Total Tayangan Halaman

Rabu, 09 Desember 2015

Psikologi Pendidikan BahanJadi REVISI oke siap print Ridwan, MA

BAB I
PENDAHULUAN

Individuasi dan pengembangan sangat dipengaruhi oleh keluarga, sekolah, dan teman-teman, mereka semua adalah kekuatan yang dirancang untuk membantu anak menyesuaikan diri dengan aturan dan peraturan yang mendorong mereka untuk mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain dan berfungsi lancar di masyarakat, individuasi mengacu pada proses-proses yang menginspirasi anak-anak untuk menjadi yang terbaik yang mereka bisa menjadi. untuk membantu Anda memahami fenomena ini, kita akan menelusuri perkembangan identitas diri dan harga diri sebagai axamples individuasi.
Rata-rata binatang beberapa saat setelah lahir sudah bisa mandiri, seekor bayi sapi yang kira-kira 4 jam setelah lahir sudah berusaha berdiri dan lari dengan induknya. Bayi reptil begitu menetas sudah bisa berenang dan berlari-lari. Semua bayi ini, biarpun sudah bisa lari tetapi mereka tetap bermain-main. Masa bermain ini merupakan masa mereka berlatih, menguatkan tulang dan belajar keahlian yang mereka butuhkan untuk masa dewasa mereka kelak ketika mereka harus mandiri.
Dalam makalah ini penulis mebahas fase, cirri pertumbuhan dan perkembangan individu dalam tiga bagian, bagian pertama  pendahuluan, bagian kedua konsep pertumbuhan dan perkembangan manusia menurut para ahli yang penulis angkat dari buku "Educational Psychology: Effectifve Teaching, Effective Learning" karangan Stephen N. Elliott


BAB II
PEMBAHASAN
A.  The Emerging Self
Bayangkan untuk yuo're sejenak melihat ke dalam cermin. apa yang Anda lihat? jangan tertawa, Anda melihat Anda. tapi apa sebenarnya yang Anda lihat? saat Anda melihat di cermin, Anda melihat Anda sendiri, tentu saja. tetapi ada dua sisi ini visi diri. yang pertama disebut sebagai diri "Saya", bagian dari Anda yang melakukan sebenarnya mencari. bagian kedua dari apa yang Anda lihat adalah "aku" diri, yaitu, "saya" adalah orang yang dilihat (Harter, 1993).
Kita memiliki psikolog besar Amerika, William James, untuk berterima kasih untuk ini pembagian diri menjadi dua bagian yang berbeda. James percaya bahwa "I" bagian dari diri adalah pemerhati yang berpikir, membuat penilaian, mengakui itu terpisah dari segala sesuatu yang dilihatnya, dan mengendalikan dunia sekitarnya. "saya" di sisi lain, adalah obyek dari semua "Saya sudah" berpikir, menilai, dan sebagainya. berpikir tentang "aku" sebagai citra diri Anda, yang membantu Anda untuk memahami bagaimana "I" mengembangkan perasaan harga diri, Sebagai hasil dari "I" mengevaluasi "aku itu" kegiatan, diri ini dinilai baik atau buruk, kompeten atau tidak kompeten, ahli atau meraba-raba. sebagai nother besar
psikolog Amerika, Jerry Seinfeld, pernah berkata, "Aku tidak bisa menikah dia terlalu banyak seperti diriku, Aku benci diriku sendiri.
ketika saya dan saya adalah kita sebagai contoh praktis tentang hubungan antara saya dan saya, pertimbangkan kasus kasus Julia Ming Gale. Lahir di Taiwan tua Cina, yang diadopsi oleh orang tua Amerika, produk dari didikan anerican, Julia Ming Gale dari sepuluh penampilan di cermin dan bertanya pada dirinya sendiri, "who am P dalam benaknya ia melihat seorang wanita muda dengan rambut merah keriting, hijau yg setuju , dan bintik-bintik, sebuah emage yang menyebabkan kesedihan yang cukup nya Diadopsi oleh orang tua dengan dua anak mereka sendiri, para Gales telah tinggal di Taiwan selama tiga tahun, mempelajari bahasa Cina,. punya teman banyak Cina, dan terus item Cina di rumah mereka di Amerika -buku, gulungan, dan mebel. 
Tapi dunia ming adalah Kaukasia dan dia tidak bisa mengingat saat ia tidak merasa Kaukasia, meskipun setiap kali ia melihat ke cermin dia menghadapi suatu realitas yang tak terhindarkan, wajah balas menatapnya adalah Cina. Pengingat periodik keturunan Tionghoa itu mengganggunya. Setelah mencuci piring. Adiknya datang dengan seorang teman. Menceritakan temannya dia maind dan tidak berbicara bahasa Inggris, kakaknya sedang bercanda, tapi ming masih ingat sakit bingung, ia mulai berfantasi bahwa ibu kandungnya adalah beberapa wanita Asia yang terkenal. 
Namun demikian, batin nya tidak mau akan ada lebih Cina daripada dia harus b ... dan dia menolak setiap upaya orangtuanya dibuat untuk mendorong berkembangnya akar Cina-nya. Dia hanya ingin diperlakukan sebagai satu Kaukasia. Pada saat dia 12, sh ... mengetahui bahwa ia telah lahir di Taiwan, bukan di Cina, yang hanya meningkatkan rasa nya cu ... rootlessness tanian. Dia terganggu bahwa dia tidak bisa mengklaim budaya ia dibesarkan masuk dia bahkan mencoba memaksa dirinya untuk "go Cina," tetapi tidak berhasil. Ingin menjadi Kaukasia, dia tidak bisa menjembatani kesenjangan antara budaya. 
Sebagai orang tuanya secara bertahap menyadari apa yang sedang dialaminya, mereka mencoba untuk membantu dia mengatasi konflik nya. Ming, pada usia 24 tahun, telah perlahan-lahan mulai mengeksplorasi latar belakang Cina nya melalui pelajaran bahasa, kursus dalam sejarah Cina, dan bacaan yang sho ... minatnya di China dan adopsi. Karir dia telah memilih mencerminkan kembali tanah sendiri, membantu diadopsi Cina menemukan identitas mereka. Untuk membantu mereka hidup dengan du ... ality yang menyebabkan rasa sakitnya begitu banyak.
Dalam kasus ini dua ming diri ada dalam konflik dan dia menghabiskan lebih dari dua dekade berusaha untuk mendamaikan perbedaan antara mereka. Seorang novelis tidak bisa menciptakan axample yang lebih baik menggambarkan bagaimana mengetahui siapa Anda bentuk perkembangan anak, perabotan ketenangan dan jaminan untuk melakukan tantangan yang mereka mungkin bijak lain shun. Terlalu sering anak merasa konflik antara diri mereka inginkan dan apa yang mereka benar-benar melihat sendiri dua versi yang berbeda dari diri yang sama, ketika "I" dan "Me" adalah "kita".

B.  The development of self (pengembangan diri)
Bagaimana siswa Anda membangun rasa diri, ini rasa siapa mereka dan apa yang membuat mereka berbeda dari orang lain? Dalam sebuah studi terkenal dan dan cerdik dari pengembangan diri psikolog Michael Lewis dan Jean Brooks-Gunn (1979) merancang strategi yang berbeda untuk mengungkap bagaimana anak-anak menemukan mereka berbeda dari lingkungan mereka. 
- Bekerja dengan bayi antara 5 dan 8 bulan, para peneliti menempatkan mereka di depan cermin. Anak-anak memandang dirinya tajam, tersenyum pada gambar mereka dan bahkan melambai cermin, tetapi tidak memberikan indikasi bahwa mereka tahu mereka melihat diri mereka sendiri. 
- Selanjutnya, bayi antara 9 dan 12 bulan mengulurkan tangan untuk cermin untuk menyentuh tubuh mereka dan berbalik ke arah orang lain atau benda tercermin dalam cermin.
- Para peneliti kemudian dioleskan rouge merah pada hidung bayi antara 15 dan 18 bulan. Ketika mereka melihat diri mereka di cermin, mereka menunjuk hidung mereka (di wajah mereka sendiri, bukan di cermin) dan mencoba untuk menggosok off rouge. 
- Akhirnya, antara 21 dan 24 bulan, bayi menggunakan nama dan kata ganti orang benar diterapkan. Ketika ditempatkan ekor yang lain yang sama-seks bayi di depan cermin, mereka secara akurat mengidentifikasi diri mereka sendiri.
Kita aman dengan mengatakan itu, bahwa anak-anak biasanya akan memperoleh sanse diri dengan usia 18 bulan. Setelah bayi mengambil langkah awal di jalan menuju pengembangan diri dan pemahaman, pusat fase berikutnya pada tahun-tahun anak usia dini. Tumbuh-bahkan anak-anak menakjubkan-kemampuan untuk memahami hal-hal yang memberi mereka wawasan selalu memperdalam ke dalam diri mereka. Ketika diminta untuk menceritakan siapa dia, 4-tahun-tua itu menjawab sebagai berikut. 
Aku pergi prasekolah Saya suka bermain dengan adik saya banyak. Saya memiliki rambut cokelat gelap. Saya ingin bicara.  Berikut adalah komentar dari seorang gadis 6 tahun ketika diminta untuk menggambarkan dirinya sendiri;  Saya anak bungsu di keluarga saya. Saya senang sebagian besar waktu. Saya suka naik sepeda. Saya makan banyak dan saya suka berbagai jenis makanan. Saya memiliki mata coklat. Saya memiliki banyak bintik-bintik. Saya suka hampir semua orang dan saya memiliki banyak teman. Kadang-kadang saya mendapatkan sedikit takut. Ketika aku sedikit lebih tua. Saya ingin menjadi babysitter dan saya akan melindungi orang. Ketika saya tumbuh aku akan menjadi pustakawan.
Reaksinya cukup canggih untuk 6 tahun. Perhatikan ide-ide yang lebih abstrak kebahagiaan, persahabatan, dan melindungi orang lain, konsep yang biasanya muncul pada usia selanjutnya. Sebagian besar anak-anak seusianya fokus pada warna fisik-rambut mata, dan sebagainya-atau benda nyata seperti makanan, mainan, bahkan bintik-bintik. Sebagai anak-anak tumbuh, diri mereka tidak litimited untuk refleksi mereka di cermin, mereka telah memperoleh bahasa dan dapat memberi tahu kami apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri. Perhatikan bagaimana anak-anak berubah dari mengidentifikasi diri dengan karakteristik fisik (rambut atau warna mata) dengan karakteristik yang lebih sosial dan emosional (perasaan baik atau buruk tentang diri mereka sendiri). Ketika mereka mendapatkan lebih tua, mereka biasanya mulai membandingkan diri dengan orang lain. Berikut adalah pernyataan dari seorang gadis 9 tahun ketika ia menggambarkan dirinya: 
Aku akan menjadi hippie untuk hallouween. Saya pandai sepatu roda. Saya suka pergi ke bioskop dan bermain basket. Saya memakai ekor kuda. Aku punya teman-teman banyak yang seperti saya karena saya teman baik. Ketika aku melalui sekolah, aku akan menjadi koki pastry. Sekarang saya punya brain drain. Kebudayaan juga memberikan kontribusi untuk pengembangan diri. Berikut adalah berbicara anak remaja Meksiko Amerika:  Ketika saya pindah ke SMP. Masalah athnicity saya menjadi masalah. Aku ingat berpikir saya akan menjadi banyak lebih populer kalau saja aku punya wajah dan tubuh bobby dan otak. Aku akan melihat ke dalam cermin dan bayangkan apa yang akan saya terlihat seperti. (Bobby mitos itu tentu saja selalu putih dan populer dengan gadis-gadis) (schoem, 1991). 
Seperti yang Anda lihat, banyak unsur berkontribusi pada kesadaran diri. Pengaruh fisik, dan psikologis semua kekuatan aktif dalam defelopment diri. Tabel 3.5 daftar beberapa faktor yang berkontribusi terhadap rasa diri.

C.  The  Changing of Self (perubahan diri)
Kita sekarang akan menunjukkan hubungan erat antara realistis harga diri siswa Anda 'dan pencapaian kompetensi mereka. Apa yang kita maksud dengan harga diri? Cara yang baik untuk memikirkan hal tersebut adalah sebagai perasaan percaya diri dan kepuasan diri dengan diri seseorang. harga diri tampaknya terdiri dari beberapa elemen yang berkontribusi terhadap rasa anak berharga: 
- Rasa keselamatan fisik. Anak-anak yang merasa aman secara fisik tidak takut dirugikan, yang membantu untuk mengembangkan perasaan percaya diri. 
- Sebuah rasa aman emosional. Anak-anak yang tidak dipermalukan atau mengalami sarkasme merasa aman secara emosional, yang diterjemahkan ke dalam keinginan untuk mempercayai orang lain.
- Rasa identitas. Anak-anak yang tahu "siapa mereka" telah mencapai tingkat diri-knowladge yang memungkinkan mereka untuk mengambil tanggung jawab atas tindakan mereka dan berhubungan baik dengan lainnya. 
- Sebuah rasa memiliki. Anak-anak yang diterima oleh orang lain merasa nyaman dalam mencari hubungan baru dan mulai mengembangkan perasaan kemandirian dan saling ketergantungan.
- Sebuah rasa kompetensi. Anak-anak yang percaya diri dalam kemampuan mereka untuk melakukan hal-hal tertentu yang bersedia untuk mencoba belajar untuk melakukan hal-hal baru dan bertahan sampai mereka mencapai penguasaan (yaungs, 1991).
Keprihatinan dengan kompetensi muncul di sekitar 7 atau 8 tahun dan menunjukkan bahwa de ... perubahan velopmental terjadi pada harga diri. Menariknya, sebelum masuk sekolah, chirdre ... berasal dari rumah mendukung tpically merasa sangat baik tentang diri mereka sendiri, sangat menjual ... penting. Ketika mereka mulai mengukur diri terhadap teman sekelas therir, bagaimanapun, conli ... dence dalam kemampuan mereka sendiri menjadi lebih realistis. Pada kelas dua, apa yang mereka tipis berpikir tentang diri mereka mendekati pendapat dari orang-orang di sekitar mereka. Dengan kata lain evaluasi anak-anak dari kemampuan mereka sesuai dengan peringkat guru, skor tes, dan vations obsert langsung (baerk, 1997b).

D.  Self-Esteem and Competence (harga diri dan kompetensi)
Waspadalah buku pop membahas harga diri, kebanyakan dari mereka memiliki saran rinci untuk memperbaiki diri anak-sesuatu (konsep diri, harga diri, self-efficacy, dll) tanpa ide yang jelas tentang apa yang mereka bicarakan. Susan Harter, pengembangan diri consept, dan harga diri, dan penelitiannya telah menjadi mercusuar cahaya dalam bidang keruh bijak lain (Harter, 1993).
Belajar anak 8 sampai 13 tahun, Harter mengidentifikasi lima jenis kompetensi yang tampaknya menjadi pusat ke tingkat anak harga diri: kompetensi skolastik, kompetensi atletik, penerimaan sosial, perilaku perilaku, dan penampilan fisik. Mencoba untuk menentukan apa yang menghasilkan rasa anak harga diri, Harter mengajukan pertanyaan dasar:
Bagaimana evaluasi anak-anak kompetensi mereka mempengaruhi tingkat harga diri mereka? Merancang kuesioner yang disadap persepsi anak-anak kompetensi mereka, para peneliti menggunakan barang-barang seperti berikut:
Beberapa anak mengalami kesulitan mencari tahu jawaban di sekolah. Tapi anak-anak lain bisa hampir selalu mencari aut jawaban. Anak-anak kemudian akan menunjukkan yang mana dari jawaban terbaik menggambarkan mereka, sehingga menciptakan profil perasaan kompetensi mereka. Hasilnya menarik. Anak-anak din't merasa mereka lakukan sama baiknya di semua lima jenis Harter kompetensi diidentifikasi.
Kebanyakan anak menunjukkan "gigi gergaji" profile, menunjukkan bahwa mereka merasa baik tentang diri mereka sendiri dalam beberapa kegiatan tapi tidak begitu baik pada orang lain. Bukan hanya itu tetapi beberapa anak yang memiliki profil terasa berbeda memiliki tingkat sangat mirip harga diri. Anak-anak lain, dengan profil serupa, memiliki tingkat yang sangat berbeda dari harga diri. Tabel 3.6 menunjukkan profil dari dua anak. (Perhatikan perbedaan dalam tingkat harga diri untuk kedua anak).
Setiap anak memiliki profil yang sama tetapi tingkat yang jauh berbeda dari harga diri. Self-esteem dipengaruhi hanya oleh hal-hal yang mereka dianggap penting (penerimaan sosial, penampilan, dll). anak pertama tidak melihat sekolah atau atletik sama pentingnya, sehingga tidak melakukan dengan baik akademis atau atletis tidak masalah. Anak lain, bagaimanapun, dihargai olahraga dan studi dan merasa tidak memadai dengan kerugian yang menyertai harga diri.
Pada tahap kedua studinya, Harter diselidiki untuk menemukan bagaimana apa yang orang lain pikirkan tentang anak-anak mempengaruhi harga diri mereka. Dia menggunakan pertanyaan serupa dengan berikut ini: Beberapa anak-anak memiliki teman sekelas yang suka orang seperti mereka. Tapi anak-anak lain memiliki teman sekelas yang tidak suka tipe orang mereka.
Hasilnya adalah sebagai Anda mungkin diantisipasi. Anak-anak yang menerima dukungan besar dari orang-orang penting di lingkungan mereka memiliki menjunjung tinggi untuk diri mereka sendiri. Mereka yang memperoleh sedikit, jika ada, dukungan dari orang lain yang signifikan mereka menunjukkan diri asteem terendah. Secara keseluruhan, temuan ini memberi Anda wawasan menembus ke bagaimana anak-anak mendapatkan rasa harga diri.
Meneliti data, Harter diusulkan pertanyaan-pertanyaan sulit tentang beberapa informasi yang dia dan rekan-rekannya menemukan, misalnya, dalam semua stadies nya ada hubungan yang kuat antara apa yang anak-anak memikirkan penampilan fisik mereka dan tingkat harga diri mereka. Bahkan, apa yang anak pikirkan penampilan mereka adalah prediktor utama dari harga diri mereka. Seperti Harter bertanya-tanya, adalah harga diri hanya sebatas kulitnya saja?
Harter meminta remaja muda di studinya apakah mereka merasa bahwa mereka pearance ditentukan harga diri mereka atau melakukan rasa layak memimpin mereka ke favora mengevaluasi penampilan mereka. Dia menemukan bahwa mereka yang percaya penampilan mereka ditentukan diri merasa buruk tentang penampilan mereka, telah menurunkan harga diri, dan adat-istiadat proyek untuk depresi.
Guru (dan orang tua siswa) harus berjalan garis tipis antara memberikan dukungan sary dan dorongan bagi siswa untuk menghadapi "pertempuran besar kehidupan" pada satu kebutuhan yang sama menjaga kaki mereka aman ditanam pada kenyataannya di sisi lain kita ingin menekankan kebutuhan untuk memuji dan mengakui prestasi yang jujur ​​anak-anak.
Tetapi jika reaksi orang dewasa adalah sebuah pulau pujian dalam lautan evaluasi netral, bahkan negatif,, akhirnya anak akan mengabaikan pujian. Anak sebaiknya tidak dikenakan salvo dari kritik, namun reaksi terhadap upaya mereka tidak bisa transparan palsu. Anda tidak bisa menipu siswa Anda, mereka memotong righ melalui palsu, terutama jika ada sesuatu yang berarti bagi mereka. Lebih baik jujur. "Anda tidak melakukannya dengan baik saat ini, tapi aku tahu jika Anda belajar (latihan, latihan, apapun kegiatan) keras, Anda akan melakukan lebih baik lain kali." Evaluasi yang jujur, ditambah dengan dukungan dan dorongan, pergi jauh menuju layak harga diri.
Ada, bagaimanapun, suatu kebalikan hal ini terlihat positif kita telah diambil pada diri. Untuk kebaikan mereka sendiri, dan kebaikan orang-orang di sekitar mereka, siswa harus mengembangkan kontrol

E.  The Salf in Self-Control (diri dalam pengendalian diri)
Untuk anak-anak untuk menjadi sukses dalam setiap usaha mereka dan menikmati hubungan yang menyenangkan dengan orang lain, mereka harus berolahraga menahan dalam memutuskan apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, apa yang harus mengatakannya. Dengan kata lain, mengendalikan dorongan mereka menjadi fitur yang semakin penting dalam kehidupan mereka.
Psikolog telah menemukan studi impulsif memikat, sebanyak berdiri di jendela dan mengintip ke kedalaman kepribadian seorang anak. Dan apa yang mereka lihat adalah tidak hanya mengungkapkan tetapi memiliki serius implikasi jangka panjang pembangunan. (Anda juga mungkin telah melihat impulsif disebut sebagai kurangnya anak kemampuan untuk menunda kepuasan atau, tentu saja, kontrol diri) Anak-anak yang reflektif sebagai lawan impulsif tampaknya ditakdirkan untuk mencapai pada tingkat yang lebih tinggi, mencapai kematangan emosi yang lebih besar, dan keuntungan cukup personal popularitas (Michel & Misehel, 1983, yuochi, Mischel, & Peake, 1993).
Apa yang kita ketahui tentang impulsif dan jalur perkembangan yang berikut? Seperti anak sungai dari sungai bergabung untuk membentuk tubuh utama aliran penelitian impulsif berkumpul di delay studi gratifikasi. Gambar pengaturan ini: anak-anak ditempatkan dalam posisi di mana mereka disajikan dengan sesuatu yang mereka nikmati-permen, mainan-dan lold jika mereka tidak makan permen atau bermain dengan mainan sampai kembali peneliti, mereka dapat memiliki dua potong permen atau mainan yang lebih besar. Peneliti kemudian meninggalkan ruangan dan mengamati anak-anak melalui satu arah cermin. Hasilnya seperti yang Anda harapkan: beberapa anak makan permen segera atau bermain dengan mainan, yang lain menolak dengan mencoba mengalihkan perhatian mereka.
Bagian yang benar-benar menakjubkan dari karya ini, bagaimanapun, adalah penelitian tindak lanjut. Anak-anak yang sama yang ditampilkan impulsif pada usia 4 tahun adalah remaja yang lebih bermasalah, mereka memiliki sedikit teman, mereka mengalami kesulitan psikologis lebih rendah, termasuk harga diri, mereka lebih mudah marah dan agresif, dan kurang mampu mengatasi frustrasi. The 4-year-olds yang menunda kepuasan mereka lebih baik bisa menangani frustrasi, lebih fokus dan tenang ketika ditantang oleh hambatan, dan lebih mandiri dan populer sebagai remaja. Perilaku dari 4-year-olds pada penundaan tes gratifikasi diprediksi sukses di sekolah baik SD dan SMP, dan bahkan ternyata menjadi prediktor kuat bagaimana mereka akan lakukan pada SAT mereka (Mischel & Mischel, 1983).
Impulsif dan kelas, Jika Anda mengajar atau berencana untuk mengajar anak-anak prasekolah, Anda dapat membantu mereka untuk mengembangkan kontrol diri dengan mendesak mereka untuk memikirkan hal-hal lain, yaitu, untuk mengalihkan perhatian mereka. Ketika mereka tumbuh sedikit lebih tua. Mungkin oleh kelas pertama, fenomena yang disebut transformasi muncul, yang anak-anak belajar untuk berpikir tentang apa yang seharusnya tidak mereka lakukan dalam hal yang berbeda. Jika mereka diperintahkan untuk tidak makan marshmallow, misalnya, mereka mungkin berpikir tentang marshmallow sebagai awan putih (sesuatu yang mereka tidak makan). Sejak saat itu, siswa melakukannya dengan baik di merancang strategi mereka sendiri karena mereka menjadi lebih kompeten dengan kognitif mereka tumbuh pada kenyataannya, anak-anak berolahraga lebih besar pengendalian diri ketika menggunakan strategi mereka sendiri dirancang daripada menggunakan yang disarankan oleh orang dewasa.
Anda dapat melihat betapa pentingnya studi impulsif adalah untuk guru di dalam ruangan, terutama untuk keputusan mereka mungkin harus membuat mahasiswa mengganggu studi mereka kelas lima anak laki-laki antisosial, walker dan Sylvester (1991) menemukan bahwa kelas tujuh dari 21 40 anak laki-laki yang paling antisosial telah ditangkap 68 kali untuk perilaku Crim. Para penulis menyarankan bahwa tiga langkah sederhana yang diambil ketika anak-anak kelas lima akan didasarkan pada masalah di kemudian:
1. Guru peringkat keterampilan sosial.
2. Playground negatif perilaku anak laki-laki dan teman-teman mereka.
3. Disiplin kontak dengan kantor kepala sekolah.
Guru harus memainkan peran penting dalam mendapatkan bantuan awal bagi siswa bermasalah saat mereka diidentifikasi dan ditempatkan di peograms di tengah-an dan remaja mereka dengan baik dalam perjalanan ke masalah serios, yang telah meningkatkan minat dalam program hood awal. Siswa-siswa ini merupakan bagian dari sistem lembaga-lembaga sosial (keluarga, masyarakat), dan program yang dirancang dengan baik dapat membantu orang tua untuk berinteraksi dengan tions dan mengamankan membutuhkan bantuan seperti perawatan kesehatan, peningkatan anak-reaning konseling praktek (Burke, 1991).

F.   Adolescent and Individuasi (remaja dan individuasi)
Bagi para guru, terutama mereka yang bekerja dengan siswa remaja, membantu mereka untuk int ... perubahan fisik, seksual, dan kognitif remaja dan fokus pada jelas mendefinisikan menjadi tugas penting, salah satu yang sukses pencapaian membantu siswa untuk pengendalian pembangunan dan untuk memperoleh perasaan sehat identitas. Guru pucat peran kunci dalam p ... ini karena kontak sehari-hari mereka dengan siswa. Bahkan, guru bisa menjadi yang pertama untuk ol .... Perubahan perilaku seperti perubahan suasana hati, ledakan kemarahan, penurunan sekolah mencapai pembolosan, perasaan kelelahan, dan teman-teman baru yang mungkin sinyal masalah mendekat.
Meskipun transisi dari masa kanak-kanak mungkin sulit, kebanyakan remaja momok ASCAP masalah besar seperti kehamilan remaja, ketergantungan obat, dan suicie Dace dan Kenny (. 1997, hal 31) mencatat: Sejarah menunjukkan bahwa orang tua dari zaman kuno telah takut bahwa anak-anak remaja mereka kita lebih susah diatur dan kurang masuk akal daripada mereka di masa muda mereka. Sejalan dengan vie tradisional beberapa peneliti menyarankan bahwa itu adalah normal bagi remaja berada dalam keadaan kacau banyak banyak orang lain, bagaimanapun, menemukan mayoritas remaja untuk menjadi seimbang, cukup senang, menyenangkan untuk bekerja, namun demikian, dalam sebuah masyarakat di whitch remaja yang constanly tergoda oleh adving yang mendesak.
Mereka untuk menjadi bagian dari set pintar dengan merokok, minum, dan provokatif, beberapa remaja lakukan menyerah. Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh lembaga yang universal michingan untuk penelitian sosial (1994) 15% dari delapan kelas, 24% dari kesepuluh-siswi kelas dan 28% dari tawelfth-anak kelas melaporkan dringking lima atau lebih alkohol berturut-turut selama dua minggu yang sebelumnya. Menariknya, penggunaan ganja dilaporkan telah clined menjadi 10,6% dari populasi remaja, turun dari 17,4% pada tahun 1988 (kita. Sensus 1994). Akhirnya, jika Anda menemukan Anda menghitung sendiri terlibat dengan siswa mengganggu, mendorong dukungan dan berpartisipasi dalam program-program intervensi yang bersangkutan. Beberapa elemen inti terjadi di sementara program intervensi. Ini termasuk peran lesrdership sekolah dalam membangun program secepat perilaku antisosial siswa mulai muncul. Lebih cepat lebih baik.
Program ini harus mencakup instruksi dalam keterampilan personal, akademik, dan sosial penting bahwa siswa di-resiko butuhkan untuk sukses sekolah, bagian penting dari instruksi ini akan menjadi kepentingan dan bantuan mentor sebaya dan guru. Sebuah program pelatihan singkat untuk orang tua yang menekankan kesadaran kegiatan anak-anak mereka dan keterlibatan yang tepat orang tua dalam kehidupan anak-anak mereka ditambah penggunaan terampil dari pujian dan penghargaan yang diperlukan (menekankan positif) digabungkan dengan disiplin yang adil (walker & Sylvester, 1991).

G.    Komentar Penulis
Pembagian fase perkembangan menurut ahli berbeda-beda objek fokus berbeda-beda pendapat, bahkan Dalam fokus yang samapun berbeda-beda pendapat, salah satunya;  1). Fase I (0-1), Pada fase ini perkembangan sikap subyektif menuju obyektif, 2). Fase II (1-4), Pada fase ini makin meluasnya hubungan pada benda-benda sekitarnya, atau mengenal dunia secara subyektif, 3). Fase III (4-8), Pada fase ini individu memasukkan dirinya keDalam masyarakat secara obyektif, adanya hubungan diri dengan lingkungan sosial dan mulai menyadari akan kerja,tugas serta prestasi, 4). Fase IV (8-13), Pada fase ini mulai munculnya minat ke dunia obyek sampai pada puncaknya, ia mulai memisahkan diri dari orang lain dan sekitarnya secara sadar, dan 5). Fase V (13-30) Pada Fase ini, nulai menemukan diri yakin shyntesa sikap subyektif dan obyektif.
Menurut penulis apapun fase dan tahap perkembangan yang terpenting masing-masing individu berhasil dengan tugas-tugas perkembangan sepanjang rentang kehidupan:
1). Masa bayi dan awal masa kanak-kanak usia 0-6 tahun
- Belajar memakan makanan padat
- Belajar berjalan
- Belajar berbicara
- Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
- Mempelajari pengertian sederhana tentang realitas fisik dan social
- Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga dan orang lain
- Mempersiapkan diri untuk membaca
- Belajar membedakan benar dan salah
- Mulai mengembangkan hati nurani
- Mencapai stabilitas fisiologis

2). Masa kanak-kanak usia 6-12 tahun
- Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum
-  Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh
-  Belajar menyesuaikan diri dengan teman-temannya seusianya
-  Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat
- Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung
-  Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari
-  Mengembangkan hati nurani-pengertian moral-tata dan tingkatan nilai
-  Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga
-   Belajar mencapai kebebasan pribadi meminimalisir ketergantungan

3). Masa remaja usia 12-18/20
- Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita
- Mencapai peran sosial pria dan wanita, menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
-  Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
- Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya
-   Mempersiapkan ekonomi, mempersiapkan perkawinan dan keluarga
- Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku-mengembangkan ideology


BAB III
PRENUTUP

Setiap manusia dilahirhkan telah memiliki potensi cognitive dalam diri untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu. -Contohnya, sewaktu dilahirkan, bayi telah dilengkapkan dengan beberapa gerakan pantulan yang dikenali sebagai skema seperti gerakan; menghisap, memandang, mencapai, merasa, memegang, serta menggerakkan tangan dan kaki.-Bagi gerakan memegang, kandungan skemanya dalam memegang benda yang tidak menyakitkan.-Oleh karena itu, bayi juga akan cenderung memegang benda-benda yang tidak menyakitkan seperti; jari ibu.-Skema yang ada pada bayi akan menentukan bagaimana bayi bertindak balas dengan persekitarannya.
Perkembangan kognitif selanjutnya disebut asimilasi yang merupakan satu proses penyesuaian antara objek yang baru diperolehi dengan skema yang telah ada.-Proses asimilasi yang berlaku membolehkan manusia mengikuti sesuatu modifikasi skema hasil daripada pengalaman yang baru diperoleh, contoh; seorang anak yang baru pertama kali melihat sebuah apel, maka anak tersebut akan menggunakan skema memegang dan sekaligus merasa. Oleh karena itu anak tersebut mendapatkan satu pengetahuan baru baginya.
Selanjutnya akomodasi. Merupakan suatu proses struktur kognitif mengalami perubahan.-Akomodasi berfungsi apabila skema tidak dapat mengasimilasi (menyesuaikan) persekitaran baru yang belum ada dalam perolehan kognitif anak. Proses akomodasi ini disebut sebagai suatu proses pembelajaran.-Contoh; anak yang berumur 2 tahun belum pernah melihat magnet. Ketika ditunjukkan magnet, maka  akan melekat objek baru tersebut ke dalam skemanya dan mewujudkan penyesuaian konsep terhadap magnet itu.
Selanjutnya adaptasi. Merupakan satu keadaan keseimbangan diantara akomodasi dan asimilasi untuk disesuaikan dengan persekitaran.-Keadaan keseimbangan yang telah ada dengan mencipta hubungan apa yang dipelajari dengan kehendak persekitaran.


Psikologi Pendidikan Teori Motivasi belajar Ridwan, MA

Teori Motivasi Belajar Nyata di Kelas
 Motivasi adalah berasal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Menurut  Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dalam pengertian Mc. Donald ini dalam (Sardiman, 2004) ada tiga elemen pokok dalam motivasi yaitu : motivasi mengawali terjadinya perubahan energy, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan (Pupuh, 2007).
Secara umum motivasi itu adalah sebagai berikut :
1. Motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif.Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu,terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat mendesak/dirasakan.
2. Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila dia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
3. Motivasi dalam kegiatan belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
4. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan yang ada dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar motivasi itu sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktifitas belajar.
Ada tiga komponen utama dalam motivasi itu yaitu kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan terjadi apabila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Motivasi yang ada pada setiap diri seseorang akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Tekun menghadapi tugas (terus menerus dalam jangka waktu yang lama den tidak pernah berhenti)
2) Ulet dalam menghadapi kesulitan.
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
4) Lebih senang bekerja mandiri
5) Cepat bosan dalam tugas-tugas yang rutin, kurang kreatif.
6) Tidak mudah melepaskan hal-hal yang telah diyakini.
7) Senang mencari dan memecahkan masalah. Apabila seseorang memiliki ciri-ciri sebagaimana diatas berarti seseorang tersebut memiliki motivasi yang kuat.

B. JENIS MOTIVASI
1. Motivasi intrinsic adalah motif yang menjadi aktif atau berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar, karena dari dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Pada intinya motivasi intrinsic adalah dorongan untuk mencapai suatu tujuan yang dapat dilalui dengan belajar, dorongan belajar ini tumbuh dari dalamk diri subyek belajar. Misalnya seseorang yang senang membaca tidak perlu ada yang menyuruh atau mendorongnya.
 2. Motivasi ekstrinsik adalah motif yang aktif atau berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Misalnya seorang itu belajar karena besok pagi ada ujian dengan harapan mendapat nilai baik, sehingga akan dipuji pacarnya atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi karena ingin mendapat nilai baik atau agar mendapat pujian.

C. FUNGSI MOTIVASI BELAJAR
Menurut Sardiman (2000:83) fungsi motivasi belajar ada tiga yakni sebagai berikut:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat dengan tujuan tersebut.
Dari uraian diatas nampak jelas bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah, sekaligus sebagai penggerak perilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan.
 D. TEORI MOTIVASI DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
a. TEORI MOTIVASI
Banyak teori motivasi yang dikemukakan oleh para ahli yang dimaksudkan untuk memberikan uraian menuju pada apa sebenarnya manusia dan manusia akan dapat menjadi seperti apa.
1. Teori Motivasi Abraham H. Maslow.
Seorang yang mendalami teori motivasi menuangkan pemikirannya dalam bukunya “Motivation and Personality”. Teori ini mengatakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan pada lima hierarki kebutuhan, yaitu:
1) Kebutuhan fisiologis
2) Kebutuhan keamanan
3) Kebutuhan social
4) Kebutuhan “esteem”
5) Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Kebutuhan fisiologis ialah kebutuhan pokok manusia seperti sandang, pangan dan perumahan. Berbagai kebutuhan fisiologis tersebut berkaitan dengan status manusia sebagai insan ekonomi. Seorang yang kemampuan ekonominya masih rendah kebutuhan pangannya masih sangat sederhana, begitu juga kebutuhan akan sandang dan perumahan. Akan tetapi apabila kemampuan seseorang meningkat ia akan terdorong untuk memikirkan pemuasan kebutuhan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Kebutuhan keamanan, kebutuhan ini harus dilihat dalam arti luas tidak hanya dalam arti keamanan fisik tetapi keamanan psikologis. Kebutuhan social adalah bahwa dalam kehidupan manusia sebagai insane social mempunyai kebutuhan yang berkisar pada pengakuanpunmaju dan kebutuhan akan perasaan diikutsertakan atau “sence of participation”. Kebutuhan “esteem” yaitu kebutuhan akan harga diri, karena semua orang akan memerlukan pengakuan atas keberadaan dan statusnya oleh orang lain.
Aktualisasi diri. Dewasa ini disadari bahwa dalam diri setiap orang terpendam potensi dan kemampuan yang belum sepenuhnya dikembangkan, sehingga wajar apabila seseorang itu ingin agar potensinya itu dikembangkan menjadi kemampuan yang efektif. Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan.
Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Apabila kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi maka orang akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhannya yang lebih tinggi.

 2. Teori “X” dan “Y” oleh Douglas Mc Gregor.
Douglas Mc Gregor menuangkan pemikirannya dalam bukunya “Human Side Of enterprise”. Inti teori Gregor adalah:
1) Teori “X” pada dasarnya mengatakan bahwa manusia cenderung berperilaku negative.
2) Teori “Y” pada dasarnya mengatakan bahwa manusia cenderung berperilaku positif.

Dalam teori “X” menggunakan asumsi bahwa manusia itu mempunyai ciri bahwa para pekerja (manusia) pada dasarnya tidak senang bekerja dan apabila mungkin akan mengelak kerja. Karena para pekerja (manusia) tidak senang bekerja, mereka harus dipaksa, diawasi, atau diancam dengan berbagai tindakan agar tujuan organisasi tercapai. Sebaliknya menurut teori “Y” menggunakan asumsi bahwa manusia itu mempunyai cirri bahwa pekerja (manusia) memandang kegiatan bekerja sebagai hal yang alamiah seperti halnya beristirahat dan bermain. Sehingga para pekerja akan melakukan tugas tanpa terlalu diarahkan dan akan berusaha mengendalikan diri sendiri.

3. Teori Motivasi Higiene Teori Ini Dikembangkan Oleh Frederick Herzberg.
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya factor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).

4. Teori “ERG” Teori ini dikembangkan oleh Clayton Alderfer dari universitas Yale.
 ARG merupakan akronim dari Existense, Relatedness, dan Growth. Menurut teori ini eksistensi merupakan kebutuhan nyata setiap orang sesuai dengan harkat dan martabat manusia. Kebutuhan akan relatedness tercermin pada keberadaan manusia itu dengan orang lain dan dengan lingkungannya, karena tanpa ada interaksi dengan orang lain dan lingkungan maka keberadaan manusia itu tidak mempunyai makna yang hakiki. Sedangkan Growth adalah merupakan kebutuhan manusia untuk tumbuh dan berkembang. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Maslow bahwa eksistensi adalah kebutuhan pokok, relatedness adalah kebutuhan social dan growth adalah diklasifikasikan sebagai aktualisasi diri.

5. Teori “Tiga Kebutuhan” Teori ini dikemukakan oleh David McCleland beserta rekannya.
Inti dari teori ini adalah bahwa pemahaman akan motivasi akan lebih mendalam apabila disadari bahwa setiap orang mempunyai tiga kebutuhan yaitu “Need for Achievement”, “Need for Power”, dan “Need for Affiliation”. Need for Achievement adalah bahwa setiap orang ingin dipandang sebagai orang yang berhasil dalam hidupnya. Kebutuhan untuk berhasil tercermin adanya dorongan untuk meraih kemajuan dan prestasi sesuai yang ditetapkan. Need for power menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan akan menampakkan diri pada keinginan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain. Need for affiliation umumnya tercermin pada keinginan berada pada situasi yang bersahabat dalam interaksi sesearang dengan orang lain dalam organisasi. Kenyataan ini berangkat dari sifat manusia sebagai makhluk social.

6. Teori Fisiologis Teori ini juga disebut “Behaviour theories”.
Menurut teori ini semua tindakan manusia berakar pada usaha memenuhi kepuasan dan kebutuhan organic atau kebutuhan untuk kepentingan fisik. Atau disebut sebagai kebutuhan primer, seperti kebutuhan makanan, minuman, udara dan lain-lain yang diperlukan untuk kepentingan tubuh seseorang. Dari teori inilah muncul perjuangan hidup, perjuangan untuk mempertahankan hidup, struggle for survival.

7. Teori Motivasi Vroom
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu: Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas, Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu), Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan positif, netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan, motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan
b. PENERAPAN TEORI MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu, faktor internal dan faktor eksternal.
1.    Faktor internal
Faktor internal merupakan keadaan atau kondisi jasmaniah dan rohaniah siswa yang terdiri dari aspek fisiologi yaitu aspek jasmaniah serta tingkat kebugaran organ tubuh, sehingga dapat mempengaruhi semangat siswa dalam mengikuti kegitan pembelajaran. Dan aspek psikologis terdiri dari tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa.

2. Faktor eksternal yaitu
a)    Kondisi linkungan sosial
Kondisi lingkungan diluar siswa yang terdiri dari lingkungan sosial, nonsosial, dan pendekatan belajar. Dimana lingkungan sosial terdiri dari sekolah dan siswa. Lingkungan sekolah seperti para guru, staf administrasi, dan teman-teman yang dapat mempengaruhi semangat siswa. Lingkungan siswa terdiri dari masyarakat, tetangga dan teman sebaya.
b)      Lingkungan nonsosial
Kondisi lingkungan sosial seperti gedung sekolah, rumah tempat tinggal, keluarga, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan.
c)      Faktor pendekatan belajar
Faktor pendekatan pembelajaran seperti jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut, terlihat bahwa strategi pembelajaran juga menjadi salah satu faktor yang turut menentukan hasil belajar siswa. Hal ini berarti seorang guru harus bisa memilih strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran di kelas agar kegiatan pembelajaran dapat terasa menyenangkan dan menghasilkan pembelajaran yang optimal.
 Pada dasarnya strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga jenis ( Wena, 2009) yaitu
(1) strategi pengorganisasian (organization strategy),
(2) strategi penyampaian (Delivey strategy), dan
 (3) startegi pengelolaan (management strategy).

Strategi pengorganisasian meliputi cara untuk menata isi suatu bidang studi yang berupa tindakan pemilihan isi/materi, format penataan isi atau penyajian peta konsep yang tersaji dengan urutan yang sesuai dan sejenisnya. Strategi Pengelolaan berkaitan dengan penataan interaksi antara siswa dan strategi pengorganisasian serta strategi penyampaian. Dalam proses belajar mengajar guru tidak cukup hanya menguasai strategi pengorganisasian isi atau penyampaian pembelajaran saja, tetapi guru juga harus mampu menguasai dan menerapkan strategi pengelolaan pembelajaran.
Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dilakukan, seorang guru terlebih dahulu harus menata, mengorganisasikan isi pembelajaran yang akan diajarkan. Hal ini perlu dilakukan agar isi pembelajaran yang diajarkan mudah dipahami siswa. Demikian pula selama proses pembelajaran, guru diharapkan mampu menumbuhkan, menjaga/mempertahankan, dan meningkatkan motivasi belajar siswa, karena dalam proses pembelajaran guru tidak hanya memperhatikan metode dan media pembelajaran saja tetapi guru juga harus berusaha untuk selalu menjaga dan meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.
 Banyak strategi pengelolaan yang dapat digunakan untuk menjaga motivasi belajar siswa diantaranya adalah strategi pengelolaan motivasi yang disebut ARCS yang dikembangkan oleh Keller (1983) yaitu meliputi; Attention (Perhatian), Relevance (Relevansi), Confidence (keyakinan/rasa percaya diri siswa), dan Satisfaction (Kepuasan). Komponen Strategi dan Penerapan Pembelajaran ARCS sebagai berikut; Model ARCS (Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp (1987) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar.
 Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987).
Keempat komponen tersebut adalah sebagai berikut: 1) Attention ( Perhatian ) Perhatian merupakan salah satu poin penting dalam menjaga motivasi belajar siswa. Guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Secara garis besar ada tiga jenis strategi untuk membangkitkan dan mempertahankan perhatian siswa dalam pembelajaran (Wena,2009), yaitu:

a.       Membangkitkan daya persepsi siswa.
Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan suatu hal yang baru, mengherankan, tidak layak ataupun dengan memberikan perubahan-perubahan rangsangan secar mendadak, misalnya dengan gerakan tubuh, nada suara, dan sebagainya.

b.      Menumbuhkan hasrat ingin meneliti.
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan merangsang perilaku yang selalu ingin mencari informasi dengan mengajukan pertanyaan atau masalah yang memerlukan pemecahan masalah oleh siswa sendiri. Dengan adanya pertanyaan atau masalah yang ditujukan pada siswa, diharapkan perhatian siswa akan lebih terfokus pada kegiatan pembelajaran

c.       Menggunakan elemen pembelajaran yang bervariasi.
Dalam usaha mempertahankan perhatian siswa terhadap pembelajaran, dapat dilakukan dengan jalan menggunakan elemen atau unsur-unsur pembelajaran yang beraneka ragam. Variasi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan memvariasikan format tulisan dalam teks, menyajikan gambar-gambar yang bervariasi, dan warna yang beraneka ragam.

2) Relevance (Relevansi/Mengaitkan pembelajaran dengan kebutuhan siswa) Komponen ini merupakan komponen yang berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan datang.
Siswa merasa kegiatan yang pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu jika terdapat relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas.
Ada tiga unsur yang dapat digunakan guna meningkatkan relevansi isi pembelajaran dengan kebutuhan siswa, yaitu:
a.       Menumbuhkan keakraban dan kebiasaan yang baik.
Dalam usaha menumbuhkan keakraban pada diri siswa terhadap pembelajaran dapat dilakukan dengan cara menggunakan atau pemakaian bahasa yang konkret, contoh, dan konsep yang berkaitan atau berhubungan dengan pengalaman dan nilai kehidupan siswa.

b.      Menyajikan isi pembelajaran yang berorientasi pada tujuan.
Hakikat dari pemberitahuan tujuan pembelajaran adalah menginformasikan apa yang harus dicapai siswa pada akhir pembelajaran. Dengan demikian, setiap kegiatan pembelajaran selalu dapat diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan, dan sudah menjadi kewajiban guru untuk mengatakan dengan jelas tujuan yang harus dicapai oleh siswa.

c.       Menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai
Dalam hal ini untuk menciptakan relevansi terhadap pembelajaran dilakukan dengan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Guru harus memahami profil siswa seperti tingkat perkembangan siswa, gaya kognitifnya, dan kebasaan belajarnya. Dengan diketahuinya hal tersebut, guru akan lebih mudah menyesuaikan strategi yang digunakan profil siswa, dan siswa akan merasa senang dalam mengikuti pembelajaran.

3) Confidence (Rasa Yakin diri siswa)
Komponen ini erat kaitannya dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. Seseorang yang memiliki sikap percaya diri yang tinggi cenderung akan berhasil bagaimanapun kemampuan yang ia miliki. Sikap seseorang yang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka dalam bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut.
Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus. Sikap ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal adalah:

a.       Menyajikan prasyarat belajar Menumbuhkan percaya diri pada siswa
Hal ini dapat dilakukan dengan membantu siswa memperkirakan atau mengukur kemampuannya untuk mencapai kesuksesan, dengan jalan menyajikan prasyarat unjuk kerja kriteria evaluasi

b.      Memberikan kesempatan untuk sukses
Menumbuhkan harapan siswa untuk sukses merupakan salah satu syarat membangkitkan keyakinan pada diri siswa terhadap tugas-tugas pembelajaran . Hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan tingkat tantangan yang memungkinkan siswa mendapat pengalaman sukses yang bermakna dibawah kondisi belajar dan unjuk kerja tertentu. Siswa merasa yakin tentang apa yang dikerjakannya, dengan mengatakan bahwa ia pasti akan sukses melakukannya dan pada diri siswa akan tumbuh harapan untuk sukses

c.       Memberikan kesempatan melakukan kontrol pribadi
Dalam hal ini untuk menumbuhkan keyakinan pada diri siswa dilakukan dengan menyajikan umpan balik. Berikan umpan balik atau penguatan yang dapat mendorong usaha atau kemampuan siswa guna mencapai kesuksesan.

4) Satisfaction (Kepuasan siswa)
Komponen yang kelima dari strategi ARCS adalah Satisfaction (Kepuasan siswa), yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan) adalah apabila siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya.
 Guru dalam kegiatan pembelajaran dapat melakukan dengan cara sebagai berikut:
a.       Menyajikan latar belajar yang alami
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan memberikan kesempatan untuk menggunakan pengetahuan atau keterampilan yang baru dikuasainya dalam situasi nyata yang menantang, dengan demikian siswa akan merasa puas karena mampu menerapkan keterampilan-keterampilan baru yang telah dipelajarinya.

b.      Memberikan penguatan yang positif
Dalam hal ini untuk menumbuhkan kepuasan dilakukan dengan memberikan umpan balik dan penguatan yang akan mempertahankan perilaku yang diinginkan. Gagne juga menyatakan bahwa umpan balik sebagai fase terakhir dalam proses pembelajaran merupakan suatu proses penguatan; dan ini sangat penting artinya dalam kehidupan manusia, khususnya dalam kaitan yang berhubungan dengan pembelajaran. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya suatu umpan balik dalam proses pembelajaran guna meningkatkan motivasi belajar siswa.
c.       Mempertahankan standar pembelajaran secara wajar
 Dilakukan dengan jalan mempertahankan standar dan konsekuensi secara konsisten pada setiap penyelesaian tugas pembelajaran. Dengan demikian siswa akan merasa puas dan termotivasi dalam setiap melakukuan atau menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran, karena setiap tugas pembelajaran yang dihadapi, sesuai dengan kemampuannya dan siswa tidak merasa kesulitan dalam menyelesaikannya.