengetahui  bagaimana  ia  dapat  mengungkap  novelty  dalam  penelitian  ini,  bagaimana  ia  dapat  menemukan  aspek  yang  unik  dan  berharga,  dan  bagaimana  penelitian  ini  dapat  dikembangkan  menjadi  disertasi,  artikel  jurnal,  dan  buku  untuk  melestarikan  adat  istiadat  dan  kearifan  lokal  Aceh  sebagai  perekat  sosial  di  era  milenial.  Ia  ingin  penelitiannya  tidak  hanya  sekadar  penelitian,  namun  juga  warisan  berharga  bagi  generasi  mendatang. 

Pertanyaan  Ridwan  menunjukkan  keinginan  kuat  untuk  menemukan  novelty  dalam  penelitiannya  agar  dapat  memberikan  kontribusi  yang  berharga  bagi  dunia  pendidikan.  Dr. Duskri  memberikan  penjelasan  yang  mendalam  dan  tips  untuk  menemukan  novelty,  membuka  cakrawala  baru  bagi  para  peserta  untuk  berkreasi  dan  berinovasi. Mereka menekankan pentingnya memahami konteks lokal dan mengungkap aspek-aspek unik yang dapat diangkat menjadi kontribusi bagi perkembangan pendidikan nasional. 

Kuliah  yang  berlangsung  dengan  semangat  ini  diakhiri  dengan  foto  bersama  menggunakan  seragam  AGPAI.  Momen  ini  menunjukkan  solidaritas  dan  kebersamaan  para  peserta  dalam  upaya  mengembangkan  kualitas  pendidikan  di  Aceh.  Kuliah  ini  bukan  hanya  sekedar  transfer  ilmu,  tetapi  juga  menjadi  inspirasi  bagi  para  peserta  untuk  terus  berkarya  dan  berinovasi  dalam  dunia  pendidikan.  Melalui  kegiatan  seperti  ini,  diharapkan  akan  tercipta  generasi  pendidik  yang  mampu  mengembangkan  pendidikan  di  Aceh  menjadi  lebih  berkualitas  dan  kompetitif  di  masa  depan. 

Semangat  dan  dedikasi  para  peserta,  dengan  penelitiannya  yang  mengungkap  kearifan  lokal,  menjadi  bukti  bahwa  transformasi  pendidikan  di  Aceh  sedang  berjalan  dengan  pesat  dan  penuh  harapan.  Kolaborasi  antara  perguruan  tinggi  dan  asosiasi  guru  seperti  ini  harus  terus  dikembangkan  untuk  mendorong  kreasi  dan  inovasi  di  dunia  pendidikan  Indonesia.  Kuliah  ini  bukan  hanya  sekedar  kuliah,  tetapi  sebuah  perjalanan  inspiratif  menuju  pendidikan  Aceh  yang  lebih  berkualitas  dan  berkeadilan. 

Jumat, 09 Mei 2025

Merajut Pendidikan Inklusif Aceh: Asa Kreasi, Inovasi dan Kolaborasi Satuan Pendidikan Ramah Anak Inklusi

Banda Aceh, Aceh –  Gedung Pascasarjana UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, bergema bakar semangat Peduli Pendidikan Inklusi Bersama PPIB (09-05-2025). Bukan sekadar teori yang bertebaran, tetapi cahaya harapan menyala terang dalam Kuliah Pendidikan Inklusif program S3.  Di bawah bimbingan Prof. Dr. Eka Srimulyani, Dosen ahli berdedikasi pada pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, kuliah ini tak sekadar menyampaikan ilmu, melainkan menumbuhkan tanggung jawab bersama untuk pendidikan inklusif di Aceh. 

Kuliah ini bukan sekadar ceramah.  Sebuah dialog, pertukaran gagasan yang kaya, menghubungkan teori akademik dengan realita lapangan.  Dr. Nurshiah, MA.,  ahli pendidikan inklusif yang juga aktivis perempuan,  menambahkan dimensi penting pada kuliah ini:  proporsionalitas dalam penulisan ilmiah.  “Tulisan ilmiah harus seimbang,” tegasnya.  “Dari pendahuluan hingga kesimpulan, setiap bagian harus terukur dan fokus pada kebaruan yang ditawarkan.  Kita perlu menelaah tinjauan pustaka secara kritis,  mengetahui apa yang sudah ditulis orang lain, dan dari sisi mana kita bisa menyumbangkan perspektif baru.” Pesan ini bukan hanya untuk para mahasiswa, tetapi juga sebuah pengingat bagi semua peneliti untuk menjaga integritas dan kualitas riset. 

Kuliah ini diramaikan oleh tiga presentasi yang menggugah hati,  berbasis riset mendalam di Sekolah Inklusi Harsya Ceria Banda Aceh,  merupakan bukti nyata komitmen untuk mengikis kesenjangan pendidikan.  Tiga praktisi pendidikan berbagi pengalaman berharga mereka,  menunjukkan bahwa pendidikan inklusif bukan sekadar mimpi, melainkan realita yang dapat diraih. 

Presentasi pertama, oleh Ahlul Fikri, S.Pd.I., M.Pd., Menunjukkan strategi pengelolaan kelas PAUD Harsya Ceria Banda Aceh yang inovatif.  Ia membongkar selubung mitos seputar pendidikan inklusif,  mengungkapkan detail praktis  — modifikasi ruang kelas, penyesuaian materi ajar, peran guru pendamping —  yang mampu menciptakan lingkungan belajar nyaman dan efektif bagi semua anak, termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK).  Ahlul Fikri tak hanya berbagi metode, tetapi juga berbagi rasa dengan detil yang besar maknanya:  bagaimana sebuah  sentuhan sederhana dapat membuat perbedaan besar dalam hidup seorang anak.  Presentasinya  merupakan  artikel  yang siap  untuk  dipublikasikan  di  jurnal  pendidikan. 

Diana, S.Pd.I., M.Pd., Mengkaji sisi Sekolah Islam SD Karakter Harsya Ceria Banda Aceh,  menawarkan perspektif yang seringkali terabaikan:  pendidikan karakter dalam konteks inklusi.  Presentasinya menekankan pentingnya membangun karakter siswa yang inklusif,  menumbuhkan empati, dan penerimaan terhadap perbedaan.  Ia menunjukkan bagaimana nilai-nilai keagamaan dan pendidikan karakter dapat menciptakan lingkungan sekolah yang toleran dan menghargai keunikan setiap individu.  Diana  mengarahkan  kita  untuk  melihat  pendidikan  inklusif  sebagai  proses  holistik,  yang  tak  hanya  memperhatikan  aspek  akademis,  tetapi  juga  pembentukan  karakter  yang  utuh.  Penelitian  mendalamnya  tentang  pendidikan  karakter  di  sekolah  inklusif  juga  menjadi  bahan  diskusi  yang  sangat  berharga. 

Syarifah Musanna, S.Pd.I., MA, Mengkaji sisi TK Harsya Banda Aceh,  menambahkan  suara  penting  lain:  pendidikan  inklusif  sejak  usia  dini.  Presentasinya  menunjukkan  bahwa  fondasi  inklusi  harus  ditegakkan  sejak  awal  perkembangan  anak.  Ia  mengungkapkan  tantangan  dan  strategi  dalam  menangani  ABK  di  TK,  serta  bagaimana  menciptakan  lingkungan  belajar  yang  mendukung  perkembangan  holistik  setiap  anak.  Syarifah Musanna  mengajak  kita  untuk  memperluas  pandangan tentang  pendidikan  inklusif,  menempatkan  anak  sebagai  pusat  perhatian,  dan  melihat  potensi  yang  dimiliki  oleh  setiap  anak  tanpa  pandang  beda. 

Ketiga presentasi ini  bukan sekadar berbagi pengalaman, melainkan  menyatukan  cita-cita  yang  sama:  mewujudkan  pendidikan  inklusif  di  Aceh.  Mereka  menunjukkan  bahwa  pendidikan  inklusif  bukan  utopia,  tetapi  kenyataan  yang  dapat  diwujudkan  dengan  komitmen,  inovasi,  dan  kolaborasi.  Mereka  jujur  mengungkapkan  kendala  yang  dihadapi,  seperti  keterbatasan  sumber  daya  dan  kurangnya  pelatihan  guru,  menunjukkan  bahwa  jalan  menuju  inklusi  masih  panjang  dan  memerlukan  dukungan  dari  semua  pihak. 

Salah seorang peserta kuliah, Ridwan, S.Pd.I., MA., M.Pd.,  mengungkapkan  inspirasi  yang  mendalam.  Sebagai  kepala  sekolah,  ia  mengatakan,  kuliah  ini  menggugahnya  untuk  lebih  peduli  dan  memberikan  pelayanan  pendidikan  yang  lebih  berkualitas  bagi  peserta  didik  dengan  berbagai  kebutuhan  dan  kemampuan.  Kesaksian Ridwan  merupakan  bukti  nyata  bahwa  kuliah  ini  bukan  hanya  sebuah  acara  akademik,  tetapi  sebuah  gerakan  yang  menginspirasi  dan  menggerakkan  hati. 

Siti Halimah, S.Pd.I., M.Pd mempertanyakan dan menguatkan kehadiran pendidikan dengan hati "qalbun salim" mempertajam kolaborasi praktisi pendidikan dalam kuliah ini  menunjukkan  komitmen  yang  kuat  terhadap  pendidikan  inklusif  di  Aceh.  Konsep  bersama-sama  menunjukkan  bahwa  pendidikan  inklusif  bukan  hanya  tanggung  jawab  pemerintah  atau  lembaga  pendidikan,  tetapi  tanggung  jawab  bersama.  Kuliah  ini  adalah  jembatan  yang  menghubungkan  teori  dan  praktik,  akademisi  dan  praktisi,  untuk  bersama-sama  membangun  pendidikan  Aceh  yang  lebih  adil,  berkeadilan,  dan  memberikan  kesempatan  yang  sama  bagi  semua  anak,  tanpa  terkecuali.  Semoga  semangat  yang  tercipta  di  kuliah  ini  terus  menyala,  menyulam  harapan  untuk  masa  depan  pendidikan  Aceh  yang  lebih  inklusif.